LUKA KESEPULUH

AUTHOR POV

Sudah 15 menit berlalu, Chloe dan Darren sedari tadi hanya saling diam dengan suasanaasana canggung yang kuat. Bagi mereka berdua, melihat orang-orang yang berlalu lalang itu lebih menarik daripada mengeluarkan suara. Saat ini, Chloe dan Darren sedang duduk dikursi taman yang mulai sepi karna hari mulai gelap,

"Gue minta maaf sama lo." Akhirnya Darren membuka suara walaupun masih enggan menatap Chloe.

"Kamu menggunakan gue lo seperti dulu waktu tidak pacaran, ya?" Chloe tertawa mengejek.

"Kacau banget jadinya, Kalo tau begini, aku tidak mau pacaran sama kamu dari awal."

"Terus, kamu mau kita putus?" Darren menoleh dengan wajah syok kearah Chloe. Hati Darren langsung terasa dilempar satu ton besi saat melihat wajah Chloe yang memerah dan mata yang berkaca-kaca. Menatap mata milik Chloe yang begitu sedih.

"Aku gak mau kita putus."

"Kalo pacaran cuma ngebuat kamu kecewa dan menjauh dariku, aku lebih milih temenan aja sama kamu. Aku... ga suka keadaan yang kayak gini." Chloe menghela nafas berat sembari membuang wajah. Tak mampu melihat Darren yang begitu kacau dimatanya dan itu karna dirinya. Membuat hati Chloe semakin terluka dan bersalah saja.

"Dari pengalaman orang-orang, kalo dua orang sahabat dekat yang pacaran lalu putus, nanti tidak akan bisa sama kembali." Darren menangkup wajah Chloe dengan lembut.

"Hei, tatap mataku kalo lagi ngomong dong." lanjut Darren sangat lembut.

"Aku mau sahabatan aja sama kamu, Jalanin semuanya seperti biasa dan gak ada masalah kayak gini. Apa kita gak bisa kembali kayak dulu aja? Kembali bersahabat tanpa adanya hubungan rumit begini!" seru Chloe dengan suara yang mulai bergetar.

"Tapi, kita gak bisa kembali kayak dulu. Semua sudah terjadi dan beginilah kita sekarang. Kalaupun kembali, tidak akan sama lagi. Aku yakin kerumitan ini bakal selesai. Kita akan selesaikan detik ini juga." Darren memeluk Chloe dengan erat saat ia rasakan perasaannya menolak semua kalimat itu. Ada bagian hatinya yang tidak mempercayai hubungan ini lagi.

"Kita akan sama-sama terus kok. Aku sama sekali gak ada niat buat ngelepasin kamu"

"Ttapi, aku udah ngecewain kamu..." dan semua pertahanan Chloe pun runtuh.

"-Ssshh. Kita lupakan masalah itu dan jalani kedepan. Waktu kita terlalu berharga untuk menyesal. Aku udah coba nerimanya kok. Tapi kamu janji tidak dekat-dekat sama cowok itu lagi, ya? Aku gak suka." Darren mencium kening Chloe saat gadis dalam pelukannya itu mengangguk. Sangat lama dan lembut. namun bercampur dengan rasa ragu yang tertimbun diantaranya.

"Sungguh, aku tidak mau kehilangan kamu, Chlo. Selama ini cuma kamu yang ada dibayangan masa depanku. Aku gak mau sama orang lain." Chloe hanya tersenyum lebar dan semakin mengeratkan pelukannya.

Menikmati momen membahagiakan di bawah langit senja yang berganti menjadi malam.

...~~~...

CHLOE POV

Aku menikmati suasana tenang dirumah ini sambil membaca majalah dan memakan cemilan. Sangat tenang karna dua cecurut berisik itu masih sekolah. Lalu semua itu berubah semenjak Kak Greisy dengan hebohnya menyerang.

"Kak Greisy, TVnya kecilin dikit dong suaranya," pintaku sambil menutup majalah yang kubaca.

"Mending Kakak rumpi aja deh sana sama Tante Cindy dan Tante Angel."

"Udah sering. Bosen. Mending gangguin kamu aja, kan? Udah jarang." Kak Greisy terbahak-bahak namun anehnya masih tetap cantik. Ck, cecan mah bebas ya?!

"Oh iya, gimana kamu sama Darren? Udah kissing belum? Atau lebih?" tanya Kak Greisy begitu, enteng. Apa dia tidak sadar saat bertanya?

"Astaghfirullah, Kak Greisy gak sehat banget mikirnya. Pacaranku sama Darren gak seperti itu!" seruku dengan perasaan dagdigdug. Aku gak bisa bilang kalau udah kissing, kan? Itu memalukan.

"Yah, Darren gak agre-aw! ! Chloe sakit tau!" Kak Greisy mengusap kepalanya yang baru saja kujitak.

"Gak sopan ya sama orang tua!" seru Kak Greisy sambil mengembungkan pipinya. Mana ada orang tua kayak gini!

"Abis Kak Greisy bahasannya gitu amat sih." Aku mendengus kasar melihat Kak Greisy nyengir dengan lebarnya sampai kedua matanya menyipit.

"Th, kenapa galak banget sih? Nanti kalo aku keguguran gimana dong?" Kak Greisy mengelus-elus perutnya yang rata dengan heboh.

"Jangan salahkan aku kalo nanti adekmu tidak suka denganmu."

"Gak mungkin. Si baby bakal suka sama kakaknya yang paling cantik ini!" seruku sombong yang dibalas Kak Greisy sok muntah. Aku tertawa dan pandanganku jatuh kepada dress cantik biru laut yang Kak Greisy kenakan. Dress sederhana yang sangat indah.

"Itu bukannya dress buat orang hamil, ya? Kan belum waktunya pake itu kak."

"Hm, memang sih. Tapi aku udah gak sabar," jawab Kak Greisy.

"Baju ini sebenarnya punya Arin. Hampir mau disumbangkan Bu Ratih ke orang lain, tapi aku larang. Aku suka bajunya. Cocok gak?"

Kak Greisy berdiri lalu berputar-putar dengan senyum lebar. "Awalnya Christ kaget sih tapi dia bilang cocok."

"...Kak Greisy gak merasa sakit hati dijadiin yang kedua? Bukan jadi yang pertama didalam hidup seseorang, memangnya tidak berat untuk kakak?" tanyaku membuat Kak Greisy berhenti berputar-putar dan memilih untuk duduk kembali.

"Belum lagi kalau sudah ngomongin Almarhumah Bunda. Memangnya kak Greisy beneran gak sakit hati?"

"Enggak sama sekali." jawab Kak Greis dengan senyum tipis.

"Aku malah senang kalau diajak mengenang sosok Arin yang memang belum pernah kutemui secara langsung. Mendengarkan kisah sosok Arin yang katanya lebih kurang mirip denganku itu sangat menyenangkan. Awalnya memang berat, tapi ini adalah jalan hidup yang kupilih." Kak Greisy menyenderkan tubuhnya disofa lalu meraih remote TV dan memindah-mindah salurannya.

"Apa Kak Greisy pernah menyesal dan berharap semua kembali seperti awal sebelum kenal Ayah? Bukannya kalau begitu sampai sekarang Kak Greisy masih berkarir dan mungkin menikah dengan lelaki yang lebih muda, tampan dan mapan?" tanyaku semakin penasaran Kak Greisy mematikan TV sebelum menaruh perhatian sepenuhnya kepadaku.

"Dulu, aku pernah berfikir begitu. Menyesali semuanya dan menganggap kalau Christ adalah bencana. Aku kehilangan segalanya dan itu tidak gampang sama sekali. Tapi, aku sadar kalau aku tidak bisa kembali. Berjalan mundur pun cuma buat aku semakin sakit dan lebih sakit lagi. Tak ada pilihan selain maju kedepan dan menerima yang sudah terjadi didepan mataku. Lagian kalo cuma menyesal dan menyesal, itu beneran tidak berguna sama sekali." Kak Greisy meraih kedua tanganku dan menggenggamnya erat.

"Impianku juga sebelumnya sama seperti anak gadis kebanyakan. Menikah dengan lelaki tampan yang dicintai lah bahagia bersama sampai akhir. Dan takdir yang sekarang ini... bener-bener gak terlintas dikepalaku sama sekali."

"Nyatanya, takdir Kak Greisy adalah menikah dengan duda yang memiliki masa lalu sangat gelap dan tiga anak remaja yang sempat sakit, ya?" Aku tertawa miris dan hal itu membuat Kak Greisy semakin mengeratkan genggaman tangannya di tanganku.

"Tapi, aku sudah bahagia dan tidak menyesali apapun. Mau lari kemanapun, kalau jawabannya adalah Christ dan kalian bertiga, aku tidak bisa menyangkalnya lagi." Kak Greisy tersenyum sangat lembut dan tulus. Membuat hatiku hangat melihatnya.

"Aku tidak berfikir kalau aku adalah yang kedua untuk Christ. Aku adalah yang terakhir dan itu membuatku yakin kalau menjalani apa yang ada didepanku saat ini dan nanti adalah jawaban terbaik."

"GREISY, KESAMBET APA?!"

"SUBHANALLAH, KAK GREISY SWEET SEKALI KEK GULA JAWA."

"Kak Arsen, itu sama sekali gak lucu"

Aku dan Kak Greisy reflek berdiri dan berbalik tubuh. Disana sudah berdiri Ayah, Arsen , dan Lenka yang masih lengkap dengan pakaian kerja dan seragam sekolah masing-masing. Aku mundur beberapa langkah saat Ayah tiba-tiba berlari kearah Kak Greisy dan memeluknya dengan erat.

"Aku makin cinta sama kamu. Greisy." Ayah mengangkat tubuh Kak Greisy lalu berputar seperti bermain dengan bocah.

Ah, aku pernah begitu dengan Darren waktu itu.

"Ayo kita bulan madu lagi!"

"Loh? Kok kamu udah pulang. Christ?" tanya kak Grey sambil mengalungkan kedua tangannya dileher Ayah. Oh, ini terlihat gawat.

"Sebenarnya kantor sedang ngadain acara amal di cabang Singapura dan aku mau bersiap-siap. Tapi, yang terpenting sekarang adalah kamu, Greisy. Acara itu masih bisa diwakilkan kok."

"AYAH, ADA ANAK KECIL"

"KAK ARSENKENAPA MATA LENKA DITUTUP? ADA APA?"

"AYAH, TOLONG SADAR TEMPAT!"

Aku merasakan wajahku memanas ketika Ayah dengan tidak segan-segannya mencium Kak Grey didepan kami, terlebih didepan Lenka yang notaben masih dibawah 17 tahun. Bukan hanya itu, Kak Greisy pun kini membalas ciuman tersebut yang membuatku ingin sekali menghajar pasangan mesum itu. Aku berjalan- menghampiri Arsen yang masih menutupi mata Lenka. Lalu, kami menggiring Lenka menjauh dari tempat itu bersama-sama.

See youuuu...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!