Setelah kejadian dirumah Chandini Gemi merasa bersalah pada istri pertamanya. Jika boleh jujur Gemi jauh lebih nyaman tinggal bersama Chandini wanita yang tidak pernah ia kenal sebelumnya. Berbeda dengan Maura yang sudah ia kenal selama lima tahun, hidup bersamanya Gemi merasa sepi karena kesenangan yang diberikan oleh Maura hanyalah kesenangan untukknya sendiri.
Karena rasa bersalah yang terus menghantuinya semalaman pagi harinya Gemi pergi kerumah Chandini. Dan yang ia lihat adalah banyaknya tukang bangunan yang bekerja disana. 'Apa Chandini pindah karena Maura menyentuh barang - barang miliknya?'
Dan tanpa sengaja Gemi melihat pria paru baya yang biasa menemani Chandini pergi kemana pun di rumah Chandini.
" Pak Doni kan?" tanya Gemi ragu
" Iya Mas Gemi, Ada apa? Cari Nona Chan?" tanya Pak Doni tepat sasaran.
" Iya.." jawab Gemi yang tidak enak hati, bagaimana bisa suami tidak tahu kemana istrinya pergi? dan sekarang malah bertanya pada orang lain.
" Nona Chan tinggal dirumah Nenek Dewi Pak. Karena kemarin Nona Chan memintaku untuk merenovasi rumah bagian depannya" jawab Pak Doni
" Ohh baiklah terimakasih Pak. Saya permisi " kata Gemi.
" Iyaa Mas.. hati hati " pesan Pak Doni yang dibalas lambaian tangan oleh Gemi.
Ternyata pemikirannya salah pada Chandini ternyata Dia hanya pergi sementara waktu selagi rumahnya direnovasi. Dengan kecepatan penuh Gemi mengemudikan mobilnya kerumah Nenek Dewi. Sesampainya dirumah Nenek Dewi, Gemi melihat pemandangan yang tidak asing lagi baginya yaitu Chandini yang bercanda gurau dengan Nenek Dewi.
" Nek?" panggil Gemi
" Oh maaf Kamu salah orang " jawab Nenek Dewi kesal.
" Nenek ini apaan sih, Aku ini satu satunya Cucu Nenek. " kesal Gemi melihat tingkah kekanak kanakan Neneknya.
" Kamu ini siapa sih? Saya tidak kenal! Cucu Saya memang satu dan itu Chandini " tegas Nenek Dewi.
" Stop Nek, jangan seperti anak kecil " marah Gemi.
" Oh ya? Sudah lah pergi sana Aku tidak ingin melihatmu lagi !" Marah balik Nenek Dewi
" Nek.. Bukannya semalam Nenek bilang ke Chan Kalau Nenek kangen sama Mas Gemi?" tanya Chandini dengan wajah polosnya.
" Haduh Chan, Kamu ini yang Nenek kangenin itu Gemi Cucu Nenek yang baik bukan pria jahat ini yang tega duain istrinya." jawab Nenek Dewi
" Nek, Aku tidak tahu harus bagaimana. Maura mengandung anak Ku itulah kenyataannya saat ini. Bukankah Nenek seharusnya senang karena Nenek akan menjadi Nenek uyut?" pasrah Gemi.
" Aku akan senang jika yang mengandung cicitku itu Chan, bukan Maura si ular itu!" jawab Nenek Dewi
" Nek, Aku dan Chan itu tidak mungkin. Nenek tahu alasan Kami menikah kan?" tanya Gemi lagi.
" Aku tidak peduli! Yang Aku tahu Chandini adalah istrimu, dan seharusnya Kamu memberikan ia hak sepenuhnya sebagai istrimu bukan malah memberikan hak istrimu pada wanita lain! Sekarang Dia mengandung anakmu tapi bukan Cicit Ku!" marah Nenek Dewi memuncak.
" Jadi Nenek mau Aku bagaimana? menceraikan Chandini?!" kesal Gemi. Mendengar kata cerai membuat Nenek Dewi benar benar terkejut 'bagaimana bisa Gemi mengatakan kata perceraian dengan mudah?' namun saat ingin memaki cucu nya Nenek Dewi merasakan sakit pada kepalanya dan jatuh pingsan.
Dirumah sakit Gemi dan Chandini duduk dengan cemas dan penuh harapan kalau Nenek Dewi baik baik saja.
" Nenek Dewi baik baik saja, jangan memancingnya marah lagi yaa. Kalian pasti tahu marah akan memicu darah tingginya" kata dokter yang memeriksa Nenek Dewi.
" Dan bukankah Anda Dr. Chandini?" sambung Dokter itu.
" Iyaa Saya Dr. Chandini " jawab Chandini dengan ramah.
" Wah, Saya sangat senang bisa bertemu dengan Anda. Kapan Anda kembali dari New York? Dan apa jadwal minggu depan Anda kosong? Karena ketua rumah sakit Kami ingin mengundang Anda diacara peresmian Rumah sakit barunya di Surabaya " jelas Dokter itu dengan semangat.
" Sudah lama Saya di Indonesia, Saya akan melihat jadwal minggu depan kosong atau tidak " jawab Chandini.
" Perkenalkan saya Marsel, dan ini kartu nama Saya. Hubungi Saya saat Anda setuju untuk datang ke Surabaya" semangat dokter itu.
" Baiklah, permisi " singkat Chandini.
Melihat ekspresi Dr.Marsel, Gemi bisa melihat jika dokter itu menyukai istri cantiknya ini. Tapi tunggu dulu 'Dr. Chandini?' apa maksudnya memanggil Chandini dengan gelar dokter?
Keesokan harinya Gemi datang kerumah Nenek Dewi dengan sangat senang karen Dia bisa bertemu dengan Chandini disana tanpa harus berdebat panjang lebar pada Maura.
" Sore Chan.. Mau kemana? " tanya Gemi yang melihat Chandini sibuk menyiapkan beberapa makanan kedalam keranjang.
" Oh hai Mas, Aku sama Nenek mau piknik ditaman komplek. Mau ikut?" jawab Chandini dengan semangat
" Aku mau ikut, tapi pakaian Ku?" tanya Gemi lesu.
" Hahaha santai Mas, kemarin Aku dan Nenek pergi beli baju couple untuk Kita bertiga " jawab Chandini dengan senyuman manisnya
" Kamu tahu kalau Aku akan ikut?" bingung Gemi
" Ya nggak lah, memangnya Aku peramal apa? Aku dan Nenek hanya iseng aja beli. Nenek mau mengajak Mu foto keluarga dengan pakaian santai tapi Kamu dari kemarin dihubungin susah jadi Aku bujuk Nenek buat piknik saja hari ini. " jelas Chandini.
" Maaf ya, pekerjaan Ku kemarin banyak banget " sesal Gemi yang kemarin mengabaikan ponselnya.
" Tidak masalah, Kamu bisa menebusnya dengan ikut piknik bersama Kami. Dan pakaian Mu ada dikamar Nenek " kata Chandini.
" Baiklah Aku akan ganti pakaian dulu " senang Gemi dan pergi kekamar Neneknya.
Ditaman komplek mereka bertiga sangat menikmati piknik disore hari ini dengan canda tawa yang membuat banyak keluarga iri. Mereka seperti keluarga yang amat bahagia dengan pakaian yang sama mereka terlihat kompak dan juga menarik perhatian banyak orang ditaman.
" Harusnya Kita lebih sering menghabiskan waktu bersama " kata Nenek
" Hahaha iyaa, lain kali Aku pasti akan mengajak Nenek piknik yang jauh lebih seru dari ini" jawab Chandini
" Apa Aku diajak?" tanya Gemi
" Kalau Mas Gemi mau ikut boleh saja, yakan Nek?" tanya Chandini
" Nenek terserah Kamu saja " pasrah Nenek Dewi yang masih menyimpan rasa kesal pada Gemi.
" Okay kalau begitu, gimana jika akhir tahun Kita pesta BBQ?" tanya Chandini yang semakin semangat.
" Boleh. Nenek sudah lama tidak pesta BBQ " senang Nenek Dewi.
" Bagaimana Mas? Mas Gemi mau ikut nggak?" tanya Chandini pada suaminya
" Aku? Aku pasti akan datang " jawab Gemi dengan senang hati menerima ajakan sang istri.
Gemi benar benar lupa jika ia mempunyai dua istri yang harus diperhatikan. Apalagi istri keduanya kini sedang mengandung calon anaknya.
Sesampainya dirumah Gemi disambut dengan wajah penuh amarah dari Maura.
" Enak ya Kamu pergi piknik sama wanita liar itu! lupa kalau Aku dirumah nungguin Kamu kayak orang ****?!" marah Maura
" Sayang, tenang. Aku kesana kan mau lihat keadaan Nenek tapi kebetulan saja Nenek dan Chan mau pergi piknik. Apa Aku salah ikut bergabung bersama mereka? Dan Chan juga istriku. Selama 6 hari ini Aku bersama Mu. Apa Aku salah jika menemui istri pertama Ku 6 jam saja?" kesal Gemi yang terus terusan disalahkan oleh Maura.
" Salah! Salah Kamu karena menikah dengannya! Kamu dulu pacar Ku dan sekarang Suami Ku. Aku tidak terima Kamu bagi cintamu pada wanita lain!" marah Maura yang semakin menjadi jadi.
" Maura Stop! Sekarang Kamu sedang hamil jadi Aku mohon jaga emosi Mu ya " sabar Gemi mengingat Maura yang kini sedang berbadan dua.
" Aku hanya Kamu lebih perhatian padaku, Aku ini akan melahirkan anak Mu. Jangan temui wanita liar itu lagi bisa kan? setidkanya selama Aku mengandung anak Mu ?" kata Maura dengan nada yang lebih rendah dari sebelumnya.
" Maura sayang.. Aku harus adil bagaimanapun juga Chan adalah istri Ku. Dan bukan kah Aku selama ini lebih sering bersama Mu ? Aku kurang perhatian dimananya lagi?" berusaha membujuk Maura.
" Aku cemburu melihat Mu bersamanya. Kamu miliku dan hanya milikku!" tangis Maura pecah dan Gemi langsung memeluk tubuh mungil Maura.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments
Sulati Cus
pgn getok pala si gemi smg aja marcel py niatan jd pebinor
2022-03-25
1
Pipit Masriah Mobarok
wanita liar dan wanita ular
2021-11-27
3
Alanna Th
yakin itu anakmu, gemi? 😜😜😜
2021-11-22
1