"Ada apa, Ken?" tanya Lova. "Duduklah!" Perintahnya bahkan saat Ken belum menjawab pertanyaannya.
Ken langsung duduk di samping Rosa yang juga sedang duduk di depan Lova. Ken bisa melihat kedua wanita di dekatnya terlihat lelah dan panik.
Ia yakin, mereka pasti sangat kesulitan menangani masalah yang terjadi pada perusahaan. Terlebih keduanya bisa dikatakan masih baru menyandang jabatan itu.
Ken, sudah lebih berpengalaman. Selama bekerja dengan Brata, beberapa kali ia dihadapkan dengan situasi seperti ini.
"Saya mendapat kabar, kalau perusahaan sedang dalam masalah," ucapnya pelan. "Jadi, saya langsung ke sini untuk membantu anda."
"Lalu kamu meninggalkan Ayah?" Tanya Lova sedikit marah pada pria di depannya itu.
"Astaga, Ken!" Lova memijat keningnya. "Ayah butuh kamu, Ken! Di rumah itu cuma kamu yang saya percaya untuk saat ini." Lova menggeleng tak percaya. Pria yang ia percaya untuk menjaga Ayahnya malah meninggalkan pria lemah itu.
"Bapak sedang di rumah sakit bersama Nur dan Dokter Nugroho," jawab Ken.
"Bapak sedang terapi untuk melatih otot kakinya," lanjutnya.
"Astaga!" Lova menepuk keningnya. "Aku sudah berjanji pada Ayah. Harusnya aku menemaninya sekarang!" Lova bersiap pergi. Ia meraih tasnya yang terletak diatas meja.
"Jangan, Bu!" Ken melarangnya. "Perusahaan jauh lebih penting!"
"Karyawan di bawah mulai panik dan membahas nasib mereka. Ada yang membahas gaji hingga pesangon. Mereka sepertinya sudah pasrah, Bu."
"Nasib banyak orang sedang dipertaruhkan."
"Tapi ayah?" Lova khawatir pada ayahnya.
"Saya bisa menjamin keselamatan Bapak. Saya sudah siapkan orang-orang untuk menjaga Bapak." Ken berusaha meyakinkan Lova bahwa pria yang tengah sakit itu akan baik-baik saja.
Lova menghela nafas. Ia yakin Ken mengatakan hal yang sebenarnya. Ayahnya sudah sangat terbiasa mengandalkannya. "Bisa ku percaya, Ken?"
"Tentu,Bu."
****
"Hendrico Group." Lova membaca nama perusahaan yang berhasil menarik klien dan investor di perusahaannya.
"Ya, Bu. Perusahaan raksasa yang dalam bulan ini membeli 2 perusahaan kecil yang nyaris bangkrut." Rosa menunjukkan informasi tentang Hendrico Group.
"Jadi, cara mainnya. Dia buat bangkrut lebih dahulu, lalu dia beli?" Lova menggeleng pelan.
"Licik!" Makinya dengan nada penuh kebencian.
Namun, Lova mendadak mengingat sesuatu. "Hendrico..." gumamnya. Ia pernah mendengar nama itu.
"Astaga!" Lova membelalakan mata. Ia sepertinya menyadari sesuatu. Ya, dia menyadari pria yang ia tolak lamarannya itu adalah putra dari keluarga Hendrico.
Apakah mereka orang yang sama?
Apakah ini akibatnya karena aku menolak lamaran itu? Jadi, ancaman nenek sihir itu tidak main-main?
Ia ingat ancaman Mariska yang mengatakan perusahaan Bratadikara akan rata dengan tanah jika ia berani menolak lamaran itu.
"Rosa, cari tahu tentang pemilik perusahaan itu!" Perintahnya kemudian. "Cari tahu siapa pemiliknya, berapa jumlah keluarganya atau cari tahu berapa anaknya."
Ken memicing curiga. Tanpa banyak tanya, ia diam-diam turut mencari tahu dengan ponsel canggihnya. Ken terbiasa kerja cepat dan tepat hingga untuk mencari informasi yang Lova minta, sangat mudah baginya.
Ternyata itu merupakan nama perusahaan yang berpusat di benua Eropa. Ia memang baru mendengar nama perusahaan itu. Karena Hendrico Group masih baru masuk ke Negara ini selama beberapa tahun terakhir.
Hendrico? Batin Ken saat melihat foto pemilik perusahaan besar itu.
Matanya membelalak tak percaya saat melihat foto pria si pemilik perusahaan besar itu. Ia samar-samar mengingat siapa orang itu. Rahangnya seketika mengeras dan tangannya mengepal geram.
Ken berusaha mengendalikan dirinya, ia tidak ingin Lova mengetahui reaksinya yang berlebihan saat melihat foto pria berusia 60 tahunan itu.
Ternyata selama ini dia lari ke benua Eropa dan bersembunyi dibalik nama Hendrico?
Ken menatap Lova yang terlihat sangat kacau. Otaknya berputar cepat dan dalam sekejap, ia menyusun rencana besar.
Semoga caraku ini berhasil. Ken tersenyum licik.
Rosa mengerutkan kening lalu dengan segera ia menjawab. "Nihil, Bu. Tidak ada informasi apapun mengenai keluarganya."
"Tuan Hendrico menjalankan perusahaan bersama istrinya. Tidak ada anak atau pun kerabatnya dari informasi yang saya dapatkan."
"Apa dia tidak punya putra atau putri, Ros?" tanya Lova.
Rosa menggeleng. "Entahlah, Bu. Sepertinya tidak ada atau mungkin belum masuk ke dunia kerja. Hingga keberadaannya tidak terekspos media."
"Boleh saya beri saran, Bu?"
Lova menatap Ken. "Ya..."
"Kita cari perusahaan besar yang bersedia membantu perusahaan ini." Saran Ken cukup masuk akal.
"Ken. Kemana akan kita cari perusahaan itu?" Tanya Lova frustasi. Ia juga tahu itu adalah salah satu cara agar perusahaan ini bisa bertahan. Tapi bagaimana mungkin ada perusahaan besar yang mau bekerja sama dengan perusahaannya yang hamir bangkrut.
Perusahaan ini tidak terjual saja sudah syukur. Dan gadia itu bertekad, ia harus bisa menyelesaikan masalah ini. Ia tidak ingin membuat ayahnya kecewa. Ia tidak ingin apa yang ayahnya bangun selama ini hancur ditangannya dalam sekejap.
"Saya akan bantu, Bu."
"Saya akan usahakan agar perusahaan yang pak Brata bangun selama ini tetap berdiri." Ken menatap Lova penuh keyakinan.
Gadis itu mengangguk lemah. "Terima kasih, Ken."
"Tolong jaga ayah dan jangan sampai ayah tahu masalah ini." Lova memohon. "Kondisi ayah bisa saja akan semakin memburuk jika mengetahui hal ini."
"Baik, Bu."
"Kalau begitu, saya permisi dulu. Saya akan kembali ke rumah sakit. Dan nanti, saat saya sudah mendapatkan perusahaan yang bersedia membantu anda, saya akan segera hubungi."
Lova mengangguk. "Sekali lagi, terima kasih, Ken." Ken pergi dari ruangan itu.
"Ros, segera atur meeting kita dengan jajaran direksi!" perintah Lova.
Ting!
Sebuah pesan masuk di ponsel Lova. Ia membuka pesan itu dan seketika tububnya melemas.
Masih ingin menolak putra keluarga Hendrico?
Dugaannya benar. Masalah yang terjadi pada perusahaannya merupakan hal yang disengaja.
Ia harus bertindak cepat. Jangan sampai masalah pribadi menjadi penyebab orang-orang kehilangan pekerjaan.
Ia tidak bisa hanya menunggu Ken mendapatkan bantuan dari perusahaan lain. Lagi pula, belum tentu Ken bisa mendapatkan bantuan dalam waktu dekat.
Semakin lama, kerugian perusahaan terus membengkak. Dan semakin banyak proyek yang terhenti ditengah jalan.
Ia harus menyelamatkan perusahaan dan karyawannya. Ia harus bertemu dengan keluarga Hendrico.
Aku harus berani menghadapi mereka. Apapun taruhannya.
Ayah...
Maafkan Lova yang lemah ini. Lova janji akan menyelamatkan perusahaan ayah.
***
"Aku ingin bertemu dengan keluarga, Hendrico." Lova sengaja makan malam dirumah. Ia ingin membahas hal ini dengan ibu tirinya. Hanya melalui wanita itu, ia bisa menemui keluarga Hendrico.
"Kenapa?" Mariska tersenyum mengejek. "Berubah fikiran?" Wanita itu meraih gelas berisi air putih lalu dengan sok elegan ia menjenguknya beberapa kali.
"Atur saja. Aku hanya ingin bertemu mereka. Bukan menerima lamaran mereka," jawabnya dingin.
Mariska tersenyum licik. "Baiklah.. mama akan mengatur semuanya."
Lova memutar bola matanya. Ia jengah melihat ibu tiri yang selalu saja bersandiwara padahal sudah terlihat jelas bahwa mereka tidak saling menyukai.
***
Adakah yang tau rencan Ken?
Lalu apa hubungan Ken dengan pemilik Hendrico Group?
ada yang Penasaran gak sih? 😊😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Nuranita
aq thor yg penasaran
2022-09-19
0
Selvi Wondal
lanjut ya Thor
2022-08-01
1
Andi Syafaat
lanjut
2022-06-19
1