Episode 4

Zevanya melahirkan seorang putri cantik dengan berat 2,8 kg, walaupun prematur namun bayi Zevanya termasuk dalam kondisi yang baik dengan berat yang cukup. Sehingga perawatan yang dilakukan pada bayi Zeva juga tidak jauh beda dengan bayi normal pada umumnya hanya saja bayi cantik itu harus masuk ke dalam inkubator untuk beberapa hari.

Sang ibu Zevanya Anugrah juga dalam keadaan sehat dan sudah dalam keadaan sadar, namun dia di sambut dingin oleh sang ayah dan ibu. Bahkan ayah dan ibu mertuanya tidak ada disana, mama Christin hanya diam saat sudah melihat Zevanya sadar dan kemudian semua keluar dari ruangan kecuali Samuel. Ya, Cuma Samuel yang masih berada disana.

Zeva hanya bisa menutup matanya, air matanya pun mengalir melihat kondisi keluarganya yang semakin hancur berantakan.

Sudah 3 hari Zeva terbaring di rumah sakit dan kini dia di perbolehkan pulang namun tidak dengan putri kecilnya yang masih harus di rawat intensif di rumah sakit. Saat berada di perjalanan menuju rumah mereka, Samuel menyetir mobil sehingga di dalam mobil hanya ada Zeva dan Samuel.

“Kenapa kamu menyelidikiku, bukankah sudah jelas di kontrak pernikahan kita untuk tidak ikut campur dengan masalah pribadi??” tanya Samuel kesal.

“Aku hanya ingin tau, apa yang dikatakan Keisya benar atau tidak adanya.” Jawab Zeva.

“Kenapa tidak bertanya padaku, aku pelakunya untuk apa kamu menyelidikiku padahal aku sendiri akan menceritakannya padamu.” Ucap Samuel.

“Oh iya ya, kamu tidak mempercayaiku.” Tambah Samuel dengan raut wajah kesal.

“Aku minta maaf.” Hanya perkataan itu yang keluar dari mulut seorang Zevanya.

“Aku akan menikahi Keisya segera, aku tidak butuh restumu karena hubungan kita juga berlandaskan kontrak dan kepentingan bersama. Aku hanya minta jangan halangi jalanku, karena kamu sendiri yang membukanya.” Ucap Samuel.

Tanpa bantahan, tanpa perdebatan Zeva menyetujuinya dalam diam. Bagi Zeva pendapatnya tidak akan lagi penting saat ini, Zeva memilih diam dam mengikuti alurnya karena dia sadar dia yang membuka semua pintu masalah.

Sesampainya di rumah Zeva hanya istirahat sembari menunggu putrinya pulang ke rumah.

...********...

Akhirnya tiba saatnya putri cantiknya sampai di rumah, acara selamatan serta pemberian nama pun dilakukan. Putri pertama Zevanya di beri nama Ruth Venesia Fedrick, Zeva sangat bahagia dengan kehadiran sang buah hati memberikan warna baru di tengah badai hidupnya.

Usia Ruth baru genap satu bulan namun kini sang ayah akan melangsungkan pernikahan keduanya yang tidak boleh di ketahui masyarakat luas. Karena kemarahan Samuel serta tuntutan Keisya akhirnya mereka menikah hari ini, pernikahan yang amat sangat sederhana yang di hadiri wali dari kedua belah pihak.

Ya wali, karena kedua orangtua Samuel tidak menghadiri pernikahan tersebut. Namun pernikahan Samuel dan Keisya harus di sembunyikan, pernikahan ini dapat dilangsungkan karena Keisya sudah memiliki anak yang berusia 3 tahun 2 bulan dan anak itu adalah anak laki-laki. Sayang, Keisya tidak dapat mengakui bahwa Jonathan adalah putranya di depan umum saat sudah sah menjadi istri Samuel.

Karena Jonathan akan disebut anak angkat dari Zevanya, pernikahan yang sudah diketahui publik hanya pernikahan Zeva dengan Samuel. Walaupun demikian Keisya tetap setuju dan akhirnya pernikahan dilangsungkan, bukannya bahagia Samuel malah merasa kosong padahal pernikahan yang dia dambakan dengan Keisya sudah terwujud. Namun karena ketidakhadiran keluarganya membuat Samuel merasa hampa.

Kini dalam satu rumah ada dua wanita dewasa dengan sepasang anak dari ibu yang berbeda, mengisi rumah besar Samuel. Bukan kebahagian dan ketenangan yang dia rasakan, melainkan perasaan yang penuh dengan kesesakan dan kesedihan yang mendalam melihat putri dan putranya harus hidup dalam kesesakan akibat ulahnya. Membuat Samuel sangat menyesali keputusannya itu.

Zevanya sibuk mengurus putrinya dan masih tidur di kamar utama bersama putrinya namun tidak lagi dengan Samuel, karena Samuel sudah tidur bersama istri keduanya kekasih sungguhan nya.

Putri Zevanya menangis karena ingin dimandikan oleh Zeva, Zeva keluar dari kamar melihat sepasang pengantin baru sedang suap-suapan di meja makan bersama putra mereka.

“Va, ayo sini makan bareng. Sarapan dulu baru ngurus baby lagi, lagian kan ada susternya Va.” Ucap Keisya.

“Terimakasih, nanti saya makan setelah mengurus baby Ruth.” Ucap Zeva yang seperti berada di tengah keluarga yang harmonis nan bahagia.

Samuel yang melihat Zeva bermain bersama suster dan baby Ruth menarik perhatian Samuel. Setelah selesai makan dan melihat baby Ruth sudah selesai mandi Samuel membawakan makanan untuk Zeva dan menghampiri Zeva.

“Va makan dulu nih, biar baby Ruth sama aku dulu.” Ucap Samuel mengambil alih baby Ruth dan duduk di samping Zeva.

“Terimakasih Sam.” Ucap Zeva sambil mengambil piring yang diletakkan Samuel di atas meja dekat Zeva.

Tidak lama Zeva makan, Keisya dan putranya datang menghampiri Samuel, menggeser Zeva dan duduk tepat di samping Samuel. Namun tidak dengan putra Keisya yang menghampiri Zeva dan tersenyum ke arah Zeva. Zeva yang melihat anak laki-laki itu tersenyum padanya membuat hatinya menjadi hangat, karena anak laki-laki di depannya sangat mirip dengan Samuel.

“Benar ya dia anak kamu Sam, mirip banget sama kamu.” Batin Zeva sambil membalas senyuman dari anak laki-laki itu.

“Abang sudah makan kan??” tanya Zeva.

“Sudah tante.” Jawabnya dengan kosakata yang masih berantakan yang menambah kelucuan sang empunya senyuman indah seperti ayahnya.

“Mau main dengan baby tidak??” tanya Zeva kembali.

Dia menganggukkan kepala kecilnya.

“Itu baby sama papa, ayo main sana dengan papa, mama dan baby.” Ucap Zeva.

Jonathan si kecil yang sangat menggemaskan langsung berlari ke ayah dan ibunya melihat baby Ruth.

“Ternyata dia mau izin.” Batin Zeva dan tersenyum melihat Jonathan.

Zeva melihat kebersamaan empat orang itu, sudah seperti keluarga yang sempurna seketika hatinya terasa perih. Zeva pergi ke dapur untuk menghindari melihat adegan bahagia itu, di dapur Zeva meneteskan air matanya sambil mencuci piring yang tadi digunakannya untuk makan. Tanpa disadari mbak yang membersihkan dapur melihat air mata Zeva yang mengalir dan menghampiri Zeva.

“Sedang apa sih aku disini, seperti orang bodoh.” Gumam Zeva.

“Non, yang sabar ya. Ikhlas ya non, kalau tidak sanggup cerita saja ke mbak, mbak pasti dengarkan kok.” Ucap mbak sambil mengelus punggung Zeva.

Zeva kaget dan langsung menghapus air matanya.

“Mbak, iya mbak terimakasih ya. Saya gakpapa kok mbak.” Jawab Zeva.

Zeva memang sedang bingung, dia bingung harus ngapain dan kemana. Karena semenjak kejadian itu sampai sekarang papa dan mamanya masih belum mau bicara dengannya, walaupun hadir di acara pemberian nama sang cucu namun papa dan mamanya tidak bicara sama sekali oleh Zeva. Hanya papa dan mama mertuanya yang sampai hari ini masih bicara dengan Zeva walaupun hanya mengenai baby Ruth tidak lagi mengenai Zeva dan Samuel.

Zeva kembali menghampiri Samuel yang masih menggendong baby Ruth yang tertidur dalam pelukan Samuel. Zeva tersenyum melihat baby Ruth yang nyenyak di pelukan ayahnya.

“Tau aja kamu sayang itu papa kandungmu.” Batin Zeva tersenyum.

“Sam, sini aku bawa Ruth ke kamar, aku juga mau ke kamar.” Ucap Zeva yang meminta baby Ruth di berikan padanya.

“Kamu kok di kamar aja Va, disini dulu sama aku jangan di kamar terus. Ruth juga baru tidur kamu istirahat aja dulu duduk disini.” Ucap Samuel yang menarik perhatian Keisya.

Keisya memang selalu tersenyum kepada Zeva, tapi Keisya sengaja seperti itu agar Samuel tetap memberikan perhatian berlebih kepada Keisya. Keisya duduk mendekatkan dirinya dengan Samuel dan tidur di pundak Samuel sambil memandangi Ruth.

“Ruth hidungnya mirip kamu ya sayang, mancung. Untung papanya kamu jadi cantik baby Ruth.” Ucap Keisya tanpa beban.

Tentu saja itu membuat Zeva tersinggung. Namun Zeva memilih diam, dia tidak ingin ribut di hadapan putrinya.

“Dasar nenek lampir, apa dia gak lihat mamanya juga cantik. Kalau bukan Sam ayahnya, putriku juga pasti akan jadi putri yang cantik.” Gerutu Zeva dalam hati.

Zeva menghela nafas kasar dan kemudian bersandar di kursi, yang membuat Samuel dan Keisya melihat ke arahnya.

“Kamu kenapa??” tanya Samuel.

“Gak papa emang salah aku bernafas, kok di tanya kenapa aneh banget.” Jawab Zeva dengan sedikit kesal.

Samuel hanya diam dan kembali melihat baby Ruth.

Bersambung....

Terimakasih untuk teman-teman yang sudah membaca cerita saya, semoga dapat terhibur ya. Jangan lupa tinggalkan jejak jika teman-teman menyukai cerita saya, beri like, komen, vote, hadiah dan favorit teman-teman sebagai dukungan untuk saya. Terimakasih teman-teman ❤️❤️.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!