LUKA KELIMA

AUTHOR POV

"...Jadi, apa Lenka salah?" tanya Lenka tanpa rasa bersalah sekalipun wajah Darren sudah sangat pias didepannya. "Heran, sudah tau gak bakal bisa sama-sama kenapa masih dijalani? Makin lama manusia semakin bodoh saja."

"Lo nyuruh gue mutusin Chloe?" tanya Darren balik dengan dingin. Lenka mengangguk dengan santai, sama sekali tidak berpengaruh dengan sikap dingin Darren.

"Beda agama ditambah LDR? Gue bisa jalani itu semua karna gue sayang sama Chloe."

"Apa ada jaminan kalo Kak Chloe juga sanggup jalani? Sebelum menyesal lebih baik diakhiri secepatnya. Oh, Lenka lakuin ini karna bakal ngerepotin kalo sampai kak Chloe sakit hati dan menangis seharian." Lenka menaikkan sebelah alis saat Darren mendecih pelan.

"Ada satu cara yang bisa nyatuin gue sama Chloe, kan?" Darren menatap Lenka dengan tajam.

Lenka yang menangkap maksud dari Darren reflek menunjuk wajah lelaki yang lebih tua dan tinggi darinya itu.

"Kak Darren gak boleh pindah agama selain atas nama Tuhan!" seru Lenka membuat Darren tersenyum lirih. "Itu bego banget kak! Agama gak bisa dimainkan kayak gitu!"

"Terus lo punya cara yang lain, hah? Gue... cuma mau sama Chloe..." Darren menunduk dalam. "Dari dulu gue cuma sayang sama Chloe, Len. Gue gak pernah suka cewek selain dia... cuma dia..."

"Kak..." Lenka dengan sedikit ragu berjalan menghampiri Darren dan mengusap bahu lelaki itu. Lenka meneguk liur dengan susah payah ketika ia rasakan bahu tegap itu bergetar, "Lenka gak tau kalau perasaan Kak Darren sedalam ini."

"Pokoknya..." Darren mendongak lalu menatap Lenka yang mengusap bahunya disampinganya dengan penuh keyakinan.

"...gue gak bakal menyerah dengan Chloe apapun yang terjadi!"

Lenka membuka mulut tapi tidak ada satu katapun yang keluar, melihat kepercayaan diri dan keyakinan didalam diri Darren membuat Lenka tidak tega merusaknya. Jadi, dengan terpaksa Lenka tersenyum dan mengangguk mengiyakan.

"Semoga berhasil ya, Kak."

...~~~...

CHLOE POV

"Ah, jadi gini jurusan matematika, ya? Dimana susahnya..." gumamku sambil mencatat apa yang diterangkan oleh dosen didepan walaupun tidak semuanya.

Jujur, aku tidak fokus dan masih terbayang-bayang dengan malam dimana terakhir aku bertemu Kak Daniel. Sudah lewat seminggu tapi aku masih tidak dapat melupakan perasaan yang kurasakan saat Kak Daniel memeluk dan mencium keningku. Untunglah, setelah malam itu Kak Daniel tidak muncul lagi karna kemungkinan sibuk dengan pekerjaannya.

"Setelah semua yang saya terangkan tadi, apa ada yang bisa menjelaskannya kembali?" tanya sang dosen membuat wajah para mahasiswa memucat dan melirik satu sama lain.

Aku sama sekali tidak aneh dengan pemandangan itu, waktu jaman sekolah juga sering begitu dan mau tidak mau aku yang menyelamatkan mereka.

"Saya, pak." Aku mengacungkan tangan dan seketika wajah-wajah mahasiswa menjadi lega. Ternyata suasana disekolah dan kampus itu sama saja, ya?

"Ya, saudari..."

"Chloe, pak." Aku tersenyum tipis membantu dosen itu menjawab. Maklum, dosennya juga cukup tua.

"Chloe? Apa saudari ini adalah Chloe Chakradinata?" tanya dosen tersebut yang kubalas anggukan. Gak heran sih, kan tadi sebelumnya sudah diabsen dan mungkin saja beliau baru ingat.

"Kalau tidak salah, anda ini penerima jalur undangan dengan nilai tertinggi dan direbutkan banyak universitas, ya?" tanya sang dosen lagi yang entah kenapa sampai detik ini masih belum kuingat namanya. Pertanyaan itu sontak membuat seluruh mata memandangku.

"Bapak terlalu berlebihan, saya tidak sehebat itu." Aku mulai merasa tidak nyaman dengan bisikkan dan tatapan dari orang-orang dikelas ini.

Selalu begitu dari dulu, ada saja orang yang benci dan iri denganku sampai ada juga yang tega memanfaatkanku. Aku yakin sekali cepat atau lambat pasti ada orang-orang bermuka dua yang mendekatiku. Karna, itu terus menerus terjadi sampai akhirnya aku kebal menghadapinya.

Aku menjelaskan kembali dan mengerjakan sebuah persoalan yang diberikan kepada dosen tersebut. Soal yang sedikit sulit karna aku tidak terlalu memperhatikan dan pikiran yang menjalar kemana-mana. Tapi syukurlah aku bisa menyelesaikannya dengan baik.

"Sudah selesai, pak." Aku mengembalikan spidol yang tadi kupakai. Aku mengerjap beberapa kali ketika suasana kelas menjadi begitu hening dan semua orang melihatku dengan mulut menganga bahkan tatapan horror.

"A-ada apa, ya?"

"S-saudari Chloe, bagaimana bisa anda menyelesaikan soal ini?" tanya sang dosen setelah berdehem dengan gugup.

"Saya yakin itu tidak salah kok, pak. Memang sih, tadi saya tidak terlalu memperhatikan dan banyak melamun... tapi saya yakin itu jawaban yang benar dan penjelasan tadi juga cukup benar meski gak-"

"Saudari Chloe, apa anda sudah gila? Tidak memperhatikan dan banyak melamun tapi bisa menyelesaikan soal ini?" tanya sang dosen dengan wajah kaget dan tatapan horror.

Ini ada apa sih?

Mereka semua kok kayaknya ketakutan banget sama aku, ya? Perasaan tadi awal masuk mereka biasa aja kok.

"Saya masih sangat waras kok, pak. Memangnya ada apa? Apa saya salah menjawabnya?" tanyaku membuat pak dosen berdehem kembali dan menggaruk kepalanya. Wah, nih orang gak lagi seret apalagi kutuan, kan?!

"Sebenarnya, penjelasan anda tadi terlalu rinci bahkan melebih apa yang saya terangkan. Lalu, soal yang anda kerjakan sebenarnya adalah soal yang sedari tadi dibahas karna saya dan para mahasiswa lainnya tidak bisa menemukan jawabannya. Itu soal tanpa jawaban yang lagi ramai dibahas di fakultas ini. Tapi, soal itu sepertinya bukan apa-apa untuk anda ya, saudari Chloe?"

"A-ah, begitu ya..." aku jadi tidak tau mau bersikap seperti apa.

"Apa saya boleh duduk?" tanyaku yang dibalas anggukan dan tatapan horror bercampur takjub dari dosen beserta seluruh mahasiswa dikelas

ini.

Sebanyak dan sesering apapun, aku tetap saja risih dengan tatapan yang selalu orang-orang berikan tentang kelebihanku yang tidak banyak orang miliki ini.

...~~~...

"Chloe, lo makan apa sih?" tanya seorang mahasiswi dengan rambut ikal sebahu kepadaku.

"Pasti gak pernah makan micin atau ciki-ciki, ya?"

"Pernahlah," jawabku.

"Oh iya, siapa namamu? Maaf, waktu diabsen tadi aku tidak memperhatikan."

"Diana." Mahasiswi bernama Diana itu mengulurkan tangan dan langsung kusambut.

"Btw, dijaman nuklir ini masih ada cewek sesopan, seclassy, dan secantik lo yang masih pake aku-kamu, ya? Langka banget." Diana tertawa membuat lesung pipi yang cukup dalam di pipi kirinya.

"Lihat tuh, si mahasiswi abadi sok dekat banget!"

"Jadi dia itu mahasiswi abadi yang ada di Fakultas matematika dan IPA? Dih, pasti mukanya dua tuh deketin Chloe."

"Mau numpang famous tuh, dasar ular!"

"Kasian banget Chloe bakal dimanfaatin tuh cewek. Ada aja cewek gak tau malu begitu, ya?"

"Cewek yang harusnya wisuda 5 tahun yang lalu kayak dia beneran gak pantas berteman dengan mahasiswi secerdas Chloe."

"Udah deh, yakin banget dia itu sok baik aja sama Chloe karna ada maunya. Cewek licik memang!"

BRAAAKKK!!!

Aku menggebrak meja lalu menatap dengan pandangan tak suka keseluruh orang rendahan yang bergosip dengan suara keras. Selain orang seperti kak Farhan, aku sangat membenci orang-orang yang suka bergosip dengan sangat sok tahunya. Mereka ini tau apa tentang Diana? Apa salahnya tidak wisuda 5 tahun dan berteman denganku? Mereka sudah seperti idola saja sampai mengetahui hal tentang Diana sejauh itu.

"Mulut kalian memilikki banyak fungsi selain membicarakan orang lain. Tapi kenapa suka sekali membicarakan orang lain apalagi kekurangannya?" tanyaku dengan dingin. Orang-orang rendahan tadi tak menjawab dan hanya menunduk sembari menyalahkan satu sama lain.

"Sekalipun tidak wisuda 5 tahun atau apapun itu, kalian tidak punya hak untuk melarang Diana berteman denganku maupun sebaliknya."

"Chloe, udah, gak apa-apa." Diana menarikku untuk kembali duduk.

"Dari dulu gue udah biasa diginiin, jadi gak apa-apa. Ah... aku duluan, ya." Diana mengambil tasnya dengan cepat lalu berlari keluar kelas sebelum aku sempat bersuara.

Aku mendengus dengan kasar lalu merapikan alat tulisku kedalam tas sambil berkata dengan keras, "merendahkan orang lain begitu gak akan membuat kalian menjadi orang lebih hebat."

See you in next chapter!!!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!