—Roller Coster 2—
Ane sibuk membantu sang ibu memasak untuk makan malam nanti. Tangannya memotong wortel dan kentang menjadi dadu tak lupa mengupas bawang putih dan merah sebagai bumbu sop ayam yang akan di buatnya.
Hampir setengah jam dihabiskan di dapur hidangan sederhana pun telah siap disajikan di meja makan. Kedua kakaknya pulang lebih awal karena cafe dipercayakan pada salah satu karyawannya hingga cafe tutup.
Di meja makan kecil, yang memiliki kursi 4 dan semuanya terisi. Keempat orang tersebut tak mengeluarkan sepatah kata karena sibuk melahap makanan masing-masing. Setelah acara makan malam selesai, mereka berkumpul di ruang santai sembari berbincang ringan.
“Dek, gimana udah ada pengumuman belum?” tanya Rangga pada sang adik yang dihadiahi sebuah gelengan pertanda bahwa belum ada pengumuman yang Ane dapatkan.
“Ya udah, besok kamu coba daftar aja di kantor dekat cafe, siapa tahu kamu keterima,” timpal Banyu yang diangguki setuju oleh Rangga. Berpikir sejenak, akhirnya Ane mengiyakan perkataan kakaknya.
“Besok berangkatnya bareng saja kalau begitu,” ujar Banyu lagi.
“Iya,” balas Ane tanpa mengalihkan pandangannya pada ponsel.
\*\*\*\*
Pukul sebelas siang, Ane berjalan kaki menuju seberang jalan tempat cafe milik sang kakak berada. Sepanjang jalan, pikiran Ane seakan terasa kosong setelah kakinya melangkah meninggalkan kantor yang baru saja ia datangi.
Ane melirik sejenak ke kiri dan kanan, merasa aman ia segera menyeberang. Wajahnya kembali menunduk menatap aspal, pikirannya tak tentu arah. Suasana hatinya sedang tidak baik, bahkan sampai kakinya berhasil menginjakkan kaki di depan cafe pandangannya tak teralihkan sama sekali. Pegawai cafe yang membuka pintu pun merasa heran dengan sosoknya yang berjalan tak semangat.
Kakinya terus berjalan hingga menuju bar, di sana ada tiga orang pemuda yang sedang meracik kopi sesuai permintaan pelanggan. Gadis itu memeluk sosok tubuh tegap yang ia yakini adalah salah satu kakaknya karena aroma parfum yang sangat ia kenali.
“Ane, capek, Mas!” bisik Ane hampir tak terdengar.
Banyu mengernyitkan dahinya sejenak, lalu memanggil salah satu pegawainya untuk melanjutkan racikan kopinya. Ia menuntun tubuh adiknya dalam pelukan menuju ruang kerja. Sosok pemuda lain yang berada di ruang tersebut, bingung melihat adik kecilnya seakan tak berdaya dalam pelukan adik laki-lakinya.
“Hei, what's wrong?” Rangga meninggalkan laptopnya dan berdiri dari kursi mendekati sang adik, bahkan kini tubuh Ane beralih ke pelukan kakak tertuanya. Ane masih bergeming, Rangga melirik adik lelakinya menuntut jawaban tapi hanya gelengan kepala yang didapatnya karena Banyu pun memang tak tahu.
“Adek, lapar? Mas pesanin makanan dulu yah,” Rangga hendak melepaskan Ane dari pelukannya tapi Ane menggeleng lemah lantas mempererat pelukannya.
Banyu dan Rangga saling pandang, mereka sudah bisa membaca dari gerak-gerik sang adik. Sepertinya hasil dari Interview tadi tidak berjalan sesuai harapan Ane. Rangga menuntun tubuh adiknya duduk di sofa yang disusul oleh Banyu hingga kini Ane berada di tengah kedua kakaknya.
“Ane capek, Mas!” lirih Ane sembari tergugu tak mampu lagi menahan air mata.
Banyu memandang wajah adiknya dengan tatapan sedih, ia turut prihatin karena selama ini adiknya sudah berjuang mencari kerja tapi memang belum rejeki sang adik dan tak ada yang bisa disalahkan dalam hal ini.
“Kalau adek capek, ya udah istirahat dulu aja. Coba nikmati waktu me time, enggak usah mikir apa pun untuk saat ini, fokus pada diri kamu dulu, setelah hati kamu udah tenang dan pikiran kamu jauh lebih baik, boleh lanjut lagi berjuangnya,” nasihat Rangga tak lupa memberikan sebuah sentuhan lembut pada pipi sang adik yang basah karena air mata.
Banyu pun ikut memberi saran lalu berkata, “Mas Rangga benar, kamu enggak boleh sampai stress dan tertekan seperti ini, mungkin menurut Allah belum saatnya kamu bekerja dan Allah pun pasti sudah menyiapkan yang jauh lebih baik untuk kamu, dek! Enggak sekarang tapi mungkin nanti disaat waktu yang tepat menurut Allah, masing-masing sudah ada rejekinya jadi kamu enggak boleh putus asa seperti ini,”
Ane hanya diam seribu kata, larut dalam kesedihan dan kekecewaan. Rangga dan Banyu setia menemani sang adik hingga suasana hati Ane jauh lebih baik, kedua lelaki tampan itupun mengantar sang adik pulang ke rumah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Lutfie Wachad
santai Ane kegagalan yang berulang kali akan membuat biasa...dan kumpulan kegagalan akan menjadi senjata untuk mendapatkan kemenangan.
2022-10-04
0
mom kazira
kenapa ga ikut kerja dicafe aj sma kakak2 nya,.. 🤔
2022-07-28
0
Wie Yanah
ywd nikmti aja di rmh ..jual" apa ke gtu heheee
2022-07-28
0