LUKA KEENAM {2}

"Wah, wah, lo makan banyak juga, ya? Gak takut gendut?" tanya Cleo membuatku mendongak dan menatapnya jengah.

"Biasanya cewek-cewek tuh ya, duh, ini terlalu berlemak nanti aku gendut gitu."

Aku hampir tersedak saat melihat Cleo menirukan lagak dan suara cewek dengan alaynya. Persis cabe-cabean salah gaul.

"Kok goblok?" Aku tertawa lepas begitu makananku sudah tertelan sepenuhnya.

Memang sih, aku banyak banget makannya. Habis mau bagaimana? Aku kalo bete suka banyak makan.

"Aku gak suka diet-diet gitu. You only live once. Aku mau terus makan dan makan sampai perutku meledak!" Aku mengerjap karna

sekarang giliran Cleo yang tertawa lepas sampai orang-orang sekitar menoleh penasaran.

"Masih sanggup makan? Gue punya banyak tempat makan yang siap buat perut lo meledak kayak Squidward." Cleo berdiri dari tempat duduknya lalu mengulurkan tangannya.

"Ayo, kita pergi lagi."

Aku tersenyum dan mengangguk. Saat aku akan meraih tangan yang terulur itu, sebuah suara membuat pergerakkanku terhenti. Suara yang memanggil namaku dan suara itu sangat kukenali. Kak Daniel.

"Kak Daniel?" aku menoleh dan menarik kembali tanganku.

"Kebetulan sekali, ya? Sama siapa kesini?" tanyaku sedikit canggung. Pasalnya aku dalam proses menjauhi kak Daniel karna... oh tidak, jantungku marathon kembali! Kak Daniel beneran bahaya jika berada dijarak kurang dari 100 meter dariku sekarang!

"Aku kesini buat nemenin sepupuku dan sekalian refreshing sebelum balik ke Jakarta." Kak Daniel tersenyum tipis yang kubalas anggukan canggung.

"Ah. kamu sepertinya cepat berteman disini, ya? Itu bagus." Kak Daniel memberikan sebuah senyum ramah kepada Cleo.

"Dan, abis ini temenin gue ke-Chloe?!"

Merasa terpanggil, aku menoleh, kesumber suara dan mataku terbelalak melihat sosok Farhan yang tak kalah kagetnya. Jangan bilang Farhan adalah sepupunya kak Daniel! Jogja tidak mungkin sesempit ini, kan?

"Loh? Han, kamu kenal sama Chloe?" tanya kak Daniel dengan wajah tak percaya.

"Wow, dunia ini luas sekali."

"Chloe, ayo kita pergi sekarang." Cleo menarik tanganku dengan cepat tanpa bisa kulawan. Aku tidak tau mengapa tapi raut tidak suka terlihat jelas diwajah Cleo.

Kepalaku menoleh dan kudapati Farhan menyeringai dibelakang sebelum berbalik meninggalkan tempat tadi yang disusul oleh kak Daniel.

"Cleo, ada apa?" Aku menahan tangan Cleo hingga ia berhenti berjalan.

"Kamu terlihat kacau banget." Aku melihat sekitarku yang terlihat begitu sepi. Aku tidak yakin kalau sebenarnya Cleo menarikku kesini dalam keadaan sadar diri.

"Bukan apa-apa," jawab Cleo cepat.

"Gue cuma gak suka kalo elo dekat-dekat sama Farhan. Yah, sepupunya juga sih."

"Loh, kenapa? Mereka berdua orang yang baik kok." Aku berusaha melepaskan tanganku yang digenggam Cleo. Namun, Kindy semakin mengeratkan genggamannya.

"Tanganku sakit, Cle!"

"Gue gak suka lo dekat-dekat dengan Farhan dan berakhir seperti dia." Cleo melonggarkan genggaman tangannya yang menyakitkan tadi.

"Gue gak mau hal seperti yang dia alami bakal terulang kalo lo sampai deket dengan Farhan dan jatuh ketangan brengsek itu!"

"Dia? Siapa itu dia?" tanyaku penasaran.

Aku tidak mengerti tapi firasatku berkata kalau ada sebuah kisah gelap antara Cleo dan Farhan yang bersangkutan kuat dengan si dia ini.

"Dia... adalah perempuan yang cantik, menyenangkan, disukai banyak orang, pintar, dan ramah. Dia juga pemberani dan kuat, namun rapuh secara bersamaan. Gue sangat menyukainya dan Farhan mengetahuinya. Dari jaman SMP, gue gak tau apa penyebab pasti Farhan selalu menghantui gue dan berusaha keras menjatuhkan gue. Semua sudah Farhan rebut dan gue akui dia hebat." Cleo mengusap wajahnya dengan kasar.

"Tapi, gue benar-benar gak bisa maafin ketika Farhan menghancurkan dia. Orang yang gue suka. Cinta pertama gue."

"C-cinta pertama? Farhan menghancurkan cewek itu seperti apa?" tanyaku sedkit takut. Ini bukan cerita seram tapi aku berdebar-debar dan: merasa tidak sanggup mendengar kelanjutan ceritanya.

"Farhan menidurinya sebelum meninggalkannya. Gue mengetahui ini langsung dari mulut sombong bajingan yang begitu bangga dengan perbuatan hina itu. Perbuatan itu Farhan lakukan karna persyaratan untuk menjadi pacarnya, lalu dia... menyetujui untuk memberikan tubuhnya kepada bajingan itu." Cleo tertawa getir dan tawa itu terdengar begitu menyakitkan bagiku.

"Gue semakin hancur saat mendengar dia bunuh diri."

"Bunuh diri?!" Aku meneguk liur dengan susah payah.

"Sebenarnya, siapa dia?"

"Chloe." Kindy tertawa keras membuatku semakin bingung dan sakit entah karna apa. Tawa itu terlihat jelas menyimpan banyak rasa sakit.

"Nama dia adalah Silvia. Silver. Perak."

"Cle-" bibirku terkatup saat Cleo mendekap tubuhku dengan erat. Aku tidak mampu melawan ketika kurasakan tubuhnya bergetar dengan dagu yang ia tumpukan diatas kepalaku.

"Gue gak bisa maafin Farhan maupun diri gue sendiri. Farhan memang benar, gue adalah pengecut." Suara Cleo sangat serak seperti menahan tangis yang berada diujung tanduk. Cukup, aku tidak suka dengan Cleo yang hancur begini. Aku tidak suka!

"Cleo, kamu bukan seorang pengecut."

Aku mengusap punggung Cleo dengan kedua tanganku yang membalas pelukannya.

"Kamu orang yang menakjubkan. Tawamu, kehangatanmu. pesonamu, pengetahuanmu, dirimu, dan semuanya. Aku yakin Silvia pasti berfikiran sama denganku." Aku

mengeratkan pelukanku kepada Cleo.

"Jadi, jangan bersedih lagi. Kamu harus melangkah maju dan jangan menyesali pilihan Silvia yang kenyataannya memang salah. Karna, aku tau rasanya ditinggalkan seperti itu dan rasanya luar biasa sakit."

Aku menguraikan pelukannya lalu membuang muka. Semenjak kematian Bunda, aku selalu sensitive mendengar masalah bunuh diri. Keputusasaan dan keinginan mengakhiri kesedihan dengan cara paling instan. Bohong kalau aku tidak kecewa dengan pilihan Bunda maupun Silvia yang satu itu.

"Gue gak bakal gagal lagi. Gue bakal jagain lo dan selamanya akan begitu."

Cleo menangkup wajahku dengan kedua tangan besar dan hangatnya. Mata Cleo begitu hangat dan teduh, membuat hatiku berdebar lebih cepat. Sial, sial, sial, dan sial! Kenapa hatiku menjadi liar begini?

Aku jadi takut sekali.

"Chloe, gue janji bakal selalu bersama lo. Gue gak akan gagal untuk kedua kalinya." Dan Chloe mendekap tubuhku dengan hangat kembali. Lebih hangat dan dekat. Menciptakan debaran yang begitu

kutakuti.

...~~~...

AUTHOR POV

"Mau kemana kamu, Han?" Daniel mencengkram erat lengan Farhan yang terlihat begitu marah melihat pemandangan yang tidak jauh darinya.

Pemandangan dimana Cleo dan Chloe berpelukan.

"Lo tau apa, Dan? Chloe adalah cewek yang gue maksud selama ini!" seru Farhan terlihat frustasi. Melihat Chloe sedekat itu selain kepadanya membuat hatinya panas.

"Kasusnya sudah beda dengan Silvia! Gue... gue suka sama Chloe."

"Anggap saja ini karma buat kamu, Han."

Daniel tertawa padahal perasaannya juga geram melihat pemandangan itu.

"Chloe jauh berbeda dengan perempuan di masa lalu itu. Chloe itu istimewa. Dimana-mana emas selalu lebih berharga dari perak."

Daniel melirik tajam kearah Farhan yang mengeluarkan kotak rokok dari saku celananya.

"Omong-omong, kamu akan kalah banyak dari Cleo. Chloe sangat benci cowok perokok."

"Apa?" Farhan menoleh dan menatap Daniel dengan tatapan mengejek.

"Tau apa lo tentang Chloe, hah?"

"Oh iya, gue lupa cerita kalau Chloe adalah salah satu fansku, ya?" Daniel tertawa kecil melihat Farhan yang terbelalak.

"Apa? Kenapa kaget begitu? Sebelum kalian, aku lebih dulu kenal dengan Chloe. Bahkan, salah satu adiknya memberikan jalan tol buat aku mendekati Chloe."

"Lo... jangan-jangan...." Farhan menatap tajam Daniel.

Daniel menghela nafas berat lalu mengangguk. "Iya, aku juga suka sama Chloe. Oh, ayolah, siapa yang bisa menolak pesona Chloe sih? Chloe tidak hanya mengandalkan kecantikan seperti cewek-cewek kebanyakan. Chloe terlalu sempurna untuk ditolak. Seperti emas yang paling berkilauan diantara emas lainnya."

"Gue memang kesal banget sama lo bahkan benci. Tapi, gue sama sekali gak tertarik merebutkan seorang cewek dengan sanak saudara sendiri."

Farhan mendecih ketika Daniel terbahak dengan tatapan mengejek yang sangat menyebalkan.

"Gue serius, Daniel bajing Farezka!" seru Farhan dengan menekan kata bajing yang ia tambah dinama panjang Daniel.

"Kamu takut bakal kalah sama aku, ya? Tenang saja, sekalipun kamu sepupu tersayangku, aku tidak akan segan-segan kalau masalah hati. Karna... cukup sekali aku merasakan perasaan menjijikkan seperti patah hati." Daniel memasukkan kedua tangannya kedalam saku celananya.

"Kali ini, aku tidak mau main-main lagi. Aku pasti mendapatkan Chloe!" Daniel menatap tajam kearah dua punggung yang berjalan menjauh. Dimana punggung yang lebih besar merangkul pungung yang lebih kecil.

"Suatu saat, Chloe akan menjadi milikku." Daniel berbalik dan meninggalkan Farhan sendirian ditempat itu.

"Mengerikan, seleranya masih tetap tinggi. Waktu itu Greisy dan sekarang move on ke Chloe?!" Farhan membalik badannya untuk menatap punggung Daniel yang berjalan semakin jauh.

"... Woah, tekadnya kali ini lebih besar daripada waktu mau dapetin hati Greisy, ya? Makin lama makin banyak aja saingan gue."

Dan... Farhan membuang kotak yang berisi batang rokok itu ketempat sampah sebelum pergi meninggalkan tempat itu, menyusul Daniel yang sudah duluan pergi.

...~~~...

"Ren, kamu yakin langsung berangkat nanti pagi? Gak terlalu tiba-tiba? Apa gak lebih baik cek nilai atau apa dulu disekolah besok?" tanya Angel, ibunya Darren. Angel menatap putra semata wayangnya dengan khawatir karna daritadi terlihat uring-uringan.

"Enggak, Ma. Soal itu nanti bisa minta tolong sama Arsen kok." Darren menaruh alat makannya dengan asal diatas piringnya.

"Pokoknya, Darren bakal ke Jogja besok pagi. Mama sama Papa tidak usah khawatir."

Darren bangkit dari kursinya. "Darren sudah selesai makan."

"Tapi, kamu belum menyentuh makananmu sedikitpun-" Gabriel selaku Ayah dari Darren hanya menghela nafas berat melihat putranya mengacuhkan dirinya.

"Darren kayaknya frustasi banget. Entah kenapa aku jadi takut sekali." Angel menyentuh dadanya yang terasa sakit sekali.

"Belum lagi aku pernah tak sengaja

menemukan sebuah Al-Qur'an didalam kamar Darren. Sayang, itu maskudnya apa? Ken... gak bermaksud..." Angel menutup mulutnya untuk meredakan suara tangisnya. Hati Angel sakit sekali menyadari anak satu-satunya berusaha untuk memalingkan wajah dari kepercayaan yang ia dan keluarganya pegang teguh selama ini.

"Sayang, jangan menangis." Gabriel memeluk istrinya dan menenggelamkan wajah cantik yang menangis itu kedalam dadanya.

"Darren pasti tau jalan terbaik yang akan dia ambil." Gabriel mencium pucuk kepala istrinya dengan perasaan yang sama hancurnya dengan sang istri maupun si anak itu sendiri sebenarnya.

...~~~...

Darren menatap kosong langit malam yang semakin larut dibalik jendelanya. Mata kosong namun pikiran yang penuh dan hati yang sesak. Jauh sekali didalam sana.

Darren merasakan sedikit keraguan kepada Chloe. Selain kepercayaan, ada sesuatu yang mulai memberikannya jarak kepada Chloe. Firasat yang mengatakan kalau perasaan Chloe mulai memudar untuknya.

"Gue mending tidur daripada banyak mikir." Darren melorotkan tubuhnya yang bersandar dipunggung kasur hingga berbaring dengan nyaman.

"Besok gue bakal ketemu dengan Chloe. Gak ada yang perlu dikhawatirkan lagi."

Darren memejamkan matanya namun tidak tertidur. Semalaman pikiran dan hati Darren sangat kacau. Benar-benar kacau.

See you in next chapter....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!