"Mom, silahkan masuk dalam drama!" Bisik Ken pada ponsel yang ada ditelinganya.
Ia tengah berada di dalam kamar mandi untuk menghubungi seseorang yang sangat penting dalam hidupnya. Seseorang yang tidak di kenal oleh siapapun bahkan keluarga Bratadikara sekalipun.
Ia sengaja menghubungi orang tersebut di dalam kamar mandi karena semua sudut rumah ini sudah di pasang cctv, termasuk kamar Brata.
Ia sudah menceritakan semua rencananya pada wanita yang ia panggi mommy itu. Wanita itu sangat senang karena akhirnya ia akan segera muncul di hadapan keluarga Bratadikara.
Ia ingin melihat bagaimana reaksi keluarga itu. Dia ingin melihat bagaimana terkejutnya keluarga itu saat ia tiba-tiba muncul dihadapan mereka.
"Tidak, Mom. Terlalu berbahaya jika Mom muncul sekarang," larang Ken. Ia terlalu khawatir pada Mommynya.
"Tetaplah dibelakang layar. Aku janji akan mempertemukan Mom dengan mereka, segera."
"Ya, aku janji." Ken berusaha meyakinkan.
"Ken... Ken?"
Ken langsung mematikan ponselnya saat mendengar Lova memanggil namanya. Ia langsung mematikan kran air yang sedari tadi sengaja ia nyalakan agar Brata tidak mendengar obrolannya.
"Kamu di kamar mandi?"
"Ya, Bu. Sebentar!" Ken segera bersiap keluar dari dalam kamar mandi.
"Ada, ap-" Ken menghentikan pertanyaannya saat melihat Lova yang terlihat sangat cantik tengah duduk di ranjang Brata sambil tersenyum memeluk pria itu.
Dia sangat cantik? Mau kemana dia?
"Mau kemana, Nak?" tanya Brata yang sedang duduk bersandar di headboard ranjang.
"Lova ada acara makan malam dengan klien, Ayah." Pelukannya tak renggang sedikitpun. Ia butuh pelukan hangat ini. Ia ingin sejenak melupakan masalah yang membuat kepalanya hampir pecah.
"Klien? Siapa?"
Lova bingung harus menjawab apa. "Klien baru, Ayah." Lova tersenyum kecil. Ia sadar telah berbohong pada ayahnya.
Ia lantas menci*m punggung tangan yang mulai keriput itu. "Lova pergi dulu, Ayah."
Doakan Lova, Yah. Restui Lova dalam setiap langkah kecil ini.
"Ayah mau Lova bawakan sesuatu?"
Brata menggeleng. "Kamu pulang dengan selamat, itu sudah sangat berarti bagi ayah."
Deg! Kenapa ayah seolah tau kalau aku hendak pergi ke medan pertempuran?
"Dah Ayah!" Lova berdiri dan menci*m kening Brata.
"Ken..."
Ken tak menjawab, ia sibuk terpukau dengan kecantikan putri Bosnya itu.
"Ken..." Lova melambaikan tanganya di wajah Ken. Pria itu terkejut. Brata bahkan tertawa kecil.
"Ah, Ya... Bu?" Ia menunduk, malu. Sepertinya ia ketahuan telah mengagumi gadis yang secara tahta ada diatasnya.
"Titip ayah."
Ken mangantar Lova hingga ke depan pintu kamar. Ia bisa menghirup aroma parfum mahal gadis di depannya.
"Anda akan kemana?" tanya Ken tanpa basa-basi.
"Menemui klien."
Klien mana yang ingin bertemu saat weekend begini? Batin Ken.
"Bersama, Ros?" tanya Ken lagi.
Lova diam sejenak, lalu mengangguk ragu.
***
Ken mengirim pesan pada seseorang.
📨 Ikuti Bu Lova, jangan sampai kehilangan jejak!
"Bukankah putriku sangat cantik, Ken?" Ken kaget dengan suara Brata yang menanyakan hal itu. Brata bisa melihat dari cara Ken menatapnya.
Ken tersenyum. Ia mendekat ke ranjang Brata sambil memasukkan ponselnya ke saku celana.
Dia sangat cantik, Pak. Bahkan seorang pria ingin langsung melamar meskipun hanya melihat fotonya. Batin Ken.
Ia duduk di ranjang Brata. "Putri Bapak memang sangat cantik." Pujinya terus terang.
"Sejak dulu hingga sekarang!" lanjutnya.
Tujuh tahun lalu, pertama kalinya Ken melihat Lova saat ia datang ke rumah ini. Saat itu, ia baru menjadi asisten pribadi Brata dan ditugaskan untuk mengambil berkas yang tertinggal.
Selama bekerja sebagai staff kantor, Ken tidak pernah melihat Lova datang ke kantor barang sekalipun. Brata memang melarang putrinya, karena ia tidak ingin banyak orang tahu mengenai putrinya.
Bagi Brata, persaingan bisnis sangatlah sengit. Semakin banyak yang mengenal putrinya maka bahaya yang mengacam akan semakin besar. Brata hanya meningkatkan kewaspadaannya.
"Kamu menyukainya?" tanya Brata to the point.
Ken tertawa hambar. Apa terlalu kentara saat ia menatap kagum Lova barusan.
"Apa tidak terlihat seperti pungguk merindukan bulan, Pak."
"Bagai langit dan bumi." lanjut Ken.
Brata tertawa kecil. "Tidak ada yang tidak mungkin."
"Bintang yang jatuh dari langit saja harus terbakat atmosfer dulu sebelum jatuh ke Bumi, Pak."
"Apa lagi saya." Ken tertawa dan Brata tersenyum kecil. "Cuma bawahan Bu Lova."
"Bermimpi juga tidak boleh diluar batas kemampuan, Pak."
"Putri bapak terlalu sempurna."
"Bapak tidurlah." Ken mambantu Brata untuk berbaring. Ia juga menaikkan selimut hingga ke dada.
Ken sudah menganggap Brata seperti ayahnya sendiri. Kebaikan Brata padanya sudah tidak terhitung lagi. Meski butuh atau tidak, Ken selalu menerima sekecil apapun pemberian Brata.
Sangking sayangnya ia pada Brata, ia rela bekerja di rumah, merawat Brata. Bukan lagi sebagai asisten pribadi berjas rapi seperti saat di perusahaan. Dia kini lebih terlihat seperti perawat lansia. Dia tidak peduli, yang terpenting dia tidak jauh dari keluarga ini. Karena masih ada tugas penting yang harus ia selesaikan.
"Saya ada di ranjang sana." tunjuknya pada ranjang lain di kamar luas itu.
Ken berdiri meninggalkan Brata.
"Jika aku tiada nanti, bisakah ku dititipkan putriku padamu, Ken?"
Ken berbalik. Jujur, ia terkejut dengan permintaan Brata. Ia lantas berjongkok disamping ranjang. Ia menatap wajah yang terlihat pucat itu. Pria tak berdaya yang kini bergantung padanya dan Nur.
"Anda akan baik-baik saja, Pak. Percayalah."
"Aku tidak yakin, Ken."
Anda harus tetap hidup, Pak. Sampai anda melihat sendiri keberhasilan dari rencana besarku.
"Tidurlah, Pak." pintanya.
"Jangan memikirkan apapun lagi."
***
Ken duduk di balkon kamar setelah memastikan Brata tertidur pulas. Penjagaan ia perketat. Bahkan security di rumah itu ia tambah jumlahnya atas persetujuan Lova.
Ken membuka laptopnya. Ia mengurus segala berkas untuk ia tunjukkan pada Lova tentang perusahaan yang akan membantu mereka.
Ken juga mencari tahu lebih banyak informasi mengenai keluarga Hendrico. Namun, sulit sekali mencari informasi siapa putra dari keluarga itu yang akan Mariska jodohkan dengan Lova.
Ken menghembuskan nafas dari mulutnya. Seketika asap mengepul di udara dan hilang ditiup angin.
Dan satu panggilan masuk di ponselnya membuatnya seketika mematikan benda di sela jemarinya itu.
"Bu Lova bersama bu Mariska masuk ke restoran mewah di sebuah hotel ternama, Bos!" ucap Pria yang ia minta untuk mengikuti Lova.
"Oh... ****!" geramnya. Ia tidak menduga Lova pergi bersama Mariska. Ia juga tak menduga Lova dengan mudah masuk dalam jebakan nenek sihir berstatus ibu tiri itu.
Aku harus bergerak cepat. Lova bisa saja putus asa dan menerima pria itu dan masuk dalam keluarga... Ahh! Ken meninju udara.
***
Ken mau apa lagi?
Sebenernya Ken ini siapa sih?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Isabella
Ken kayaknya orang penting deh
smg Ken berjodoh dg lova
2022-06-21
1
Andi Muh.taufik Andi sayyid
lanjut
2022-06-20
0
Rini Haerani
Ken siapa nya Lova sebenarnya ,penasaran nich
2022-06-20
1