Bab 4

—Roller Coster—

Selesai melaksanakan sholat Ashar, Ane menuju ruang santai hendak menonton TV tak lupa membawa ponsel serta laptopnya. Tubuhnya jatuh pada sofa empuk, laptopnya ditaruh ke meja kaca dan beralih mengambil remote untuk menyetel.

Ane mencari beberapa channel hingga menemukan satu channel yang menampilkan talkshow, dimana artis favoritenya tengah diwawancarai oleh host.

“Widih, ganteng banget, ya ampun, semoga suami gue gantengnya sama kayak Jefri Nichol, sumpah deh enggak nolak gue, bahkan gue rela kalau dilamar sekarang juga, haha, ngimpi lo ketinggian ih,” kekehnya pada diri sendiri.

Ane memusatkan perhatiannya pada layar datar yang berukuran cukup besar di hadapannya, beberapa menit kemudian, saat iklan akhirnya Ane meraih laptopnya untuk mencari lowongan pekerjaan. Ane membuka beberapa situs yang menyediakan berbagai informasi lowongan pekerjaan, semua postingan terbaru dari situs tersebut ia buka secara satu persatu dan memasukkan lamaran pekerjaan jika kriteria calon pelamar sesuai dengannya. Usai itu, Ane mencoba mengecek email, berharap ada kabar baik di sana.

Benar saja, matanya seketika melebar begitu juga dengan mulutnya saking tak percayanya melihat inbox di emailnya.

“Huaa, yes!!! Ibuuuuuuuu!!!” pekik Ane berlari meninggalkan laptopnya dan mencari keberadaan sang ibu yang ternyata sedang berada di halaman depan merapikan beberapa pot tanaman.

“Ibu, ibu!” Ane memeluk tubuh berisi sang ibu dari belakang sembari tergugu. Sang ibu yang tak tahu menahu, menjadi heran namun terkesan panik karena putrinya memeluknya sembari menangis.

“Adek kenapa?” tangan keriputnya mengelus punggung sang anak.

“Ane, lulus berkas pendaftaran, bu,” Ane melepaskan pelukannya. Mungkin ini terkesan lebay hanya saja Ane begitu senang karena ia lulus tahap awal, Minggu lalu ia mendaftar secara online di salah satu cabang perusahaan BUMN yang membuka lowongan secara besar-besaran, tentu Ane sangat merasa senang walau masih tahapan awal setidaknya ia mempunyai peluang lebih besar untuk ke tahap selanjutnya. Banyak orang yang mendaftar namun hanya beberapa yang lulus seleksi berkas termasuk Ane.

“Ya Allah, Alhamdulillah, Nak! Semoga kali ini rejeki kamu yah, tetap berdoa dan berusaha, InsyaAllah ini awal yang baik untuk, adek!” ujar sang ibu ikut senang.

\*\*\*\*

Malam harinya, Ane sibuk mempelajari berbagai contoh soal TKD dan Psikotes yang akan ia hadapi lusa nanti sebagai tahap kedua yang harus Ane lalui.

Pukul delapan malam kedua sembilan malam, kedua kakaknya baru saja pulang dari cafe. Rangga dan Banyu kompak melirik ke arah sang adik sibuk berkutat dengan alat tulis serta laptop. Keduanya mendekat ke arah Ane—gadis itu seakan tak menyadari kehadiran kakak-kakaknya, ingin fokus dengan soal-soal yang ia coba pecahkan.

“Hem, sibuk amat, nih adek Mas yang cantik,” Banyu duduk di samping sang adik hendak mengelus rambut panjang Ane tapi langsung mendapatkan tatapan tajam dari gadis itu.

“Enggak usah pegang-pegang deh, ntar virus pengangguran menular tahu rasa,” celetuknya menyeleneh.

Banyu dan Rangga refleks tertawa, “ada-ada aja kamu, dek! Mana ada virus pengangguran,” Rangga menyentil kening Ane.

Ane memutar bola matanya malas,“enggak usah ganggu pengangguran deh! Sana-sana!” usirnya pada kedua kakaknya.

Banyu menyerahkan kantong plastik yang bersisi minuman kesukaan sang adik di cafenya, serta potongan cake cokelat. Ane mendesis menatap tak suka seakan tak tertarik.

“Masih marah yah, sama Mas? Udah tiga hari loh, kamu diamin, Mas! Dosa loh, dek!” Banyu memasang tampang memelas agar sang adik tak lagi marah padanya.

“Dih, apaan lebay banget!” sembur Ane.

“Lebay apaan, emang betul kok, dosa kalau selama tiga hari bermusuhan,” ujar Rangga menimpali.

Ane melotot kan matanya lalu berkata, “yang musuhan siapa coba?” Rangga menunjuk Ane menggunakan dagunya.

“Kok aku? Enggak kok, Ane cuma kesel tahu, Mas Banyu kemarin nyebelin,” Ane mulai merajuk seperti anak kecil pada Rangga kemudian pria tampan itu memeluk tubuh Ane.

“Kan, Mas enggak bermaksud apa-apa. Mas cuma bercanda tahu,” ujar Banyu.

“Tapi enggak usah bawa-bawa pengangguran dong, kan kesel jadinya,” Ane mencabik lucu dalam pelukan Rangga—pemuda itu terkekeh geli dan memberitahu jika ada lowongan pekerjaan di kantor tak jauh dari cafenya.

“Oh,iya kantor dekat cafe Mas, katanya buka lowongan,” Ane menengadah menatap wajah kakaknya dengan bola mata yang membulat sempurna.

“Serius? Kok Mas bisa tahu?”

“Iya, tadi pas jam istirahat, beberapa karyawan ke cafe, terus mereka bahas lowongan, ya udah Mas coba tanya-tanya deh, katanya sih Walk in interview gitu, jadi berkas masuk langsung interview,”

Ane manggut-manggut dan kembali bertanya, “batas pendaftaran sampai kapan kak?”

“Tanggal dua bulan depan,”

“Ya udah, sekalian setelah tes terus pengumuman kalau gitu,”

Ane memutuskan untuk mendaftar setelah semua tahapan kedua sudah ia hadapi, ia pikir jangka waktu pengumuman seleksi tahap kedua adalah seminggu setelah diadakan tes. Maka dari itu, ia menunggu hasil seleksi lebih terdahulu.

Terpopuler

Comments

Deva Radit

Deva Radit

lanjut keren

2022-10-05

0

Lutfie Wachad

Lutfie Wachad

lanjut Thor

2022-10-04

0

Wie Yanah

Wie Yanah

ikt usha kk'y aja di kafe heheee kelola smpe sukses

2022-07-28

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!