LUKA KESEPULUH {2}

AUTHOR POV

"Gokil banget emak baru Chloe, ya? Pasti bulan madu lagi tuh nanti," ucap Hana masih tertawa.

Saat ini, Hana sedang main kerumah Chloe dan dua gadis itu menghabiskan waktu dengan mengobrol hal yang kebanyakan tidak penting. Ini saja mereka baru sempat bertemu karna Hana yang semakin sibuk juga dengan kuliahnya.

"Gak tau deh. Bukan hal aneh untuk pasangan mesum kayak Ayah dan Kak Greisy untuk bulan madu terus," jawab Chloe memutar bola mata dengan bosan.

"Omong-omong, Lenka mana? Tumben gak nempelin Chloe kayak perangko." Hana mengernyit dan tak lama sebuah senyum tipis terukir dibibirnya.

"Ah, sepertinya Lenka dekat sama cowok berkelas, ya?"

"Hah?" Chloe dengan cepat bangkit dari posisi berbaringnya lalu menghampiri Hana yang menatap keluar jendela masih dengan senyumannya.

"Lenka deket sama cowok? Emang ada yang mau?" tanya nya dengan polos yang dibalas tinjuan di bahu dari Hana.

"Apa aku salah? Kita semua tau gimana nyebelinnya sifat Lenka, kan?"

"Gitu-gitu Lenka tetap anak manis yang pernah Hana kenal," ucap Hana mendapat tawa ngakak dari Chloe.

"Eh, tapi kurang tau sih. Soalnya tadi ada mobil gitu datang dan Lenka lari cepat banget dan langsung masuk kedalam. Dan mereka langsung pergi deh."

"Ah, palingan itu temen ceweknya aja kali." Chloe mengibas-ngibaskan tangannya dengan tawa yang belum juga hilang.

"Gak mungkin tuh anak punya pacar. Langka itu!" seru Co dengan kejamnya.

"Chloe gak boleh jahat kayak gitu," ucap Hana.

"Daripada itu, Hana mau cerita kalo di kampus Hana ada kakak tingkat yang..." Obrolan mereka pun berlanjut kembali dan melupakan perihal Lenka sebelumnya.

...~~~...

"Jadi, hari ini kita mau kemana?" tanya Daniel kepada Lenka ketika lampu merah menyala.

"Kak Darren dan Kak Chloe udah baikkan dan makin dekat. Kemarin malam mereka keluar dan ngabisin waktu sama-sama. Kak Chloe keliatan bahagia banget," jawab Lenka gak nyambung.

"Terus?" tanya Daniel setenang mungkin.

"Memang itu tujuanku saat ini. Tapi aku sangat yakin kalau rasa percayanya dengan Chloe tidak sebanyak dulu. Pasti ada keraguan didalam dirinya. Setelah itu, aku pastikan dia akan hancur lagi dan itulah waktunya aku keluar sebagai pemenang." Daniel tertawa kecil melihat Lenka yang meliriknya dengan sinis.

"Apa? Kamu meragukan lulusan dari jurusan Psikologi, ya?

"Lenka cuma ngerasa wow aja gitu. Kak Daniel beneran ngelakuin apa yang Lenka saranin." Lenka menyeringai lebar dan tawa Daniel semakin lama menjadi terkesan jahat.

"Dari awal hubungan, mereka sudah rapuh dan kita buat sampai beneran hancur. Mereka berdua... tidak boleh bersama."

"Mereka memang tidak akan pernah bisa bersama."

...~~~...

"Gue minta maaf karna masih belum bisa ngebuat Farhan hancur sampai sekarang."

Dilain tempat, Cleo memandang penuh emosi gundukan tanah didepannya. Entah apa yang dipikirannya tapi sepertinya bukanlah hal yang baik kalau melihat eksperesi keras dan tangan yang mengepal erat itu.

Cleo berlutut dan dengan tubuh gemetar lalu menatap nanar batu nisan bertuliskan nama Silvia, cinta pertamanya.

"Tapi, gue janji secepatnya bakal ngehancurin Farhan. Lebih dari apa yang dia perbuat sama lo." Cleo menunduk dalam, perasaannya sangat sesak dan ia tidak tau kapan perasaan mengganggu itu akan hilang. Dari dulu, rasanya Cleo sangat sulit menerima kematian tragis Silvia.

"Apa dengan menghancurkan Chloe itu sudah cukup?" tanya Cleo dengan suara lebih berat dan dalam.

"Apa itu cukup untuk membalasnya? Membalas dendam gue dan kematian lo? Membalas semua perasaan lo yang dia permainkan? Benarkah?" Cleo bertanya lagi dan kali ini terdengar sangat mengerikan. Tak Cleo hiraukan angin malam yang semakin dingin berhembus memainkan rambutnya.

"Perlukah Chloe gue bunuh juga? Dengan begitu bakalan seimbang, kan?" menyakitkan namun kejam disaat bersamaan. Melampiaskan rasa sakit, kecewa, marah, dan juga takut yang bersatu. Melepaskan semua topeng yang ia gunakan untuk menjalankan hari-hari beratnya. Dan... mengeluarkan air mata yang entah sejak kapan mengalir bebas dari kedua matanya yang selalu berbinar hangat.

Padahal kehangatan itu sudah hilang dibawa pergi oleh seseorang yang sangat ia cintai.

...~~~...

CHLOE POV

"Lenka, lepasin aku sekarang... ugh, berat... aku melirik sambil meringis kearah Lenka yang bergelantungan seperti monyet dileherku. Nih anak badannya kecil tapi ternyata berat juga.

"Kenapa cepat banget pulangnya sih kak?! Lenka gak mau ditinggal sama Kak Arsen lagi!" seru Lenka semakin mengeratkan pelukannya dileherku dan itu tentu saja membuatku semakin tercekik. Aku melirik kearah Kak Greisy, Ayah, dan Arsen untuk meminta tolong, tapi mereka hanya menggeleng dengan kompak. Dasar keluarga penakut! Masa gak ada yang berani melawan Lenka saat ini?

"Uhm... Lenka, kamu mending sekolah aja nanti te-"

"KAK GREISY GAK NGERTI PERASAAN LENKA!" teriak Lenka memotong ucapan Kak Greisy. Kak Greisy mengatupkan bibirnya kembali dan mundur beberapa langkah sembari memandangku dengan tatapan kasihan.

"Lenka, kalo gitu terus nanti jodohnya makin jauh. Mau lo jadi jomblo terus?" Arsen berkata dengan nada diseram-seramin. Bodoh! Apa dia kira cara itu bisa meluluhkan Lenka? Sama sekali enggak.

"Kak Arsen yang paling Lenka sayangi," ucap Lenka sangat lembut. Lenka melepaskan peran monyetnya dan dengan senyum lebar berjalan kearah Arsen. Percaya padaku, ini bukan hal yang baik karna bulu kudukku merinding.

"M-mau apa lo? Napa senyum serem gitu, hah?" Arsen sepertinya tidak sadar sudah melangkah mundur beberapa langkah kebelakang saat Lenka semakin mendekatinya. "Sana jauh-jauh lo!"

Aku menutup mulutku dengan kedua tangan, Kak Greisy menjerit tertahan sembari bersembunyi dibalik punggung Ayah, dan Ayah sendiri hanya menatap dua anaknya dengan ekspresi lelah. Didepan kami, Lenka menerjang Arsen lalu menguyel-uyel muka Arsen dengan geregetan. Aesen sendiri berusaha melawan tapi tidak bisa karna Lenka mengunci geraknya. Jangan tanya darimana Lenka mempelajari semua itu, aku pun tidak tau.

"INI MUKA BAKAL LENKA HANCURIN KALO MASIH GAK MAU NGACA, YA!"

"W-WOI! LEPASIN GUE!!!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHA!"

"GUE BALES LO NANTI!!!"

Aku menghela nafas berat melihat dua orang yang masih berteriak dan mencoba untuk saling menjatuhkan itu. Apa tiap hari mereka berdua begitu selama aku gak ada? Pasti rumah ramai sekali. Tapi, perhatianku teralihkan saat Kak Greisy dan Ayah menghampiriku dan tiba-tiba Kak Greisy memelukku erat.

"Jangan dipikirkan adik-adikmu. Mereka hanya dalam masa pendekatan. Kan keduanya deket sama kamu, bukan satu sama lain." Kak Greisy melepaskan pelukannya lalu mencubit pelan pipiku.

"Liburan semester nanti pulang lagi, ya? Kita jalan-jalan sekeluarga!" seru Kak Greisy dengan semangat.

"Gak yakin," jawabku dengan senyum jahil.

"Sekarang aja Ayah overprotektif banget, apalagi nanti? Liburan nanti perut Kak Greisy pasti udah besar banget. Atau sudah berojol babynya, ya?" Aku melirik Ayah yang mengangguk kuat, menciptakan raut cemberut di wajah Kak Greisy. Ayah pasti sangat overprotektif sama Kak greisy karna kejadian yang menimpa pada kehamilan pertama Kak Greisy. Kejadian yang sangat mengerikan dan membekas. Aku masih ingat betapa hancurnya keadaan rumah yang awalnya sudah hancur saat Kak Greisy meninggalkan kami waktu itu.

"Hei, Chloe!"

Aku, Kak Greisy, dan Ayah menoleh kearah sumber suara. Bahkan Lenka dan Arsen pun menghentikan perkelahian mereka. Oh tidak, ini terjadi lagi! Kukira ini hanya terjadi jika bersama Darren!

Jantungku berdegup sangat kencang melihat sosok Kak Daniel. Tersenyum hangat begitu... tampan.

See you

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!