LUKA KETIGA {2}

AUTHOR POV

Dewi yang sedang mengepel lantai langsung terdiam begitu Chloe berlari didepannya dengan kecepatan tidak biasa. Mengerjapkan mata, Dewi mencoba mencerna apa yang terjadi barusan.

"Itu tadi Nona Chloe?" Dewi menoleh untuk melihat jam dinding dan tawa kecil meluncur dari bibirnya. "Pantas saja, Nona Chloe bentar lagi terlambat."

...~~~...

Chloe memiringkan tubuhnya bagai iklan minuman pelangsing dan berhasil masuk sebelum gerbang didepannya ditutup. Tertawa puas, Chloe mengucapkan terima kasih kepada sang satpam lalu berlari kembali. Namun...

"Maba, sini lo!" seru seorang mahasiswi dengan wajah datar yang mengenakan almameter khas UGM dan sebuah bet panitia yang menggantung dilehernya. "Saya gak telat kok, Kak. Masih tepat waktu." Chloe memberi pembelaan tanpa ditanya. Chloe melirik bet nama mahasiswi itu. Oh, namanya Niken ternyata, batin Chloe dalam hati.

"Memang gak telat, tapi apa lo sadar kalo perlengkapan yang lo pake itu kurang?"

"K-kurang?!" Chloe memperhatikan seluruh perlengkapannya dan... bet nama dari kardusnya ketinggalan!

"Siapa nama lo?" Niken menolak pinggang dan menatap Chloe dengan galak namun hal itu tidak membuat gadis itu takut. Dari dulu Chloe tidak pernah takut dengan senior sok galak dan berkuasa. Tentu saja, hal itu membuat Chloe menjadi junior paling banyak hatersnya dikalangan senior-senior disekolahnya dulu.

"Chloe Chakradinata." Chloe mengucapkan nama panjangnya sambil membalas tatapan Niken. Melihat tingkah Chloe membuat Niken mulai emosi.

"Lo itu cuma maba disini tapi kenapa sok banget?" Niken mengulurkan tangan untuk setidaknya mendorong Chloe sedikit, namun dengan sigap Chloe menahan tangan Niken dan menghempaskannya. "L-lo udah berani sama kakak tingkat, hah?!" Niken berseru penuh emosi hingga wajahnya memerah.

"Gak usah gila hormat deh kak. Kalo emang mau ngasih hukuman yaudah kasih aja, gak usah buang waktu. Dilapangan banyak maba lain yang nunggu."

"Lo benar-benar kurang ajar! seka-"

"Niken, ada apa ini?"

Niken dan Chloe menoleh kesumber suara hampir bersamaan. Seorang lelaki dengan tubuh tegap dan wajah dihiasi kacamata khas nerd namun hebatnya terlihat hot secara bersamaan berjalan mendekat.

"Kak Farhan!" seru Niken melambai kepada sosok lelaki itu dengan semangat. Chloe yang melihat perubahan itu nyaris tertawa karna menyadari kalau Niken kemungkinan besar menyukai Farhan.

"Maba, sebentar lagi OSPEK bakal mulai loh, mana bet nama lo?" tanya Farhan begitu menyadari kurangnya perlengkapan yang

dikenakan oleh Chloe.

"Nama lo siapa? Biar gue buatin bet baru."

"Kak Farhan, kenapa gak dihukum aja?!" seru Niken membuat Chloe mendelik kesal dan ingin sekali menendang kepalanya.

"Kasih hukuman aja ya, kak?"

"Ketuanya disini siapa, hm?" Farhan tersenyum miring. "Kalo lo berani ngebantah kayak gini lagi, lo yang bakal gue hukum."

"Dihukum... sama Kak Farhan?" Niken menatap Farhan dengan mata berbinar membuat Chloe yang ada disampingnya bergidik ngeri. "Aku... mau dihukum, kak...hukum aku!"

"Dasar masochist." Farhan menarik tangan Chloe yang masih menatap Niken dengan ngeri sehingga yang ditarik menjadi kaget. "Sekali lagi gue nanya, nama lo siapa?"

"Chloe Chakradinata, kak." Chloe merasa ciut saat mata hitam legam dibalik kacamata itu menatapnya tajam. Mata yang agak sipit namun sangat tajam bagai elang.

"Oke, sekarang lo ikut gue."

...~~~...

"Kakak pasti bercanda. Gak mungkin saya pake ini kelapangan, kan?" tanya

Chloe dengan wajah menahan tangis. "Gue serius. Lo harus pake itu selama OSPEK berlangsung. Masih baik cuma gue hukum begitu doang." Farhan menggigit bibir bawahnya untuk menahan tawa yang akan meledak ketika melihat wajah shock dari Chloe.

"Tapi, kenapa cuma saya? Saya merasa hina diantara maba lainnya, kak." Chloe sekali lagi merasa berat ketika melihat bet nama barunya yang dbuat khusus oleh Farhan untuknya.

Kalau maba lainnya mengenakan bet nama bertuliskan nama idola yang dibuat dari kardus bekas, maka lain ceritanya bet baru milik Chloe. Bet milik Chloe terbuat dari ****** ***** yang dijahit dengan tali bra agar bisa dikalungkan. Entah darimana Farhan mendapatkan benda-benda itu karna saat ini Chloe masih tidak terima harus memakai bet yang menurutnya sangat hina. Tidak sampai disitu, nama yang ditulis dengan spidol warna emas itu pun tak kalah hinanya.

'Pup Menye-menye Keemasan'

"Udah, mending lo sekarang keluar dan bergabung sama yang lain." Farhan meraih buku didekatnya dan bertingkah seakan-akan sibuk membaca. Padahal, Farhan hanya berusaha tidak ngakak karna melihat tampang melas dari Chloe.

"Saya jadi pengen nangis..." gumam Chloe parau. Mendengar itu, Farhan diam-diam mengintip dari balik celah buku dan setelahnya Farhan hampir saja melempar Chloe menggunakan buku ditangannya.

"Woi, apanya yang pengen nangis? Muka lo udah banjir tuh!" Farhan menghela nafas berat lalu dengan malas melempar sapu tangan yang ia simpan disakunya tepat kewajah Chloe. "Tuh, pake."

Tangan Chloe mengepal. Urat-urat Chloe berkedut. Bibir Chloe bergetar. Dan... "DASAR COWOK BRENGSEK! SIALAN! MATI AJA MENDING!" Chloe memakai bet dari pakaian dalam itu dengan isakan yang mengiringi. "GANTENG TAPI SEENAKNYA JUGA PERCUMA! POKOKNYA KAMU SUDAH POKOKNYA KAMU SUDAH

MASUK DAFTAR HITAMKU! DASAR BRENGSEK SIALAN!" Chloe meludahi sapu tangan yang tergeletak dilantai dengan berapi-api sebelum berlari keluar dari ruangan tersebut. Ketika sudah sangat marah. Chloe bisa sangat mengerikan sampai lupa diri sendiri.

"...Itu tadi apa?" Farhan melongo dan berusaha mencerna apa yang terjadi beberapa menit yang lalu. "Cewek tadi marah, ya? Lah, kok gemesin unyu gitu sih?" Farhan tertawa ketika menyadari kalimat yang ia ucapkan barusan..

"Kayaknya gue ketularan Masochistnya Niken."

...~~~~...

CHLOE POV

Ini buruk. Bahkan air mataku tidak bisa berhenti karna pertama kalinya aku dipermalukan dan direndahkan begitu sama cowok brengsek yang cukup ganteng. Engga deng, memang ganteng

dan keren juga. Loh, kenapa jadi dipuji sih?

"Aku jadi pengen ditoilet aja 3 hari kedepan." Aku menatap wajahku yang sembab dibalik cermin wastafel didepanku. Bagus, sekarang aku kayak cewek-cewek tersakiti di dalam music video,

"Pertama kalinya aku diginiin. Pokoknya, aku gak bakal maafin cowok sebrengsek itu! Jangan dia kira aku tidak bisa jadi pemeran antagonis! Ini adalah ceritaku dan aku berhak jadi apapun disini!"

"Wow, seram sekali." MEMANG SERAM! Aku menoleh dengan horror mendengar suara itu. Suara cowok yang menanam bibit dendam pada pandangan pertama. "NGAPAIN KAMU DITOILET CEWEK, HAH? UDAH BRENGSEK, MESUM LAGI! MATI SANA, MATI!" teriakku melepas bet hinaku dan melempar kewajah Farhan si perusak mood OSPEK milikku.

"Gue punya hak mau kemana aja, kan?" udel naga! Nih orang otaknya kemana?!

"TAPI GAK KE TOILET CEWEK JUGA!" sialan, aku bisa mati karna darah tinggi kalo dihadapkan sama cowok ini terus.

"KELUAR!"

"Kenapa lo suka banget teriak-teriak didepan gue sih? Suara lo cempreng banget." Farhan berjalan mendekat dan aku reflek mundur. Tanpa sadar punggungku sudah menabrak tembok.

"SOALNYA KAMU BIKIN AKU EMOSI TAU GAK" aku menahan nafasku saat Farhan mengurung diriku dengan kabe don. Aku

kadang suka penasaran bagaimana rasanya dikabe don, tapi gak harus sama cowok ini bisa, kan? Sepertinya dendamku sudah memuncak padahal belum sehari kenal. Ini luar biasa,

"Kita lawan jenis. Sudah dewasa. Berduaan. Didalam toilet. Kira-kira apa yang bakal terjadi?" Farhan mendekatkan wajahnya hingga hidungku hampir menyentuh hidungnya. Tubuhku membeku dan kurasakan keringat dingin mengucur didahiku. Cowok ini beneran kayak setan efeknya kepadaku sekarang.

"KYAAAAA ADA YANG MESUM!!!"

Reflek aku mendorong tubuh Farhan didepanku saat mendengar jeritan seseorang. Sama paniknya, Farhan pun dengan cepat menjauh dan menarik tangan gadis yang terlihat syok itu. Dari sini aku dapat melihat Farhan dengan wajah buaya darat menenangkan gadis itu dan membisikkan kata-kata yang tidak

dapat kuketahui apa itu. Hebat sekali gadis itu menjadi tenang kembali dan mengangguk-angguk.

"Sekarang, lo balik lagi dan lupakan apa yang lo lihat. Ngerti?" Farhan menepuk-nepuk kepala gadis itu sebelum gadis itu pergi seperti tidak terjadi apa-apa barusan.

"Kamu ada bakat hipnotis, ya?" tanyaku ngeri. "Makhluk pendosa macam apa kamu ini?"

"Gue cuma punya kemampuan lebih untuk menenangkan dan meluruskan jiwa yang panik kayak tadi. Apa gue belum bilang kalo gue ketua panitia OSPEK dari fakultas psikologi?" Farhan mengambil bet milikku yang tergeletak dilantai lalu berjalan mendekat kearahku lagi.

"Kamu lebih cocok jadi tukang hipnotis dijalan-jalan daripada psikolog." Aku melongo saat Farhan tertawa terbahak-bahak kayak monster. Sampai detik ini aku masih heran kenapa cowok-cowok suka sekali tertawa begitu. Apa mereka gak sadar suaranya serem kalo ketawa terlalu berlebihan?

"Baru elo yang ngatain gue kayak gitu. Lo harusnya sih bangga HAHAHAHAHAHA."

Astaghfirullah. Orang ini mah cocoknya jadi yang ditangani oleh psikolog, bukan jadi seorang psikolog.

"Aku gak mau ngomong sama orang sakit jiwa kayak kamu lagi." Aku merebut bet pakaian dalam yang berada ditangan Farhan.

"Gak usah pegang ini kelamaan. Keliatan mesum banget tau gak!" aku mendengus sebal lalu berjalan keluar toilet sambil mendumel. Bahkan, dari luar toilet aku masih bisa mendengar tawa monsternya. Mengerikan!!!

See you in next chapter....

Terpopuler

Comments

Joko Alber

Joko Alber

tes

2023-03-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!