LUKA KEDUA {2}

Selamat Membaca Teman-teman<3

"Bentar lagi aku pergi loh ren, kenapa kamu diam terus daritadi?" Aku membuang gelas kopi yang kosong ke tempat sampah. "Kita bakal LDR tapi kamu kayaknya masih gak percaya sama aku. Perfect." Aku sudah tidak tahan untuk tidak marah sekarang. Dia kira aku bakal sabar terus dicuekkin gini?

"Aku cuma khawatir, Chlo. Kamu itu cantik, baik, cerdas, menarik, manis, lucu, sopan, seru, asyik, dan pokoknya semua deh. Siapa yang gak bakal tertarik sama kamu? Aku khawatir kalau kamu semakin lama disana nanti kamu bakan semakin nyaman. Aku khawatir semakin nyaman kamu disana kamu bakal lupa sama perasaan yang kamu punya." Darren terlihat sangat kacau. Bahkan rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.

"Intinya, kamu gak percaya sama aku, kan?" Aku tertawa sinis. "Perpisahan macam apa ini? Emang ini yang inginkan, Darren? Marahan dihari terakhir aku disini?" Tanyaku semakin emosi.

"Sebenarnya aku juga kecewa karena gagal ngantar kamu ke Jogja menggunakan mobil. Setidaknya, aku ingin 10 jam lagi ngabisin waktu sama kamu sebelum kita resmi LDR. Tapi... Nyatanya satu jam aja gak nyampe, ya?" Darren meringis pelan. "Aku percaya kamu, kok. Kamu jaga diri Baik-baik disana." Darren memelukku erat dan seketika semua amarahku meluap.

Aku membalas pelukan Darren dan merasakan tiap detik berharga saat ini. Hubungan jarak jauh, aku tidak pernah ngebayangin akan menjadi salah satu yang merasakannya. Hubungan yang sangat mengandalkan kepercayaan dan komunikasi. Apa.... Aku bisa melewati sampai Darren akan menyusulku?

Aku melepaskan pelukan tersebut saat pengumuman penerbangan pesawat yang akan kutumpangi akan berangkat sebentar lagi. "Aku bakal nunggu setahun lagi, kamu harus berhasil masuk UGM tahun depan, ya!"

"Ya, tunggu aku setahun lagi."

...~~~...

"Ayah beneran kehabisan akal untuk ngabisin uang, ya?" Aku menatap rumah besar berlantai dua yang sudah siap ditinggali ini dengan tatapan datar. "Aku merasa bukan mahasiswi rantau sekarang kalo begini caranya."

"Nona Chloe, selamat datang."

Aku menepuk kening saat melihat seorang maid dari rumah yang menunduk dengan sopan didepanku. "Kenapa kamu ada disini?" Tanyaku kepada maid muda yang cukup manis bernama Dewi. "Ayah yang nyuruh?"

"Iya, nona, tuan besar Chris menyuruh saya untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan nona selama disini. Sekalian, agar nona tidak terlalu kesepian kata Tuan besar." Dewi tersenyum sopan. Aku manggut-manggut karena setuju dengan alasan terakhir. Toh, aku juga cukup kenal dan dekat sama dewi dirumah.

"Kamarku sudah siap, kan? Aku cukup lelah hari ini." Aku menghembuskan nafas lega ketika Dewi mengangguk. Dewi memimpin jalan menuju kamar yang akan ku tempati dan aku mengikuti nya dari belakang tanpa banyak kata. Jujur, aku sangat capek apalagi seharian kemarin aku movie marathon sama Arsen sampai jam setengah 3 subuh. Kata Arsen untuk salam perpisahan padahal sih dianya aja yang gak ada teman nonton.

Aku berguling-guling dengan nyaman diatas kasur begitu tiba didalam kamar baruku. Surga dunia yang tak bisa kubantah. Aku berterima kasih kepada siapapun yang menciptakan kasur didunia ini.

...~~~...

Author Pov

"Bukannya lebih berbahaya kalau dia tinggal sendiri daripada ngekos?" Daniel menatap Lenka yang duduk didepannya tengah melahap es krim stroberi. Sore itu, Daniel menjemput Lenka dari tempat lesnya dan mengajak ke toko eskrim terdekat.

Awalnya, Daniel ingin bertanya pada Greisy, tapi perempuan itu sibuk sama teman-teman rumpi barunya. Menelpon Chloe, nomornya tidak bisa dihubungi. Bertanya pada Arsen dan Chris? Itu cuma buang-buang waktu karena dua orang itu pasti akan mempermainkan Daniel ujung-ujungnya. Untungnya, Lenka sebagai pilihan terakhir cukup baik untuk memberi tahu informasi kepada Daniel.

"Pikiran ayah memang kadang sempit. Lenka juga kaget waktu nanya dan ayah bilang kak Chloe gak akan ngekos dan pontang-panting disana. Kayaknya ayah terlalu banyak baca webtoon kehidupan anak kos jadinya terlalu khawatir kalau kak Chloe jadi anak kos-kosan." Lenka menopang wajah dengan tangan yang bertumpu diatas meja. "Omong-omong, webtoon prince of the prince bagus. Banyak fans servicenya.... Eh?" Lenka menegakkan tubuhnya dan reflek menutup mulutnya.

"Prince of the prince?" Beo Daniel. Lenka dengan salah tingkah membuang wajah dan merutuki diri. "Kalo gak salah Nata baca itu juga dan Nata bilang kalau komik itu banyak fans service nya juga." Daniel mengerutkan kening mencoba mengingat sesuatu dan Lenka yang duduk diseberang nya pun terlihat semakin tidak nyaman.

"Tidak usah dipikirkan! Balik lagi ke-"

"Lenka, kamu seorang fujoshi, kah?" Tanya Daniel membuat Lenka mematung. "Aku baru ingat kalau Nata bilang disitu banyak fans service buat para fujoshi yang suka bad couple unyu gitu... Jadi... "

"BERISIK!" Teriak Lenka membuat para pengunjung toko eskrim tersebut menoleh kaget. Lenka mendengus sebal dengan wajah memerah, "kalo gak ada yang penting lagi lebih baik Lenka pergi."

"Oke, aku bakalan lupain masalah fujoshi tadi. Jangan pergi dulu, ya? Ayo, ayo, pesan eskrim nya lagi." Daniel nyengir lebar begitu melihat Lenka membuang muka. "Kamu tau alamat Chloe tinggal dimana, Len?" Tanya Daniel hati-hati. Takut kalau Lenka akan semakin marah dan tsundere nya keluar. Oh, itu bakalan gawat sekali.

Lenka mencibir pelan namun tangannya bergerak mengutak-atik ponsel pintar nya untuk mengirim sebuah pesan dan...

TING!

"Itu Lenka kirimin alamatnya. Udah, kan?" Lenka bangkit dari kursinya lalu merapikan penampilan nya. "Sekarang antar Lenka pulang!" Perintah Lenka dengan dagu terangkat dan berjalan mendahului Daniel dengan cepat.

"... Dia kayak gitu karena malu ketahuan sebagai fujoshi, kan? Dasar tsundere." Daniel tertawa lalu berjalan keluar toko untuk menghampiri Lenka yang sudah menunggu diparkiran dengan wajah ditekuk. "Ada-ada saja anak itu. Mudah-mudahan dapat cowok yang tabah nanti." Daniel kembali tertawa memikirkan tentang cowok seperti apa yang bakal jadi jodoh Lenka nanti.

...~~~...

CHLOE POV

"Ujan-ujan kayak gini memang paling enak makan mie kuah." Aku menyeruput kuah mie yang membuat perutku hangat. "Dewi, anggap aja aku teman kamu. Gak usah sungkan-sungkan sama aku disini, oke? Sekarang kamu duduk dan makan mie bagian mu seperti biasa. Jangan anggap aku majikanmu, aku di sini adalah teman mu." Aku tersenyum saat Dewi mengangguk pelan lalu menarik kursi diseberang meja makan.

"Padahal nona tidak perlu sampai membuatkan saya makanan juga. Ini adalah tugas saya, nona." Dewi masih saja terlihat tidak enak. Mulutku yang sudah terbuka ingin mengeluarkan kata-kata terhenti ketika bel pintu berbunyi.

"... Siapa yang bertamu hujan-hujan begini? Mana sudah malam...." Gumamku pelan. Dewi menggeleng terlihat sangat ketakutan. "Buka atau tidak? Kita cuma berdua aja lagi disini. Kalo orang jahat gimana?" Tanya ku mencoba tenang walaupun perasaan sudah dag dig dug.

"A-apa saya telpon polisi saja?" Dewi mulai gelisah. "Tapi kalau dia tau dan melakukan tindakan lebih jahat itu bakalan gawat sekali."

"K-kita tenang dulu ya, oke?" Aku menarik nafas dalam lalu menghembuskan dengan perlahan. "Kamu bawakan panci atau apapun yang bisa dijadikan senjata. Aku bakalan ngintip lewat jendela untuk liat siapa yang datang."

"Kalau nona kenapa-kenapa bagaimana?" Dewi menahan lenganku disaat bersamaan brl kembali dibunyikan. "S-saya takut itu orang jahat."

"Jangan takut, semua bakal baik-baik aja kok." Aku menjauhkan tangan Dewi lalu berjalan dengan seberani mungkin menghampiri pintu yang di balik nya kemungkinan bisa jadi orang jahat.

Aku berdoa didalam hati sebelum membuka pintu didepanku, kalau aku ketakutan siapa lagi yang harus maju? Aku harus berani pokoknya. Saat pintu sudah terbuka sepenuhnya, aku hampir saja berteriak begitu sosok lelaki asing yang tiba-tiba ambruk menimpa bahu kiriku.

"T-tolong... " Laki-laki asing ktu berucap lirih dengan deru nafas yang berat dan tubuh mengigil. Tanpa pikir panjang aku membawa masuk laki-laki itu ke dalam rumah sebelum keadaannya semakin parah.

"Nona, siapa dia?" Tanya Dewi menghampiri ku. Bukannya menjawab pertanyaan tersebut, aku melongo ketika melihat penampilan Dewi seperti tentara salah pergaulan dengan peralatan masak dan kebersihan ditubuh nya.

"Dewi, kamu mau perang dimana?" Tanya sekuat tenaga menahan tawa. "Udah, udah, mending kita tolong cowok ini sebelum mati dan gentayangin kita."

...~~~...

Ayo yang dukung Chloe sama Darren... Ini author tambah satu cowok lagi siapa tau cocok sama Chloe wkwkwk

See you next chapter...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!