Zeva yang merasa asing di rumah itu ingin keluar dari rumah itu namun dia masih memikirkan putri kecilnya yang harus mendapatkan banyak perhatian dari ayahnya. Zeva tidak mau putri kecilnya tumbuh tanpa dampingan dan kasih sayang dari sosok ayah karena keegoisannya. Zeva memikirkan apa yang harus dia lakukan untuk dapat bertahan sampai putrinya mengerti dan bisa keluar dari rumah itu.
“Gue gak bisa gini terus, kalau gue terus merasa asing gue akan stres banget. Posisi gue kan sama, sama Keisya, sama-sama istri sah.” Batin Zeva.
Akhirnya Zeva mulai membuka dirinya agar lebih dekat dengan Samuel tanpa memikirkan perasaan Keisya, karena bagaimanapun Zeva juga memiliki hak yang sama dengan Keisya. Bagaimana pun dia juga mau dapat perlakuan yang baik walaupun sudah pasti tidak akan sama. Karena yang Zeva tau Samuel tidak mencintainya.
Namun siapa yang akan tau isi hati seseorang, cinta akan datang sendirinya jika emang sudah waktunya untuk datang. Apalagi sekarang sudah ada putri kecil yang mungkin dapat menjadi jembatan untuk Zeva dan Samuel membuka hati.
Sebenarnya Samuel selalu memperlakukan Zeva dengan lembut dan baik, namun selama ini Zeva yang menutup hatinya dan menjaga jarak dengan Samuel. Zeva yang merasa bersalah kepada Keisya, sehingga menjaga sikapnya dengan Samuel berharap dapat mengurangi rasa bersalahnya. Namun kata-kata Keisya, tindakan Keisya yang tidak jarang membuat Zeva sangat kesal padahal dia berusaha menahannya membuat Zeva berubah pikiran.
Zeva menyusun rencananya untuk menarik perhatian Samuel kembali, Zeva ingin mendapatkan setidaknya sedikit hati Samuel. Zeva ingin dicintai layaknya istri sah, Zeva mulai egois dan ingin memiliki Samuel sepenuhnya. Ya benar, Zeva sudah lama jatuh cinta dengan sosok laki-laki itu. Apalagi setelah mereka melakukan penyatuan dan kini memiliki seorang putri.
Putri kecil Zeva dan Samuel sedang dalam fase lucu-lucunya, bagaimana tidak kini usianya sudah memasuki bulan ke-6. Putri kecil mereka sering mengomel dan suka tertawa walaupun hanya melihat wajah sang ayah. Hari ini mereka akan datang ke rumah mertuanya, acara perkumpulan rutin keluarga yang selalu di adakan.
Zeva, Ruth, Jonathan, Keisya dan Samuel datang bersamaan namun kini posisinya berbeda karena Zeva adalah satu-satu istri sah Samuel di depan publik. Zeva, Ruth, Jonathan dan Samuel pergi ke rumah mertuanya satu mobil sementara Keisya pergi dengan mobil yang berbeda dan hanya berdua dengan supir. Hari ini perasaan Keisya dalam kondisi yang tidak baik, bagaimana tidak dia harus menjaga jarak dengan putra dan suaminya karena akan banyak rekan kerja Samuel dari perusahaan ayahnya yang akan datang malam ini.
Syukurnya Jonathan sangat nyaman jika bersama dengan Ayah dan ibu tirinya itu. Jonathan anak yang pintar, sekarang dia sudah mau memanggil Zeva dengan sebutan mami Zeva sedangkan dengan Keisya dia memanggil bunda.
Sampainya mereka di rumah mertuanya yang sudah ramai, Samuel menggendong Ruth, Zeva meletakkan tangan mungilnya di lengan Samuel dan menggandeng putra tirinya dengan lembut. Mereka datang dengan sambutan hangat semua orang, sementara saat itu Keisya datang sendiri tidak ada yang meyambutnya membuat Keisya kini merasa asing berada disana.
“Zeva sayang apa kabar??” tanya seorang dokter yang dulu menangani kandungan Zeva yaitu Karin.
“Baik Kak.” Jawab Zeva sambil memeluk Karin.
“Sam, sini aku mau gendong baby Ruth.” Ucap Karin.
“Gak bisa Rin, gak boleh.” Jawab Samuel.
“Va lihat dong suami kamu, bilangin dong itukan keponakanku.” Gerutu Karin.
“Sayang gakpapa, kan Karin tantenya Ruth sekarang.” Ucapku pada Samuel.
Samuel kaget karena itu pertama kalinya Zeva memanggil Samuel dengan sebutan sayang.
“Ah iya sayang.” Jawab Samuel dan memberikan Ruth agar bisa di gendong Karin.
Keisya yang mendengar hal itu terbakar cemburu, Keisya pergi dari tengah-tengah acara malam itu memilih untuk minum sendirian di balkon rumah itu. Saat Keisya menikmati minumannya, Keisya di kagetkan dengan suara laki-laki yang tak asing baginya.
“Hai nona simpanan tuan Fedrick, apa kabar??” tanya seorang lelaki.
Hal itu mengangetkan Keisya, Keisya menatap lelaki itu. Lelaki yang ternyata sangat ia kenal, merupakan salah satu CEO perusahaan terbaik di Bandung yang dulu pernah mengisi hatinya. Ya benar, lelaki itu adalah mantan kekasih Keisya, lelaki pertama yang dapat meluluhkan hatinya.
“Sedang apa kamu disini??” tanya Keisya.
“Seharusnya aku yang bertanya padamu, sedang apa kamu disini.” Ucap lelaki itu.
Keisya menghela nafasnya kasar.
“Jangan jutek gitu dong sayang, kamu lupa ya kalau aku juga pemilik perusahaan. Aku juga seorang CEO seperti lelaki gelapmu itu.” Ucap lelaki itu kembali.
“Tutup mulutmu, aku bukan simpanannya dan juga Sam bukan kekasih gelapku. Dia adalah suamiku sekarang.” Jawab Keisya.
“Jika kamu bukan simpanannya dan dia juga adalah suamimu, bukankah seharusnya kamu berada di tengah-tengah perkumpulan itu. Tapi sekarang lihatlah, dimana dirimu berada sayang.” Ucap lelaki itu sembari tertawa kecil.
Jelas hal itu membuat hati Keisya sakit, tanpa Keisya sadari dia sedikit berteriak kepada lelaki itu.
“Tolong jaga ucapanmu tuan Theo, aku adalah istri sah yang dicintainya. Perempuan yang berada disana, dialah simpanannya dan dialah yang merebut suamiku. Dia wanita gelapnya bukan aku.” Ucap Keisya sedikit teriak.
Lelaki itu tertawa. Membuat Keisya semakin marah.
“Lihatlah dimana kamu sekarang berada Kei, jaga ucapanmu atau kamu akan menyesalinya suatu saat nanti. Jika kamu tetap berada di sampingku, sekarang kamu tidak berada di posisi yang menyedihkan ini.” Ucap lelaki itu dengan tatapan tajam khasnya, dia pun pergi meninggalkan Keisya.
Keisya termenung dan tanpa dia sadari dalam kemarahan air matanya jatuh membasahi pipinya.
“Sekarang memang kamu ratunya Zeva, tapi akan aku perlihatkan posisimu yang sebenarnya. Aku akan merebut kembali posisiku yang sudah kau ambil, tunggu waktunya Zeva.” Batin Keisya dalam tangisannya malam itu.
Malam ini Zevanya Anugrah sangat berbahagia, malam ini dia melupakan posisinya yang asing ketika di dalam rumah. Malam ini semua perhatian, pujian tertuju padanya, ditambah lagi sosok Samuel yang memerankan perannya sebagai suami yang seolah sangat mencintainya. Setiap perlakuan, perhatian kecil Samuel malam itu mampu mengurangi sedikit luka yang selama ini ada di hatinya.
Tanpa Zeva sadari, Zeva terus melirik ke arah Samuel dan sesekali tersenyum karena melihat pria itu sangat dengan hati-hati menggendong putrinya.
“Sayang, kamu mau kue yang ada disana itu?? Jika mau biar aku ambilkan untuk kamu.” Tanya Samuel.
“Mau..” Jawab Zeva sambil tersenyum.
“Nih aku titip putri kita dulu ya, biar aku ambilkan beberapa kue untuk kamu sebentar ya sayang.” Ucap lembut Samuel membuat Zeva sedikit merona.
“Wah pak Samuel mesra banget ya sama istrinya, sayang banget kayaknya iri deh.” Gumam beberapa wanita disana.
Mama Christin dan papa Philip yang juga hadir malam itu sedikit lega mendengar pandangan publik mengenai putri dan menantunya itu. Melihat putri mereka begitu bahagia malam itu membuat mama Christin dan papa Philip luluh dan akhirnya memutuskan untuk menghampiri Zeva.
“Sayang, apa kabar??” tanya mama Christin sambil merangkul Zeva dari belakang dan mencium kening Zeva.
Zeva yang terkejut langsung menyentuh tangan sang ibunda.
“Mama, baik ma. Mama apa kabar?? Maaf ya ma Zeva belum sempat membawa Ruth ke rumah mama, papa.” Jawab Zeva.
“Baik sayang, gakpapa sayang kan kamu baru pulih dari operasi. Nanti kalau papanya Ruth ada waktu jangan lupa main ke rumah ya sayang.” Ucap mama Christin.
“Pasti ma.” Jawab Zeva tersenyum.
Mama Christin dan papa Philip kini duduk bersama-sama dengan Zeva serta keluarga Samuel. Samuel pun kembali dengan membawa dua piring kue bermacam rasa.
“Ma, pa, apa kabar??” tanya Samuel meletakkan kedua piring di meja dam kemudian memeluk kedua mertuanya.
Sebenarnya papa Philip masih sedikit ada rasa tidak nyaman dengan Samuel, namun demi Zeva sang putri papa Philip mencoba kembali membuka hatinya kepada Samuel menantunya.
“Baik Sam.” Jawab papa Philip.
“Baik sayang.” Jawab mama Christin kemudian dengan senyum hangatnya.
Samuel pun duduk di kursinya, namun kini baby Ruth sedang berada di pangkuan mama Christin neneknya.
“Sam banyak banget kuenya kamu ambil, untuk siapa??” tanya mama Maudy.
“Untuk Zeva ma, tadi dia minta kue. Tapi kalau mama, papa mau silahkan di ambil kuenya.” Jawab Samuel tersenyum.
“Va, suami kamu nyuruh kamu naikin badan tuh.” Ucap Karin.
“Iya ya, masa kuenya banyak banget gini sayang untuk aku.” Ucap Zeva.
“Sayang, kamukan sedang menyusui harus banyak makan dong biar sehat putri kita.” Jawab Samuel.
“Iya ya, biar papanya juga sehat.” Karin menambahi.
Semua tertawa mendengar perkataan Karin, perkataan Karin berhasil membuat Zeva merona. Zeva melirik ke arah Samuel dan Zeva dapati Samuel juga tertawa sangat lepas. Malam ini malam terbaik bagi Zeva, rasanya dia tidak ingin kembali ke rumah lagi, Zeva sangat ingin menghabiskan waktunya disini bersama Samuel lebih lama lagi.
Keisya yang melihat hal itu tidak sanggup lagi, dia merasa sangat jengkel dan kesepian. Dia merasa seperti orang bodoh, Keisya melihat putranya sangat nyaman dalam perkumpulan itu. Tidak bisa di pungkiri Keisya walaupun dia sangat membenci Zeva namun Keisya selalu merasa aman bila putranya dalam dekapan Zeva. Dari setiap perlakuan Zeva, Zeva juga sangat menyayangi Jonathan hal itu yang membuat Keisya bisa meninggalkan putranya.
Keisya memutuskan untuk pulang ke rumah dengan menggunakan taksi, Keisya tidak sanggup jika harus lebih lama disana merasa sendirian dan harus melihat adegan keluarga bahagia itu.
Bersambung....
Terimakasih untuk semua teman-teman yang sudah membaca cerita saya. Semoga cerita dari saya dapat menghibur teman-teman. Jangan lupa dukung cerita saya dengan cara klik like, komen, vote, share dan tambahkan ke favorit teman-teman ya. Terimakasih ❤️.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments