LUKA KEDELAPAN {2}

DANIEL POV

Aku menutup mulut dengan telapak tangan kananku untuk menyembunyikan tawa saat melihat binar dimata Lenka yang menatap tiga manga yaoi yang kuberikan. Manga laknat itu @

Pasti sama laknatnya dengan tiga manga yang sekarang ada ditangan Lenka. "Oh iya, Lenka membantu kak Daniel karna Lenka merasa kasihan saja. Ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan manga-manga yang kak Daniel beri."

Lenka berdehem pelan lalu memasukkan ketiga manga itu kedalam tas miliknya. "Jadi, apa masalahnya?"

"Aku ingin memiliki Chloe dengan cara sedikit... beda." Aku tersenyum kecil melihat raut wajah Lenka yang terlihat bingung.

"Aku memiliki tiga lawan dan satu diantaranya menggunakan cara licik dan murahan. Aku tidak ingin jadi pemenang dengan cara merebut seperti itu."

"Selama Kak Chloe masih milik kak Darren, itu namanya merebut, kan? Kak Daniel bodoh sekali." Lenka menaikkan sebelah alisnya dan menatapku dengan tatapan aneh. Oke, anak ini mulai menunjukkan sisi menyebalkannya.

"Tapi, apa memang lawannya sebanyak itu? Kak Chloe ternyata populer juga, ya?"

"Iyalah, emangnya kayak kamu-Oh, ini gak seperti apa yang kamu pikirkan kok. Peace!" aku mengangkat jari telunjuk dan tengahku membentuk V saat melihat tatapan tajam dari Lenka. Lenka mendengus sebal.

"Walaupun kayak gini, Lenka juga banyak yang suka kok! Lihat nanti saat SMA, Lenka bakal jadi cewek paling populer!"

"Kayak gini? Pfffttt.... HAHAHAHAHAHAHA!" Aku tertawa terbahak sampai perutku sakit.

"What? Kamu yang ngomong begitu, Lenka." Aku membela diri saat tatapan Lenka semakin tajam dan wajah gadis itu memerah. Gawat. Kalo nih anak sampe marah bisa gawat!

"Kak Daniel mau Lenka bantu gak sih? Kalo enggak, Lenka pulang sekarang." Lenka mengembungkan pipinya lalu melirik sebal kearah pelayan yang membawa pesanan es krim miliknya.

"Ini juga! Kenapa es krimnya datang lama banget? Ngambil dari kutub, ya?" semprot Lenka membuat mas-mas pelayan tak berdosa itu berjengit lalu meminta maaf dengan wajah yang menurutku konyol banget.

"Astaghfirullah, bisa mati ketawa aku disini." Aku menggeleng melihat Lenka yang sekarang memakan es krimnya dengan ganas. Sepertinya membiarkan kepalanya dingin dengan eskrim terlebih dulu adalah ide terbaik.

Sambil menunggu Lenka melahap eskrimnya, pikiranku mengulang kejadian dimana Farhan mencium Chloe dan Darren tiba-tiba menghajarnya. Aku tidak sebodoh itu sampai tidak bisa melihat tatapan membunuh dari Darren. Walaupun anak SMA, aku bisa merasakan auranya sangat mengerikan. Entah hanya perasaanku saja atau memang Darren menahan diri untuk tidak menghabisi Farhan? Tapi untuk apa?

Agar tidak masuk penjara atau Chloe kecewa dengan dirinya? Bukankah Chloe sudah mengecewakannya? Ah, tipe cowok terlalu baik, ya? Aku merasa ingin muntah dengan pemikiran terakhir.

"Uhm, Lenka baru memikirkan sesuatu nih, kak." Lenka menaruh sendok kecilnya kedalam gelas besar kosong es krimnya.

"Ada cara bagus untuk mendapatkan Kak Chlow ."

"Sebelum itu, sejak kapan ada dua gelas kosong? Kapan kamu mesan lagi?" tanyaku melihat dua gelas jumbo eksrim yang kosong didepan Lenka.

"Kenapa? Tidak terima? Tidak punya uang buat bayar? Apa kakak semiskin itu? Lalu untuk apa sok mau traktir Lenka?" tanya Lenka beruntut dengan wajah songong tapi aku tau ada kekhawatiran disana. Ha. untung saja aku adalah master menghadapi Tsundere! Thanks to anime-anime yang mengajariku pelajaran berharga itu.

"Woah, santai saja. Kalau mau, kamu bisa memesan lagi kok." Aku mengulum senyum saat melihat Lenka diam-diam menghela nafas lega. "Jadi, apa cara yang bagus itu?"

"Menyakiti musuh dengan perlahan hingga mati." Lenka berbicara kalimat mengerikan itu dengan sangat ringan dan biasa, seakan mengatakan kalau Chloe peringkat satu lagi disekolahnya. Jangan bilang gadis ini beralih dari Tsundere menjadi Yandere. Itu semakin gawat!

"M-maksudnya?" tanyaku takut-takut,

"Menyakiti seperti apa?" tanyaku lagi saat Lenka menatapku dengan tatapan datar.

"Ck, bodoh sekali. Maksud Lenka itu, kak Daniel bersikap baik dengan musuh kakak dan buat dia percaya dengan kakak. Setelah itu kakak sakiti dia sampai dia mati. Mati dalam artian menyerah untuk bersama Kak Chloe." Lenka menatapku dengan serius dan sebuah seringai terukir dibibirnya. Kan, anak ini memang serem.

"Contohnya, Kak Daniel dekatin Kak Darren. Disaat terpuruk, Kak Daniel datangi dan bertingkah seakan kakak adalah temannya. Seakan kakak adalah pendukung hubungannya. Semakin lama dan jauh, kak Daniel jatuhkan dia secara perlahan sampai akhirnya menyerah. Sampai dia merasa kalau kak Chloe gak layak buat diperjuangin lagi."

"Jenius juga," pujiku.

"Tapi, kamu sadar kan, Len? Kamu memberi ide kepadaku untuk menyakiti Darren dan Chloe sekaligus."

"Sangat sadar kok," jawab Lenka dengan senyum sedih.

"Lenka kurang setuju dengan hubungan kak Chloe saat ini. Selain tentang kepercayaan, kak Chloe juga rela membuang mimpi besarnya untuk masuk Harvard. Sebenarnya, Lenka senang sih karna Kak Chloe tidak jadi pergi jauh. Tapi rasanya kecewa juga karna kak Chloe lakukan itu demi kak Darren." Ekspresi Lenka kini berubah dari sedih menjadi wajah songong khasnya sembari menunjukku dengan tak kalah songongnya dari wajahnya.

"Maka dari itu, kak Daniel jangan ngecewain Lenka yang mendukung kakak! Lenka harap bodohnya dikurangin banyak-banyak, oke?!"

Aku tersenyum lembut dengan anggukan semangat. Lenka memang nyebelin, tapi dia juga yang memberikan dorongan untuk tidak menyerah kepada Chloe. Maka, demi diriku, Chloe, dan Lenka... aku menjawab,

"oke."

...~~~...

CHLOE POV

Darren benaran pergi, dan ini sudah dua hari sejak kepergiannya dari rumahku. Selama itu juga aku tidak menemui Farhan dan tidak ingin tau tentangnya lagi. Tidak munafik, aku sangat marah dan benci dengan Farhan karna membuat hubunganku dengan Darren menjadi lebih rumit. Oh, selama itu juga Darren mengabaikan semua panggilanku. Darren ternyata benar-benar marah dan tidak mau dihubungi.

"Argh, ini menyebalkan!" Aku membanting ponselku dengan penuh emosi keatas kasur.

"Sekarang aku harus apa?" aku mendudukkan diri ditepi kasur dengan emosi yang memenuhi diriku. Tidak tau lagi bagaimana wajahku panasnya sekarang karna menahan emosi sedari tadi.

Aku menautkan alisku saat melihat kalender diatas meja belajar. Dengan cepat aku berlari dan mengambil kalender kecil itu. Mataku meneliti tanggal-tanggalnya dan sebuah senyum mengembang dibibirku,

"Aku punya waktu kurang dari seminggu sebelum liburan akhir semester dimulai. Baiklah, aku akan ke Jakarta secepat mungkin!"

...~~~...

AUTHOR POV

Darren berjalan dengan tenang kesebuah meja dengan seseorang yang terlihat tengah menunggu kedatangannya.

"Jadi, ada urusan apa lo sama gue, Daniel?" Darren mendudukkan diri dikursi kosong seberang seseorang yang menunggu kedatangannya, Daniel.

"Langsung saja, ya? Hmmm... aku melihat semua kejadian dirumah Goldie waktu itu." Daniel mengangkat kedua tangannya saat Darren mendelik tajam kearahnya.

"Calm down, bro. Aku gak ngapa-ngapain kok." Daniel berdehem sembari menurukan kedua tangannya kembali.

"Aku di Jogja karna ada pekerjaan dan sebelum pulang aku mau pamit sama Chloe. Tapi... yah.... keadaannya tidak memungkinkan."

"Kenapa banyak sekali orang-orang brengsek yang ganggu sih? Lama-lama gue kurung aja deh si Chloe." Darren mendengus sebal dengan wajah semakin kusut.

"Kamu tau? Aku sebenarnya salut karna kamu biarin cowok itu pergi. Kalo aku sih, bisa-bisa aku hajar sampe tuh cowok gak lihat matahari selama seminggu." Daniel menggeleng pelan sambil tertawa ringan.

"Itu kalo aku, semua orang beda-beda, kan?"

"Gue bahkan udah mikir untuk buat tuh brengsek tidur didalam peti." Darren menatap Daniel penuh selidik.

"Kenapa lo mau repot-repot nemunin gue? Gue yakin bukan cuma masalah ini, kan?"

"Hm, aku juga salut sama kesabaranmu. Tidak banyak cowok-cowok yang bertahan untuk bersama ceweknya kalau sudah begitu. Chloe sudah bisa dikategorikan selingkuh dan kamu memaafkannya. Itu sangat hebat. Aku yakin kamu akan menjadi yang terakhir untuk Chloe kedepannya." Daniel berdecih dalam hati karna omongan munafiknya.

"Ya, karna gue sayang sama Chloe makanya gue harus nahan rasa kecewa demi dia." Darren tersenyum lemah lalu sambil menatap kedua tangannya yang diletakkan diatas meja.

"Tapi, kenyataannya rasa kecewa gue memang terlalu besar sampai harus melarikan diri darinya."

"Inilah yang disebut cobaan. Hubungan kalian ini sedang diuji. Lagian nih ya, kamu juga sih, kenapa punya cewek cakep banget?" tanya Daniel dengan jenaka membuat Darren meliriknya dengan senyum mengejek dibibirnya.

"Coba ketemu Chloe sekali lagi, mantapkan hati, dan cobalah memaafkannya. Oh iya, selama ini Chloe menghubungimu atau tidak?"

"Iya, dia ngehubungin gue dan selalu gue abaikan," jawab Darren.

"Tapi, gue lakuin itu karna masih kecewa sama dia."

"Aih, kamu ini cowok atau cewek, sih? Kalo gitu terus nanti Chloe bisa marah balik loh. Cewek kalo marah balik itu mengerikan tau. Pernah liat cewek yang marah balik gak?" tanya Daniel membuat Darren membeku.

"Hayo, baru sadar? Mampus! Chloe termasuk golongan cewek galak loh. Coba tanya Arsen deh sana kalo gak percaya."

"B-benar juga, ya? Mama kalo marah balik itu ngeri banget dan Arsen pernah cerita kalo dia marah dan Chloe marah balik itu... serem." Darren meneguk liur dengan susah payah.

"Daniel, gue harus gimana? Lo ada ide gak?" tanya Darren dengan panik. Tanpa Darren ketahui, Daniel diam-diam menyeringai tipis. Sangat tipis.

See you in next chapter...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!