Perempuan Berbaju Merah (2)

*** EPISODE INI MENGGUNAKAN SUDUT PANDANG ORANG PERTAMA SEBAGAI DIMAS BAHRI***

Setelah pengendara sepeda motor yakin bahwa cuma ada kardus - kardus didalam box truk yang aku bawa, dia hanya menganggukkan kepalanya seperti sudah mempercayai apa yang aku katakan. Dengan apa yang dia dan aku dengar saat itu dari dalam box, ya tentu saja siapapun tidak akan percaya begitu saja. Aku pun sebenarnya sempat ragu dengan perkataanku sendiri tentang tidak ada seorang pun didalam box saat mendengar suara - suara, namun dengan mata kepala sendiri dan ada saksi sehingga hatiku merasa puas terhadap rasa penasaranku.

"Hati - hati pak dijalan" ucap pengendara motor itu padaku dan hendak meninggalkanku setelah aku menutup dan mengunci pintu box

"Iya pak, terima kasih" timpalku dan kami pun berpisah setelahnya

Tanpa banyak berpikir lagi aku segera kembali ketempat pengemudi dan segera melajukan truk menuju tempat yang telah ditetapkan, dua jam berlalu dan aku pun sampai di gudang penyimpanan. Sekitar empat orang sudah menunggu untuk membongkar muatan yang aku bawa saat itu, dengan sigap aku kembali membuka pintu box itu. Setelah terbuka, empat orang yang bertugas membongkar isi muatan segera bekerja dengan cekatan, aku terdiam memandangi dalam box dan sedikit melamun.

"Hei Dim! ngelamun nanti kesurupan loh!" teriak temanku bernama Jamal yang menjadi kepala gudang saat itu menyapaku, aku terkejut karena teriakannya yang sangat lantang itu.

"Duuh!! ngagetin aja!" bentakku sedikit marah, aku yang saat itu merasa merinding sedikit emosi mendapatkan sapaan yang begitu mengagetkanku

"Duduk sana loh, ngapain kamu tungguin. Segera istirahat, kan nanti perjalanan lagi" ucapnya lagi memberi saran padaku, namun tatapan mataku kembali menatap dalam box.

"Aku tadi mendengar ada sesuatu didalam sana, aku cuma penasaran aja mau liat keadaannya pas lagi kosong" timpalku dengan penasaran, Jamal terlihat ikut nimbrung menungu box sampai kosong. Namun setelah semua kardus - kardus itu keluar, tidak ada apapun didalam box itu.

"Ngada - ngada kamu dim, mana ada yang hidup ditumpukan kardus itu" celetuk Jamal dengan menertawaiku, aku tetap tidak percaya lalu aku masuk kedalam box itu dan menghidupkan senter di handphoneku. Aku sisiri sisi kanan dalam dari box dimana aku sempat mendengar sesuatu menabrak atau lebih tepatnya memukul box itu dengan sangat keras, namun memang tidak ada apa - apa disana.

Setelah puas dengan rasa penasaran, aku keluar dari dalam box dan segera mendekati Jamal. "Bunyi apa tadi siang itu" dalam benakku aku berfikir seperti itu, pikiranku pun meracau sampai aku terlihat melamun bagi Jamal yang menatapku begitu khawatir. Tepukan tangannya tepat didepan wajahku membuat aku terkejut dan tersadar dari lamunan, aku pun menatap Jamal namun masih terdiam.

"Kamu kenapa Dim? sakit?" tanya Jamal padaku, aku mengusap - usap wajah dengan kedua tanganku lalu menghela nafas setelahnya.

"Aku tertimpa kejadian aneh Mal selama perjalanan kesini" jawabku

"Kamu ketakutan? sini cerita Dim, sapa tau aku bisa bantu" timpal Jamal saat itu lalu mengajakku untuk ngopi diwarung kopi dekat gudang.

Disana aku menceritakan semua yang aku alami selama perjalanan kepada Jamal, dengan foto yang sempat aku kirim kepada istriku sebagai bukti bahwa aku tidak sedang berbohong. Saat itu tidak hanya Jamal yang mendengarkan aku bercerita, namun beberapa pegawai gudang akhirnya ikut nimbrung mendengarkan ceritaku. Sesekali mereka bercerita tentang pengalaman pribadi mereka yang mirip - mirip dengan kisahku, sehingga disana aku mendengar begitu banyak cerita horor.

"Kok aku jadi dengerin cerita horor kalian? aku jadi tambah ketakutan ini!" bentakku pada teman - teman sepekerjaan denganku, mereka pun tertawa dan dengan segera membubarkan diri sampai hanya tersisa aku dan Jamal.

"Kamu pokoknya sering - sering berdoa aja Dim, minta perlindungan sama Yang Maha Kuasa" saran Jamal kepadaku, saat itu aku hanya mengangguk lalu menghabiskan sisa kopi didalam gelas.

"Aku balik dulu deh, udah sore ini" ucapku setelah menghabiskan segelas kopi yang tersisa, aku dan Jamal bersalaman lalu kami berpisah diwarung kopi itu.

Dengan segera aku melangkahkan kaki menuju gudang dan masuk kedalam truk untuk kembali pulang secepat mungkin, aku segera menghidupkan mesin truk dan melajukannya untuk pulang. Dipagar saat itu aku menyapa teman - temanku namun saat itu mereka semua tampak heran melihatku, walau aku tidak mengerti kenapa namun aku cuek aja agar tidak menghabiskan waktu lagi.

Aku pulang sore hari mungkin sekitar jam empat atau setengah lima, aku akui saat itu aku seringkali melamun hingga tidak sadar aku mengarahkan truk ini kemana. Namun saat tersadar aku tiba - tiba lihat sebuah rumah tua disebelah kanan jalan dimana aku pernah bermain jelangkung bersama Ardi, Beny, Rakasyah, dan Samir dimasa kecil kami, aku pun terperanjat saat melihat rumah itu "Loh?! kok aku malah menjauhi arah pulang!" agak berteriak aku mengatakan itu.

Dengan segera aku meminggirkan truk untuk memutar balik, begitu truk terputar dan kembali mendekati rumah tua itu tiba - tiba setir ku terasa berat untuk dikemudikan. Seakan setir itu menarik ke kiri sendiri mendekati rumah tua itu, dengan panik aku terus berusaha melawan agar tetap berada dijalur dan tidak masuk kedalam tanah. Tidak ingin mengalami kecelakaan aku menginjak rem dengan kuat dan memberhentikan truk tepat ditengah jalan, saat truk berhenti aku menarik nafas dalam - dalam dan mencoba membuat diriku tenang.

"Ada apa hari ini?" tanyaku untuk diriku sendiri, aku begitu ketakutan dan bulu kudukku pun berdiri. ditambah ketika aku melihat sebelah kiriku saat itu, aku melihat pintu pagar kayu yang telah rusak dan seakan mengizinkanku untuk masuk kedalam rumah tua itu.

"Pak!" suara seseorang begitu mengagetkanku dari balik jendela kaca sebelah kanan

"Waa!!" teriakku karena kaget, seorang pria setengah baya dikananku yang sedang mengendarai sepeda motor pun ikut terkejut dan berteriak keras.

"Apa pak? kaget aku!" ucap pria itu dengan sedikit membentakku

"Maaf pak maaf..." aku pun merasa bersalah saat itu

"Itu ban mu bocor sebelah kiri makanya oleng" dengan memberi gestur tangan pria itu mencoba memberitahu aku apa masalahnya, aku pun terdiam tertegun memandangi wajah pria itu untuk sejenak.

"Tadi pas kamu putar balik disana, aku udah liat ada yang aneh sama truk mu. aku pikir kamu bakal berhenti, malah digas makin kenceng, oleng kan jadinya. Bahaya pak, banyak pengendara lain disini!" bentaknya lagi karena mungkin dia kesal padaku yang cuma bengong saja mendapat peringatan seperti itu

"Ooh iya pak maaf, tadi aku kepikiran aneh - aneh" jawabku mencoba agar tidak menjadi panjang masalahnya

"Nyetir itu harus fokus pak, aah kamu ini" ucap pria itu lalu meninggalkanku begitu saja, sempat terdiam beberapa saat aku kembali mencoba mengemudikan truk untuk parkir dibahu jalan.

Dengan segera aku pun turun dari dalam truk lalu melihat kondisi ban kiri depan yang memang dalam kondisi kempes, aku menendang ban itu karena kesal. "Aku pikir aku diganggu makhluk halus!" bentakku dengan penuh emosi, aku berjalan dan bersandar didepan truk mencoba menenangkan diri. "Duh udah gelap lagi" ucapku dengan penyesalan, aku pun segera kembali ke kursi pengemudi untuk mengambil besi, dongkrak, dan kunci pass roda.

Aku kembali berjalan mendekati ban kiri dan meletakkan semuanya dekat ban kiri lalu segera kembali berjalan menuju belakang truk untuk mengambil ban serep dibawah box. Agak lama aku membuka kunci ban serep dibelakang dan tidak terasa ada seorang wanita cantik dibelakangku dengan baju terusan berwarna merah, karena terkejut aku pun langsung membalikkan badan dan menatap wanita itu dengan wajah ketakutan.

"Waa!!" teriakku bebarengan dengan berbaliknya badanku menatap wanita cantik itu

"Ngapain bang?" tanya wanita itu terdengar ramah

"Duh neng, bikin kaget aja" jawabku dengan nafas yang terengah - engah, degup jantungku masih berdetak sangat keras.

"Maaf ya bang, abang terlalu serius sampai gak sadar neng datang" dengan sedikit suara tawa wanita itu mengatakannya, aku pun melihat kanan kiri mencoba mencari tahu dengan siapa wanita ini berada dipinggir jalan. Namun tidak ada seorang pun disekitar kami, jalanan juga terlihat lenggang dan sepi.

"Ngapain disini neng? gak takut apa dijalan sepi gelap begini?" tanyaku penasaran, wanita itu pun tertawa mungkin karena merasakan ketakutanku.

"Engga lah bang, ngapain takut. Rumah neng juga deket - deket sini, neng diajakin ke pesta sama warga sini" jawab wanita ini dengan sedikit suara tawa yang terdengar, aroma wangi terasa begitu menyengat dari tubuh wanita ini.

"Oh gitu, apa perlu abang anterin?" tanyaku menawarinya tumpangan namun tiba - tiba wanita itu tertawa melengking

"Hi..hi..hi..hi..." suaranya begitu membuatku merinding

"Orang yang mengajakku pesta tidak mengantar neng bang" ucapnya dengan suara berat  yang terdengar

Tiba - tiba wajah wanita cantik dengan kulit putih merona yang aku lihat tadi mendadak berubah menjadi putih pucat dengan darah yang bercucuran hampir disemua wajahnya dan tersisa hanya pupil yang memutih dengan senyum yang begitu menyeramkan untuk dilihat, tidak berhenti sampai disitu aku juga mendengar suara anjing yang tiba - tiba melolong begitu keras. Bau amis darah pun begitu menyengat dihidungku, semua itu membuat kakiku terasa lemas tak bertenaga dan tubuhku terasa dingin.

Terpopuler

Comments

Ai Emy Ningrum

Ai Emy Ningrum

pingsan yak jd nya 🤭🤭

2022-06-28

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!