LUKA KESEMBILAN {2}

AUTHOR POV

Chloe sudah berada didalam kamarnya dengan membawa satu gelas besar es krim coklat. Arsen menghampiri Chloe yang duduk dikasur dengan kedua kaki tertekuk

"Ada apa?" tanya Chloe dengan lirih Chloe sangat ingin sendiri sekarang

"Nih, makan dulu es krimnya. Lo ada masalah apa sama Darren?" dengan tawa yang lepas.

Chloe terdiam didalam kamarnya sendiri, merenungi apa yang terjadi belakangan ini Chloe kira kalau menghabiskan waktu dengan keluarganya akan membuatnya lupa masalah yang terjadi di Jogja. Tapi, dia malah membuat Arsen khawatir dengan tiba-tiba menangis dipelukan sang adik tersebut.

"Chlo, lo beneran gak apa-apa? Kenapa tiba-tiba nangis terus lar! gitu sih?" Chloe mengusap kasar wajahnya dan berusaha tersenyum kepada Arsen.

"Nih habisin es krim nya atau gue yang suapin pake mulut." Arsen tertawa kecil saat Chloe mendelik tajam kearahnya.

"Gue tau kalo dipeluk cogan itu salah satu hal paling membahagiakan didunia ini. Tapi gak harus nangis gini, kan? Gue jadi ngerasa gak enak loh."

"Kalo ada lomba manusia paling menggelikan, aku bakal daftarin kamu dan aku yakin pasti menang." Chloe memperbaikki posisi duduknya menjadi menyila sebelum merebut es krim yang ada ditangan Arsen dan memakannya dengan ganas.

Arsen tersenyum tipis melihat Chloe yang begitu ganas melahap es krimnya.

"Jadi, ada masalah apa lo? Gue yakin gak Jauh-jauh dari Darren."

"Hm, aku berantem sama Darren." Chloe menaruh gelas yang sudah kosong itu diatas meja nakas disamping kasurnya. Hanya butuh waktu 5 menit Chloe menghabiskan es krim itu dan Arsen sama sekali gak kaget kalau itu dihabiskan oleh Chloe yang lagi galau.

"Pantes, Disekolah Darren beneran kayak srang goblok sedunia. Gak ngerti lagi gue sudah." Arsen tersenyum miring saat Chloe terlihat penasaran dengan tawa kecil yang keluar dari bibir mungil gadis itu.

"Beneran goblok. Tuh anak pernah nyasar ke toilet cewek dan digebuki anak-anak cewek disana, naruh sambal kedalam jus jeruk, dan ngebentak guru pembunuh macam Pak Somet. Pacar lo beneran goblok, Chlo!"

"Lah, itu beneran Ren?" tanya Chloe dengan wajah sedih. Chloe menceritakan semuanya dari awal masalah sampai Darren memutuskan untuk pulang. Semua Chloe ceritakan tanpa kecuali dan Arsen pun mendengarkan dengan baik.

"Gue bingung mau bilang si Darren itu terlalu baik atau terlalu bego." Arsen mengusap dagunya dengan tampang berfikir.

"Kalo gue sih udah mutusin lo dari tadi. Di mata gue, itu sudah termasuk selingkuh. Jalan sama cowok lain tanpa sepengetahuan gue Ck, untung lo bukan pacar gue ya, Chlo."

"Aku juga mikir begitu. Darren masih bersikap baik itu malahan membuatku semakin bersalah." Chloe merah boneka donat yang ada didekatnya lalu memeluk boneka itu dengan erat.

"Kalo saja Darren marah-marah saat itu dan bukannya bersikap tenang banget. Aku mungkin gak akan segalau ini,"

"Masalahnya, Darren tidak marah melainkan kecewa," Satu kalimat dari Arsen yang sangat menampar bagi Chloe.

Arsen tersenyum lirih saat Chloe menyembunyikan wajahnya dibalik boneka donat yang gadis itu peluk.

"Darren kecewa sama lo, Chlo. Itu masalahnya. Lo pasti tau itu dengan jelas, kan?"

"Jadi, aku harus apa? Darren juga gak mau ketemu dan mengabaikanku semua panggilanku. Chat pun gak di read Aku kesini untuk ketemu dengannya dan sampai dia tidak mau, aku tidak segan-segan marah juga. Aku tidak memilikki kesabaran yang banyak!" seru Chloe berapi-api.

Arsen yang melihat itu tanpa sadar meneguk liurnya sendiri. Mengenal Chloe sekian lama membuat Arsen tau benar bagaimana seramnya jika Chloe sudah beneran marah.

"Chlo-"

"KAK CHLOE, KAK ARSEN, AYO KITA KERUMAH SAKIT SEKARANG!!!" Chloe dan Arsen tersentak saat pintu kamar Chloe didobrak dengan keras oleh Lenka.

Tidak hanya rusuh mendobrak, Lenka juga berteriak begitu keras.

"Kenapa? Siapa yang masuk rumah sakit?" tanya Arsen dengan sebelah alis terangkat. Lenka tersenyum lebar,

"Kak Greisy! Kak Greisy hamill" seru Lenka membuat kedua kakaknya dengan cepat bangkit dari kasur. Chloe sedikit menjauh dari keramaian yang bersuka cita dengan kehamilan kedua Greisy. Ada rasa sedih dan bersalah saat melihat kedua orang tua Darren disana dan Chloe tidak tahan terlalu lama disana.

Jadi, disinilah sekarang Chloe, duduk dikantin rumah sakit dengan segelas es jeruk menemaninya.

"Chloe, boleh tante duduk disini?" Chloe mendongak dan tubuhnya menegang saat melihat Angel, ibunya Darren , yang tersenyum ramah kepadanya.

Chloe mengangguk pelan sebelum akhirnya Angel duduk dikursi yang ada diseberang Chloe. Hanya dibatasi oleh sebuah meja.

"Tante Angel gak ikut pesta sama yang lainnya? Bukannya Tante yang ngebuat ide untuk pesta itu?" tanya Chloe berbasa-basi.

"Cuma ngambur rumah Ayahmu doang sih udah sering. Bosen." Angel tersenyum tipis saat melihat ketidaknyamanan Chloe yang tidak sepenuhnya berhasil disembunyikan gadis itu.

"Chloe, kamu tau sendiri kalau Tante dan Om sangat menyetujui hubungan kalian, kan? Meskipun ada banyak penghalang yang rasanya mustahil untuk kalian bersama." Chloe hanya mengangguk tanpa berani menatap Angel.

Tenggorokan Chloe terasa tercekat dan oksigen ditarik paksa darinya. "Tapi. Darren sangat sayang sama kamu ada keraguan darinya, tapi Tante yakin kalian bisa melewatinya jika bersama-sama. Kalian pasti bisa!"

Chloe benar-benar blank.

...~~~...

Daniel tersenyum lebar menatap ponselnya dan itu membuat Darren penasaran.

"Lo ngeliat apaan? Bokep, ya?" tanya Darren membuat Daniel menggeleng sembari mengutak-atik ponselnya.

"Lenka ngasih tau kalau Greisy hamil lagi." Daniel menaruh ponselnya diatas meja. Tidak menyadari pandangan aneh yang Darren berikan untuknya.

Ah, belakangan ini Daniel dan Darren memang mulai dekat, ya? "Lo pedekate sama bocah SMP? Parah banget! Lo pedo, ya?" tanya Darren penuh intimidasi membuat Daniel memuntahkan minuman yang baru saja ia teguk.

"Gue laporin ke Kak Seto, ya? Biar nyaho lo!"

"Daripada itu, gimana masalah lo sama Chloe? Udah selesai?" tanya Daniel dengan senyum tipis.

"Gue masih ragu. Masa iya gue yang minta maaf? Padahal kan lo juga tau dia yang salah karna ******* sama cowok lain!" seru Darren tanpa sadar membuat senyum tipis Daniel menjadi seringai tipis.

"Iya sih. Tapi, lo sayang sama Chloe, kan? Mending cek tuh HP karna Chloe udah pulang ke Jakarta tau. Daniel mengulum senyum saat Darren membuka HP nya.

Daniel memainkan ponselnya sambil menyender dikursi yang ia duduki. "Kalian sama-sama egois. Kalau tidak salah satu mengalah nanti bisa putus loh."

"Gue memang harus temuin Chloe dan sekarang adalah waktu yang tepat."

"Yakin? Kalian lagi suasana perang dingin loh. Itu semua jadi percuma aja, kan? Lebih buruk lagi kalau hubungan kalian semakin memburuk." Daniel tertawa kecil saat Darren yang berdiri perlahan kembali duduk ketempatnya.

"Penyesalan memang datang telat, ya? Kenapa tidak dari kemarin bicara baik-baik dengan Chloe, ya? Kenapa egois banget mengabaikan semua panggilan Chloe kalau akhirnya gini, ya? Ah, Daniel benar juga." Daniel semakin terbahak saat Darren menatapnya dengan horror.

"Aku bisa membacanya jelas, Darren."

"P-pokoknya gue coba dulu aja" Darren berdiri lagi dari kursinya namun kali ini wajahnya terlihat sangat ragu.

"Terserah sih. Tapi, kalau sekali lagi salah langkah semuanya bisa semakin hancur. Bahkan berakhir." Daniel menyesap minumannya sekali lagi sebelum berdiri. dari kursinya.

"Keraguanmu akan menghancurkanmu. Kebodohanmu akan melukaimu. Tapi, semua pilihan ada ditanganmu. Dari awal, hubungan kalian ini hanya dipenuhi keraguan dan kebodohan, kan? Aku mencoba menolong tapi kamu malah semakin ragu dan bodoh. Daniel berdehem saat raut wajah Darren tidak bisa di baca.

"Pertolongan yang kuberi nyatanya tidak membantu sama sekali. Setiap aku berkata kamu selalu jadi ragu dan hal bodoh kembali terulang, Rasanya percuma aja, kan?" Darren meneguk liurnya dengan susah payah. Tangannya terkepal karna ucapan Daniel menghajarnya habis-habisan.

Tak ada yang salah dari ucapan Daniel. semuanya benar. Darren selalu ragu dan menjadi ragu dari hari ke hari. Tapi, tak ada niat Darren melepaskan Chloe. Dari pertama, Daniel sudah menyuruh Darren untuk meruntuhkan egonya. Namun sesuatu membuat egonya tidak bisa runtuh.

"Kali ini, gue gak akan ragu lagi!" seru Darren sambil berjalan dengan cepat meninggalkan Daniel sendirian. Setelah Darren tidak terlihat dari pandangan Daniel, Daniel tertawa puas bagai seorang pembully yang melihat korbannya sekarat. Sangat puas dan jahat.

"Mau sehebat apapun dia, tetap saja masih seorang hocah lahil. Ini terlalu mudah seperti main layang-layang." Daniel memasukkan kedua tangannya di saku celana dan berjalan santai keluar dari restoran tempatnya dan Darren bertemu tadi.

"Membuatnya sangat percaya diri lalu menjatuhkannya dengan beberapa kata saja. Dengan begitu dia akan semakin ragu dan berfikir kalau Chloe memang tidak layak untuknya. Sangat mudah sampai aku bisa merasakan kemenangannya sekarang."

See you in next chapter...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!