*** EPISODE INI MENGGUNAKAN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA SEBAGAI DIMAS BAHRI***
Tepat satu bulan yang lalu, aku yang bekerja sebagai buruh pabrik bagian pendistribusian barang selalu berangkat pukul lima pagi untuk mengisi absenku. Yah namanya juga buruh yang bekerja pada orang, jadi mau gak mau pasti harus mengikuti segala aturan perusahaan kan walau kadang badan ini merasa lelah. Namun demi istri anak, apa sih yang gak aku lakukan untuk menafkahi mereka. Jadi semuanya bermula dari sini, ketika aku berangkat untuk kerja.
"Pah, nanti malam bisa pulang cepat? mamah kok merasa gak enak badan ya, dari tadi merasa merinding" tanya istriku Mirah, aku pun meletakkan tanganku di dahi istriku itu untuk memastikan istriku tidak demam.
"Mungkin mau pilek atau masuk angin, banyak istirahat aja mah" jawabku memberi saran padanya
Istriku saat itu hanya mengangguk saja dan sesekali mengelus tengkuknya sembari berjalan mengantarkan aku menuju pelataran rumah, saat itu aku yang hampir telat hanya bisa mencoba memberi saran pada istriku. Ketika aku menyalakan sepeda motorku dan fokus memperhatikan kondisi sepeda motor, sekilas aku melihat seseorang melewati belakang istriku dan masuk kedalam rumah.
"Siapa itu mah? kakak udah bangun?" tanyaku dengan kaget, tidak biasanya anak pertamaku Santi bangun sepagi ini untuk bersiap sekolah. Namun aku yakin seseorang baru saja melewati istriku dan masuk kedalam rumah, sepertinya pertanyaanku itu membuat istriku pun terkejut lalu menoleh kebelakang.
"Gak ada siapa - siapa tuh pah? papah liat apa?" tanya istriku terdengar ketakutan, aku pun terdiam beberapa saat sambil terus memperhatikan dalam rumah dari pelataran. Mendadak bulu kudukku berdiri, walau mungkin itu efek angin malam.
"Pah! jangan nakut - nakutin aah! mamah dari tadi merinding nih!" agak membentak istriku mengatakannya padaku, aku tertawa lalu mengelus kepala istriku mencoba untuk menenangkannya.
"Mungkin papah salah liat mah, udah yah papah berangkat kerja dulu" timpalku mencoba menenangkan Mirah, setelah selesai salim aku langsung memacu motorku menuju pabrik tempat aku bekerja.
Aku membutuhkan waktu dua puluh lima menit untuk sampai dipabrik, sesampainya di pabrik seperti biasa aku langsung mengisi absenku lalu segera memeriksa kondisi truk box yang biasa aku gunakan untuk mengantar barang - barang menuju kelokasi. Setelah aku yakin truk dalam kondisi prima, aku segera melangkahkan kaki masuk kedalam ruang kantor dan mengambil rute pengirimanku.
Sebenarnya aku tahu akan kemana seharusnya aku mengantar barang - barang ini, namun hari itu mendadak ruteku berubah. Setelah membacanya berkali - kali mencoba memastikan aku mengambil kertas yang benar, aku baru sadar kalau hari ini aku benar - benar mendapatkan rute yang tidak pernah aku sangka - sangka sebelumnya. Aku akan mendistribusikan barang ke kota masa kecilku, entah saat itu aku harus senang atau malah ketakutan mengingat semua kenangan yang pernah aku alami disana.
"Woi!! malah melamun" sapa Rudi mengagetkanku, dia adalah temanku yang biasa menjadi teman seperjalananku
"Kampret, hampir jantungku copot! ini kenapa arah tujuan kita berubah?" tanyaku padanya, Rudi hanya terdiam dan mengambil kertas rute lain diatas meja. Melihat Rudi yang mengambil kertas rute membuatku bertanya - tanya, kenapa dia mengambil kertas rute juga sedangkan kami kan partner.
"Hari ini kita gak bareng bro, Yanto sama Jamal sakit mendadak. Duuh mana harus kekota J lagi... kamu kemana?" tanya balik Rudi, aku kembali mencoba memastikan ruteku sebelum menjawab pertanyaan Rudi.
"Aku ke kota B, jadi aku sendirian ini?" tanyaku mencoba meyakinkan diri kalau hari ini aku akan jalan sendirian menuju kota B. Kota yang menjadi tempat kelahiran dan menghabiskan masa kecilku hingga lulus SMA.
"Iya, aku juga sendiri ini... kamu hati - hati dijalan ya" jawab Rudi lalu meninggalkanku didalam kantor sendirian.
Aku memang sedikit melamun saat itu, hingga aku merasa ada seseorang dibelakangku yang berbisik cukup jelas berkata "Datang tak dijemput...." seketika aku tersadar dari lamunanku dan berbalik menatap belakang, aku pikir Rudi sedang mengerjaiku lagi namun dibelakangku benar - benar tidak ada satu orang pun. Aku segera berlari keluar kantor dengan bulu kuduk yang berdiri, tapi aku yakin Rudi yang sengaja membuatku takut sampai pada akhirnya...
"Woi! buru!! ntar kemaleman pulang loh!" teriak Rudi dari dalam truk yang melaju lambat menuju gerbang pabrik, dia terlihat melambaikan tangan kepadaku sambil tersenyum
"Gilak! siapa tadi yang mengerjaiku?!" teriak aku sambil berlari kembali masuk kedalam kantor, aku mencoba mencari seseorang yang mungkin bersembunyi namun kantor itu benar - benar kosong. Saat itu kembali bulu kudukku tiba - tiba berdiri dan merasakan angin dingin yang berhembus seakan menabrakku, karena ketakutan aku pun berlari menuju garasi pabrik untuk segera berangkat menuju kota B untuk mengantarkan barang - barang ini ketujuan.
Perjalanan dari kotaku menuju kota B yang memakan waktu dua belas jam itu membuatku melupakan semua yang sempat terjadi dipagi hari, sesekali istriku menelepon selama perjalananku menuju kota B. Pagi hingga siang aku tidak merasakan hal aneh, semua berjalan normal - normal saja. Hanya saja aku lebih sering merasakan lelah, beberapa kali aku memberhentikan perjalananku dan beristirahat di mini market dan rest area yang kebetulan aku lewati.
Hingga akhirnya aku sampai diperbatasan kota B, begitu nostalgia aku rasakan saat melihat gapura tanda masuk kedalam kota B. Seketika aku memiliki pikiran iseng untuk mengirimkan fotoku berdiri digapura tanda selamat datang yang ingin aku kirimkan untuk istriku, bagaimana pun istriku tidak tahu jika aku akan melakukan perjalanan yang tidak semestinya.
"Dia pasti akan kaget aku kembali kekota masa kecil kami" pikirku saat itu, yah memang aku dan Mirah dilahirkan dan dibesarkan dikota yang sama. Bahkan ketika kasusku yang diganggu arwah jelangkung mencuat, Mirah pun mendengarnya.
Aku berhenti didekat tulisan "Selamat Datang Di Kota B" dan kemudian melakukan selfie, setelah tangkapan pertama aku melihat hasilnya terlihat begitu buram dan tidak fokus. Dengan heran aku mencoba membersihkan lensa kamera handphone ku lalu melakukan selfie lagi, namun tangkapan kedua pun hasilnya sama saja.
"Dasar hape kentang" kataku agak bergumam, aku kembali mencoba melakukan selfie dan akhirnya gambar yang aku inginkan pun aku dapatkan. Dengan segera aku mengirimkannya lewat WA pada Mirah dan kembali masuk kedalam truk untuk melanjutkan perjalanan, tidak lama suara handphone berbunyi tanda ada pesan WA masuk. Dengan sigap aku membuka pesan yang dikirim oleh Mirah dan tertulis "Foto apa itu pah? buram semua".
Aku pun terkejut lalu kembali membuka foto yang yang masih tersimpan di chat kami, namun aku melihat fotoku baik - baik saja dan tidak buram. "Aaah Mirah mengerjaiku pasti" pikirku saat itu, aku pun memberi emot ketawa lalu membalasnya dengan tulisan "Buram apa sayang? apa papah tertalu ganteng sampe mama gak bisa lihat dengan jelas foto papa?" candaku lalu mengirimkannya pada Mirah, tidak lama Mirah pun membalasnya dengan sebuah tangkapan layar handphone nya dimana isi percakapan kami di aplikasi WA tergambar jelas disana.
Semua tergambar jelas kecuali bagian foto yang aku kirimkan, foto itu benar - benar terlihat buram dan pada bagian wajahku menampakkan bercak - bercak kemerahan. Terkejut aku menatap layar handphone ku lalu dengan segera aku kembali mengecek foto yang aku kirim pada Mirah, benar saja... aku mendapati fotoku persis sama dengan yang dilihat oleh Mirah.
Semua buram dan bercak - bercak merah tergambar jelas dibagian wajah, mendadak bulu kuduk ku pun berdiri dan tiba - tiba suara yang entah datang darimana kembali aku dengarkan "Pulang Tak Diantar..." karena terkejut aku sampai tidak sengaja membuang handphone ku sampai ke dashboard mobil lalu segera menoleh kebelakang dimana tidak akan ada orang dibelakang, aku segera mencari sumber suara itu namun tetap aja tidak ada seorang pun yang membisikiku dengan kata - kata seperti itu.
"Siapa sih?!" bentakku sambil menoleh kekanan dan kekiri, tidak lama terdengar suara langkah kaki yang aku dengar didalam box. Aku sangat yakin itu adalah suara langkah kaki, sepertinya orang ini sangat berat sampai langkahnya membuat mobil sedikit bergoyang.
"Bajing loncat?" pikirku, dengan segera aku turun dari truk membawa besi yang biasa aku gunakan untuk membuka baut ban truk. Perlahan aku berjalan menuju pintu box, disana aku melihat semua gembok masih terpasang rapih. "Loh? aneh" kataku dengan gumaman, tidak percaya dengan mataku sendiri saat itu aku langsung menarik - narik gembok yang terkunci rapat.
"Gak mungkin ada orang" ucapku mencoba meyakinkan diriku sendiri, aku kembali berjalan untuk masuk kebagian kemudi truk namun tiba - tiba terdengar bunyi "BRAAAK!!!" seseorang dari dalam box seakan memukul keras box itu tepat disisiku saat berjalan menyisiri sisi box untuk kembali ketempat kemudi truk. Suara itu bahkan juga mengagetkan pengendara sepeda motor yang kebetulan melintas, dia menoleh menatap truk dan menghentikan laju sepeda motornya.
"Bawa apa pak?" tanya pengendara sepeda motor itu menatapku dengan wajah yang terlihat terkejut
"Snack ringan pak, dari PT XXX" jawabku singkat, namun pengendara motor itu menatapku dengan tatapan heran seakan tidak percaya dengan apa yang aku katakan.
"Perlu bantuan?" tanyanya lagi, aku tahu dia mencurigaiku seakan aku membawa seseorang didalam box itu
Jujur saja dalam benak aku merasa beruntung bertemu pengendara yang entah siapa namanya, aku hanya mengangguk dengan penuh harap agar pengendara itu turut membantuku mengecek apa yang ada didalam box. Mungkin karena merasa dapat persetujuanku, pengendara sepeda motor itu berbalik lalu memarkirkan sepeda motornya tepat didepan truk. Kemudian kami bersama - sama berjalan menyusuri pinggiran truk untuk membuka box yang masih terkunci rapat itu, perlahan tanganku membuka gembok - gembok itu dan segera membukanya dengan keras dibantu pengendara sepeda motor.
Saat pintu terbuka aku merasakan angin dingin yang berhembus seakan menabrak tubuhku dicuaca siang yang panas saat itu, aku hanya terdiam memandangi kardus - kardus yang tertata rapih memenuhi box. "Sudah aku duga tidak akan ada apa - apa didalam sini" pikirku saat itu, namun pengendara sepeda motor masih terlihat tidak puas yang aku dapat lihat dari gelagatnya mencoba mencari celah untuk melihat lebih dalam.
"Didalam itu penuh kardus mas?" tanyanya lagi
"Iya pak, saya bongkar beberapa ya pak biar bisa sama - sama lihat kedalam" jawabku agak bergemetar, bulu kudukku saat itu sebenarnya berdiri semua. Perlahan aku naik kedalam box lalu mengambil tiga kardus agar aku dan pengendara motor ini dapat melihat isi dibalik kerdus paling luar, yah memang hanya ada kardus - kardus lainnya dan tidak ada kehidupan sama sekali didalam sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments
Kadita
kyk film horor Thailand
2022-07-23
1
Keiji Maeda
buset dah, karya baru aja thor 🤣🤣
2022-06-15
2