#3 : surat

Tepat jam 12 malam, Ardhan telah sampai di Apartementnya. Sebelum memasuki Apartement itu, dia menatap pintu yang di samping pintu Apartementnya.

"Mungkin dia sudah tidur," gumam Ardhan tersenyum. Hatinya begitu bahagia bertemu dengan Gadis kecilnya.

"Tuan." Sapa Jack. Pria berjas hitam itu menyapa sang majikan yang masih tersenyum. "Sudah pasti nona sudah tidur," ucap Jack.

"Iya, semoga dia menyukai hadiah yang aku berikan padanya."

Sebelum melakukan perjalanan jauh, Ardhan sempat memesan sebuah boneka beruang dengan memegang love. Dia bermaksud memberikannya pada Kenzia. Esok hari, ia akan menjadi tetangga yang ramah.

Ardhan memencet tombol Apartementnya, masuk ke dalam dan menyapu ruangan itu. Ia cukup nyaman dengan Apartement baru yang ia tempati pertama kalinya.

"Jack, kau beristirahatlah."

"Baik, Tuan." Jack menyeret kopernya ke kamar tamu lantai bawah. Sedangkan Ardhan menaiki anak tangga menuju lantai atas.

"Hah," Ardhan begitu menyukai suasana di kamarnya yang bernuansa ke emasan. Dia jadi teringat dengan Kenzia yang menyukai warna biru langit. Bahkan kamarnya di rumahnya yang menjadi tempat Kenzia saat libur dan tinggal bersama di ubah dengan sesuai warna kesukaannya.

"Apa di kamarnya akan bernuansa biru? Dia penyuka Doraemon."

Ardhan menarik tirai yang menutupi kaca jendela bening itu. Dia menatap ke arah gedung yang di penuhi cahaya lampu. Indah, pantas saja Kenzia tidak pernah pulang ke Jakarta.

Dia mendorong pintu kaca itu ke samping. Langkah kakinya menuju balkon. Ia melihat kaca pintu itu sudah tertutup dengan tirai berwarna biru.

"Kenzia, kita akan bertemu." Gumam Ardhan tersenyum.

Keesokan paginya.

Kring...

Kenzia mengucek kedua matanya, ia melirik jam weker di atas nakas itu, tangannya mematikan alarm itu. Tepat jam 4 subuh jam itu akan berdering sesuai jadwalnya setiap harinya.

Di pagi hari, dia akan bersantai di balkon sambil melihat matahari terbit di temani dengan secangkir kopi esspreso.

Kenzia melihat ke arah cermin, kedua matanya masih sangat mengantuk. Dia mengambil sikat giginya, lalu berkumur.

Kenzia mengelap bibirnya, ia menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia rindu Mama dan Papanya, apa lagi Daddy Ardhan. Dia merindukannya, tapi hatinya belum siap menemui Daddy Ardhan dan istrinya, Berlin.

Tangannya memukul dada yang terasa sesak itu. "Aku tidak boleh seperti ini terus, sudah bertahun-tahun Daddy Ardhan sudah bahagia dan aku harua bahagia."

Kenzia membasuh wajahnya, lalu mengelap wajahnya dengan handuk kecil.

Dia pun beralih ke dapur, membuat telur mata sapi untuk sarapan paginya. Di Jakarta dia terbiasa dengan makan nasi, pagi hari ia akan makan nasi dari pada makan roti. Perutnya tidak akan kalau hanya makan roti saja dan segelas susu.

"Hah."

Dia membuat segelas jus kacang hijau, setelah meneguk sampai setengah gelas. Dia melanjutkan membuat kopi kesukaannya.

Kenzia duduk dengan santai, udara pagi sangat segar, sehingga tubuh lelahnya langsung sirna. Namun ada yang aneh, ia merasa jantungnya berdetak dengan kencang.

"Aneh, tidak akan terjadi apa-apa kan?"

Dia mengambil benda pipih itu, lalu memainkannya. Kemudian menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi putih itu.

Dia menaruh benda pipih itu kembali dan menyeruput kopi esspresonya.

Deg

Kenzia merasakan ada seseorang yang sedang mengawasinya. Dia menoleh dan melihat bayangan seseorang di dekat jendela.

"Apa Apartement sebelah sudah ada yang menempati?"

Kenzia menaikkan kedua alisnya, ia tidak peduli. Lagi pula kalau bisa akrap, berarti dia akan memiliki tetangga baru.

Ting

Suara bel berbunyi, kenzia beranjak dari kursinya.

"Tunggu sebentar." Kenzia membuka pintu Apartementnya, ia melihat kanan kiri, namun tidak ada orang.

"Kemana orangnya?"

Kedua matanya pun tertuju pada sebuah kado di lantai bawah. Dia mengambil kado dengan pita berwarna pink itu. Di atasnya terdapat setangkai bunga mawar merah.

Kenzia menghirup bunga mawar merah itu, wangi bunga mawar itu memenuhi tenggorokannya.

Ia membuka kado itu dan melihat sebuah boneka kecil. Di sebelah boneka itu terdapat sepucuk surat.

"Hai..

  Salam kenal.."

Dan senyuman emoticon.

"Sepertinya tetangga sebelah sangat ramah." Gumam Kenzia. Dia memikirkan bagaimana cara membalasnya. Padahal ia tidak tahu, tetangga sebelahnya seorang perempuan atau laki-laki.

"Aku kasik surat aja dulu,"

Kenzia mengambil secarik kertas, dia menanyakan tetangganya laki-laki apa perempuan atau sudah berkeluarga.

Terpopuler

Comments

Yunerty Blessa

Yunerty Blessa

penasaran Kenzia nya..

2023-09-19

0

Elminar Varida

Elminar Varida

klu gw mah ogah terima2 aja pemberian orang yg baru dikenal. parno takutnya didlmnya ada bom😄😄😄

2023-03-06

0

Suesant SW

Suesant SW

kenzia💜

2022-06-13

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!