***EPISODE INI MENGGUNAKAN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA SEBAGAI BENY ARDIANSYAH***
Waktu masih menunjukkan pukul lima pagi namun suara telepon rumahku berdering terus - menerus, aku pun beranjak dari kasurku dan sempat membangunkan istriku Dewi. Wajahnya terlihat begitu kesal karena aku mengganggu tidurnya, namun dia hanya diam menatapku lalu kembali tiduran sedangkan aku beranjak dari kasur dan segera melangkahkah kaki menuju tempat dimana kami meletakkan telepon rumah.
"Halo" ucapku dengan suara masih serak dan terdengar sekali aku baru bangun tidur
"Ben! kebakaran hutan disektor A!" terdengar panik temanku berkata, sontak aku pun tersadar karena terkejut.
"Loh terus gimana? sudah padam atau masih terbakar?" tanyaku lagi dengan panik
"Udah padam, tapi kamu diminta segera ke kantor sama pak kepala" jawab temanku
"Siap!" timpalku lagi lalu telepon pun tertutup.
Dengan sigap aku segera berlari untuk mengambil pakaian dinasku, karena aku terlihat buru - buru membuat istriku pun heran menatapku. Namun dia seakan paham tugasku sebagai penjaga hutan jika sudah panik seperti ini berarti ada hal yang gawat sedang terjadi, dia pun membantuku menyiapkan segala keperluanku untuk ngantor.
Tidak lama semua telah siap dan aku segera berangkat menggunakan mobil dinas, kupacu mobil itu dengan cepat dan tidak memerlukan waktu lama aku pun sudah sampai dikantor. Dengan segera kulangkahkan kaki ini menuju ruang kepala, disana aku melihat Ari, Rudy, Dharma, dan Septian sudah berada didepan meja pak Dika yang saat itu menjadi atasanku.
"Selamat pagi pak Dika" sapaku dengan ramah, pak Dika memberikan gestur padaku untuk segera masuk dan berbaris bersebelahan bersama teman - temanku yang lain.
"Seperti yang kalian tahu, ada kebakaran di sektor A dan fauna disana banyak yang menderita karena luka bakar dan kesulitan bernafas. Kalian aku tugaskan untuk merawat dan menjaga fauna - fauna yang sudah dalam proses pengiriman ke penangkaran di kota B" ucap pak Dika memberi tugas pada kami, mendengar perkataan pak Dika saat itu aku pun terkejut.
"Tunggu sebentar, Kota B? itukan kota kelahiranku... sejak tragedi jelangkung itu, aku sudah tidak ingin menginjakkan kakiku lagi ke kota itu" dalam benakku berkata seperti itu, aku begitu berat hati untuk menerima kenyataan aku akan dikirim kepenangkaran fauna dikota B. Namun aku sadar jika aku menolak maka akan sangat buruk untuk keberlangsungan karirku sebagai penjaga hutan, bagaimanapun gaji disini cukup besar dan aku juga suka dengan alam liar dan bebas seperti hutan.
"Ehem... pak Beny, ada apa? anda terlihat melamun" celetuk pak Dika menyadarkanku dari lamunan
"Aah tidak pak maaf" jawabku mencoba terdengar menyesal, aku pun menatap pak Dika yang saat itu terlihat membaca berkas - berkas profil kami.
"Pak Beny berasal dari kota B ya..." ucap pak Dika lagi menggantungkan kalimatnya
"Iya pak" jawabku singkat, lalu pak Dika terlihat menandatangani berkas itu dan memberikannya kepada Ari
"Pak Ari kamu sebagai ketua tim ya, lakukan tugas dengan baik" ucap pak Dika dengan tegas sambil memberikan berkas - berkas profil kami serta surat tugas, Ari dengan semangat menerima berkas - berkas itu.
"Siap pak" ucapnya lalu segera berbalik keluar dari ruangan pak Dika diikuti aku, Rudy, Dharma, dan Septian
Diluar ruangan aku masih kembali melamunkan tentang tugasku yang mengharuskan aku pergi ke kota B, tim pun berpisah untuk melakukan persiapan yang diperlukan dan berpamitan dengan keluarga masing - masing. Sekitar jam 10 siang kami kembali berkumpul di kantor dengan persiapan yang sudah matang bagi diri kami masing - masing, dengan mobil dinas yang sudah dipersiapkan secara khusus kami pun mulai melakukan perjalanan menuju kepenangkaran hewan kota B.
Ari yang saat itu menjadi pengemudi kami sepertinya menyadari aku sedang gelisah disepanjang perjalanan, bagaimana aku bisa tidak gelisah sedangkan aku punya kenangan buruk disana dan kenangan itu sangat membekas dibenakku walau sudah sekitar lima belas tahun aku meninggalkan kota tersebut. Lamunanku terpecah seketika saat Ari menatapku dari spion dan menegurku.
"Ben! kamu gapapa?!" agak membentak Ari bertanya padaku
"Eeh iya, gapapa Ri" jawabku sedikit panik
"Sakit lo? butuh obat?" tanya Dharma yang duduk disebelahku dikursi belakang, aku tertawa kecil lalu mencoba melupakan pikiran yang membebaniku.
"Gak gak butuh, cuma kangen aja sama kota B. Lama gak kesana aku. Lagian aku kepikiran keluarga disana, masih ada saudara tersisa" jawabku mencoba bersikap tenang
"Kayaknya gak ada waktu buat mampir loh, tugas kita padat soale" timpal Ari
"Ooh iya gapapa" timpalku lagi
Perjalanan berlalu begitu saja dan hanya berselang dua jam aku dan tim sudah sampai dihutan tempat penangkaran hewan yang masuk dalam lingkup kota B, begitu turun dari mobil aku dan tim segera disambut oleh dua orang wanita yang mungkin usianya dibawahku tiga sampai empat tahun.
"Selamat datang dipenangkaran kota B, aku Aulia dan dia Lidya yang bertugas sebagai tenaga medis" sapa Aulia memperkenalkan dirinya, jujur saja saat itu aku sedikit terpesona dengan kecantikan Lidya jadi mataku langsung menatap wajah cantik Lidya dan terpaku padanya.
"Aku Ari dan kami dikirim oleh pak Dika dari pusat buat bantu - bantu disini, ini surat tugas kita dan profil kami semua" ucap Ari sambil memberikan berkas - berkas kami kepada Aulia, dengan segera Aulia terlihat menerima berkas - berkas itu lalu langsung memberikannya pada Lidya.
"Yuk langsung masuk aja, aku akan ajak kalian berkeliling" ajak Aulia kepada kami saat itu
"Eeh aku langsung ke kantor aja ya urus pemberkasan" celetuk Lidya menatap Aulia
"Udah nanti kerjain sama aku ajah, ribet loh sendirian" ucap Aulia menolak permintaan Lidya
"Gapapa sih, biar cepet selesai ajah sih" timpal Lidya lagi, merasa ada kesempatan dekat sama Lidya aku pun berfikiran nakal mencoba mencuri kesempatan
"Aku yang bantuin Lidya deh, kalian keliling aja. Lagian rada gak enak badan aku gara - gara perjalanan" timpalku dengan sedikit membuat suaraku serak seakan aku sedang masuk angin agar meyakinkan, Septian menatapku curiga saat itu namun aku pura - pura gak mempedulikan dia walau aku tahu Septian mengerti tabiatku saat ada wanita cantik.
"Ooh ya udah, kamu gapapa ya dibantu eeh siapa namanya ini..." ucap Aulia
"Aku Beny, Beny Ardiansyah" timpalku memperkenalkan diri, aku lihat senyum Lidya saat itu begitu manis menatapku.
"Oke deh, yuk yang lain ikut aku" ajak Aulia lalu kemudian dia berjalan diikuti oleh tim lainnya kecuali Septian yang mendekati aku dan berbisik padaku.
"Tak laporke kuwe (tak laporin kamu)" celetuknya lalu berlari pergi begitu saja dengan suara tawa
"ancene gateli (emang ngeselin)" jawabku pada Septian dengan suara tawaku yang menyertai
"Yuk ke kantor" ajak Lidya kepadaku, aku hanya menganggukkan kepalaku tanda setuju ajakan Lidya. Aku berjalan dibelakang Lidya menuju kantor dan ketika Lidya membuka pintu kantor mendadak aku merasa angin dingin yang menabrakku cukup keras dan sangat terasa. Mendadak bulu kudukku berdiri dan aura dingin itu terus menyelimutiku, aku dibuat melamun sampai suara panggilan Lidya memecahkan lamunanku.
"Pak Beny, kok bengong? katanya mau bantuin? berdiri diluar gitu gak bisa bantuin aku nanti" ucap Lidya memecah lamunanku
"Ooh iya... maaf, tadi kamu ngerasa ada angin dingin nabrak gak sih pas kamu buka pintu?" tanyaku penuh rasa penasaran, Lidya terlihat bingung menatapku tanpa kata hanya menggelengkan kepalanya beberapa kali.
"Eeh... yaudah deh lupakan, terus dimana komputernya? atau pakai laptop?" tanyaku mengalihkan pembicaraan lalu segera berjalan masuk kedalam kantor, disana Lidya menunjuk sebuah komputer yang layarnya terlihat mati.
"Idupin dulu pak komputer itu, aku siapkan kopi atau teh nih?" tanya Lidya kepadaku
"Kopi deh biar seger" jawabku lalu berjalan menuju komputer untuk menghidupkannya
"Oke, tunggu bentar ya pak" timpal Lidya lalu pergi beranjak kedapur dikantor itu
Aku pun segera menyalakan komputer itu begitu duduk didepan layar monitor, terdengar suara kipas komputer menyala namun tidak dengan layarnya yang masih menghitam. Aku dapat melihat pantulan wajahku dan keadaan dibelakangku, aku pun sedikit melamun saat itu sampai tiba - tiba aku melihat seorang wanita berjalan dipantulan yang terdapat dilayar monitor dari kanan kekiri dibelakangku.
Aku pun terkejut lalu sontak segera membalikkan badanku menatap sekitar, namun tidak ada siapapun disana. "Lidya kah?" tanyaku dalam hati, aku kembali berbalik menatap monitor dan tiba - tiba ada sesosok wajah yang tidak nampak begitu jelas terlihat berada diantara kepala dan bahuku
"Datang tak dijemput...." suara yang terdengar serak berada tepat disisi kiri bahuku keluar dari mulut sesosok wajah yang tiba - tiba muncul dari refleksi bayangan dimonitor itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments