"Seorang pengusaha akan melamar kamu." Mariska membuka obrolan di meja makan suatu pagi.
Beberapa hari ini Lova jarang sarapan dan makan di rumah karena pekerjaan kantor yang lumayan padat. Dan pagi ini Mariska malah mengejutkannya dengan mengatakan hal yang membuatnya geli.
"Dia putra teman mama. Tampan dan kaya, dari keluarga terhormat dan yang pasti dia tertarik denganmu!" Mariska berucap dengan kelembutan. Sangat bertolak belakang dengan sifat aslinya.
"Aku masih sibuk mengurus perusahaan!" Jawab Lova acuh. Ia terus menyantap sepotong sandwich ditangannya.
"Dia putra dari keluarga Hendrico, pemilik perusahaan raksasa yang akan melamarmu!" Mariska pantang menyerah.
"Kamu bahkan tidak perlu lagi bekerja."
"Jemarimu akan dipenuhi cincin berlian hanya dalam sekedipan mata, Lova."
"Perusahaan ayah akan maju puluhan kali lipat." Mariska memberikan iming-iming yang sama sekali tidak membuatnya tertarik.
"Mama berteman dengan Nyonya Hendrico. Pemilik brand perhiasan ternama yang sudah go internasional." Mariska lagi-lagi membuatnya ingin tertawa. Berteman dengan pengusaha kaya saja bisa membuat wanita paruh baya itu merasa bangga.
Lova tertawa sinis. "Jodohkan saja dengan Mauren." Ia melahap roti isinya. "Aku tidak tertarik."
Air muka Mariska berubah datar. Mauren bersungut kesal. "Aku punya pacar, kak."
"Dengan Mauza saja!" Mauren menunjuk adiknya yang masih berseragam SMA.
"Aku masih ingin kuliah." Gadis berserangam putih abu-abu itu menjawab dengan nada dingin.
"Putranya ingin menikahimu, Lova!" Ucap Mariska pantang menyerah. "Dia tampan. Mama sudah pernah bertemu dengannya." Mariska berulang kali meyakinkan Lova bahwa pemuda itu sangat tampan.
Cih, sejak kapan ia menganggapku anak? Mama katanya? Dasar bermuka dua! Cibir Lova dalam hatinya.
"Atau perusahaan ayah akan rata dengan tanah akibat penolakan kamu." Mariska menyuapkan makanan ke mulutnya sambil berucap tanpa beban seolah ia mengatakan hal sederhana. Padahal isinya jelas merupakan sebuah ancaman.
Lova menatap tajam Mariska. Ibu tiri yang tidak tahu diri. Diberi tumpangan, dibiayai semua kebutuhannya, malah bertingkah menjajakannya ke keluarga kaya seperti barang murah.
Ia segera bangkit dan mendorong kursinya kebelakang. "Lagi-lagi selera makanku hilang!" Lova menatap tajam ibu tirinya itu.
"Katakan pada keluarga kaya itu. Aku menolak lamarannya!" Ucap Lova tegas lalu ia bergegas meninggalkan rumah untuk segera pergi ke kantor.
Suara mobil Lova perlahan menghilang tanda bahwa mobil itu sudah keluar dari halaman rumah.
Mariska tidak gentar sedikitpun atas penolakan Lova, karena ia sudah menyiapkan rencana agar Lova menerima lamaran dari keluarga kaya raya itu.
"Mama serius akan menjodohkan Lova dengan keluarga Hendrico?" Tanya Mauza penasaran.
Mariska tersenyum miring. "Tentu!" jawabnya yakin.
"Putra dari keluarga Hendrico menunjukkan ketertarikan pada Lova saat mama menunjukkan foto kalian bertiga."
Keduanya terkejut. "Mama juga menjajakan kami ke keluarga kaya itu?" Tanya Mauren.
"Demi memperbaiki hidup. Perusahaan Brata juga stuck dan tidak maju-maju!"
"Kita akan cepat kaya kalau salah satu dari kalian menikah dengan putra dari keluarga itu."
Mauren dan Mauza menatap tak percaya pada wanita yang melahirkan mereka itu. Mengapa seorang ibu tega menyerahkan putrinya begitu saja pada keluarga kaya? Bukankah itu sama seperti menjual?
"Bagaimana kalau Lova terus menolak?" Tanya Mauren. "Aku tidak ingin menikah dengan pria yang tidak ku cintai." Gadis itu merengut.
"Aku juga." Sambung Mauza.
Mariska memutar bola matanya. "Putra mereka juga tidak tertarik dengan kalian."
"Kita akan gunakan berbagai cara. Termasuk dengan memanfaatkan si Brata tak berguna itu!" Mariska tersenyum licik.
"Sini..." Mariska meminta kedua putrinya mendekat. Keadaan rumah yang sunyi membuatnya takut obrolan itu di dengar oleh orang lain. Pekerja di rumah itu semuanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Kita akan mendapatkan sebuah rumah besar dan sekoper besar berisi uang jika kita bisa membuat Lova menikah dengan putra mereka," bisik Mariska pelan.
Mata Mauren dan Mauza berbinar. "Are you kidding me, Ma?"
"Ssst! Dengar dulu. Mama juga sudah dapat uang muka 10 M." Mariska menunjukkan sepuluh jemarinya.
Mauren dan Mauza semakin berbinar. Ketiganya lantas tertawa senang. "Kami akan bantu, Ma. Apapun caranya."
Di balik pilar besar di rumah itu, tanpa mereka tahu, ada seorang pria yang menguping pembicaraan mereka.
***
Di Gedung Kantor Bratadikara.
"Apa? Bagaimana bisa, Ros?" Tanya Lova pada asisten pribadinya yang baru saja melaporkan beberapa klien membatalkan kerja sama mereka.
"Entahlah, Bu. Mereka memutuskan semuanya secara sepihak."
Lova merasa kepalanya seperti akan meledak. Ia sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk perusahaan.
"Dalam dua hari ini, beberapa orang juga menarik sahamnya, Bu."
Satu kabar lagi yang membuatnya heran. "Kenapa bisa bersamaan begini, Ros?"
"Saya juga sedang mencari tahu, Bu."
"Dan alasan yang tidak masuk akal saya dapati adalah karena anda yang memimpin perusahaan."
"Saya?" Tanya Lova heran. Empat bulan ini ia menjalankan perusahaan dengan baik. Tidak pernah mengecewakan klien dan tidak pernah membuat kesalahan fatal.
"Anda dianggap tidak sekompeten Pak Brata dan tidak adanya Ken sebagai asisten anda juga menjadi alasan mereka, Bu."
"Oh.. my God!" Love menjatuhkan punggungnya di kursi kerjanya.
Bagaimana ia akan menyelamatkan perusahaan ini? Dan lebih buruk lagi, bagaimana jika ayahnya tahu kalau perusahaan sedang dalam masalah besar.
"Bu..." Clara, sekretarisnya masuk kedalam ruangan dengan terburu-buru.
"Ada apa, Cla?" Tanya Rosa yang terkejut karena Clara tiba-tiba masuk tanpa mengetuk pintu. "Mengejutkan saja!"
"Bu, saya punya dugaan sementara kenapa klien kita semuanya mengundurkan diri."
"Apa?" Tanya Rosa dan Lova bersamaan.
"Ada perusahaan besar, sebuah grup perusahaan yang menawarkan kerja sama pada mereka."
"Keuntungan yang ditawarkan juga jauh lebih menarik minat para investor, Bu."
"Kamu tahu dari mana?" tanya Lova penasaran.
"Teman saya juga bekerja di salah satu perusahaan yang kliennya juga memutuskan kerja sama secara sepihak, Bu."
"Jam makan siang tadi, dia bercerita pada saya!"
Rosa dan Lova saling tatap. "Jadi, bukan cuma perusahaan kita yang mengalami hal ini, Cla?"
Clara mengangguk.
"Ros! Coba cari tahu!" Perintah Lova.
Rosa segera menuju meja kerjanya. Ia mencari tahu di berbagai sumber di internet. Clara sibuk mengangkat telepon masuk dari investor yang menanyakan kebenaran tentang perusahaan yang sedang tidak baik-baik saja.
"Bu, saya pusing!" Keluh Clara karena panggilan masuk tidak ada hentinya. "Saya harus mengatakan apa lagi pada mereka semua?"
"Tangani dulu, Cla. Saya juga sedang sibuk." Ponsel pribadi Lova juga terus berdering. Ia beberapa kali menjawab panggilan masuk dari rekan kerjanya.
"Dapat, Bu!" Rosa bisa diandalkan. Belum satu jam, ia sudah bisa mencari informasi mengenai perusahaan besar itu.
"Brak!" Pintu terbuka lebar. Ken dengan wajah memerah masuk secara tiba-tiba dan mengagetkan Lova dan Rosa.
"Maaf, Bu. Pak Ken memaksa masuk." Clara yang berada di belakang Ken tak bisa melarang pria itu. Clara menunjukkan ekspresi ketakutan.
"Biarkan Cla. Kamu kembalilah bekerja!" Lova sepertinya memang membutuhkan Ken untuk menyelesaikan masalah ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Wahyuni
mariska licik
2022-07-30
0
Andi Syafaat
lanjut...
2022-06-19
0
Andi Muh.taufik Andi sayyid
lanjut
2022-06-18
1