Tak semestinya

Tak terasa kini pernikahan Gemi dan Chandini menginjak satu tahun. Dalam satu tahun Gemi mulai jatuh cinta pada istri cantiknya ini.

Mengenal Chandini lebih jauh membuat Gemi banyak berubah. Gemi kini menjadi sangat ramah, ceria, dan juga kini sangat perhatian pada Neneknya.

" Chan.. Bantu Aku memakaikan dasi " teriaknya.

" Ya ampun Mas.. Tunggu sebentar yaa Aku lagi masak" jawab Chandini dari dapur.

Selesai dengan urusan dapur, Chandini masuk kekamar Gemi. Tanpa basa basi Chadini mendekati Gemi dan memasangkan dasi pada leher jenjang Gemi.

"Sudah rapih " kata Chandini dengan mengedipkan sebelah matanya.

" Ya! Jangan berkedip seperti itu didepan pria selain diriku. " ketus Gemi.

" Ya nggak lah.. Memangnya Aku gila apa?!" kesal Chandini pada suaminya yang super cemburu ini.

Mendengar jawaban Chandini membuat Gemi bangga karena menikah dengan wanita yang benar benar bisa menjaga dirinya.

Setelah kerusuhan pagi hari terjadi dirumah Chandini, mereka berdua pun pergi ke Kantornya masing - masing.

" Pak Gemi, diluar ada Bu Maura." kata Sekretarisnya yang tiba - tiba masuk keruangannya.

" Baiklah suruh Dia masuk " santainya, karena sepanjang perjalanannya ke kantor Gemi selalu memikirkan Chandini dari senyumnya, marahnya bahkan saat Chandini bertingkah menggemaskan.

" Sayang Aku punya kabar baik!" seru Maura yang kini duduk dipangkuan Gemi.

" Apa sayang?" herannya.

" Aku hamil! lihat deh, Aku kemarin sudah pergi kerumah sakit untuk tes dan hasilnya positif " senang Maura.

" Wah.. Aku akan menjadi Ayah?! Sayang Aku sangat senang " jawab Gemi yang sangat senang mendapatkan kabar baik dari Maura.

" Okay. Kapan kita nikah?" tanya Maura membuat senyum senang Gemi menghilang seketika. Gemi lupa jika kini Ia sudah memiliki istri.

" Sayang untuk itu.. " Gemi berusaha mencari alasan.

" Aku nggak mau mendengar alasan darimu lagi, Kalau Kamu tidak menikahiku besok Aku akan pergi membawa anak kita!" ancam Maura.

" Jangan! Jangan Kamu pisahkan Aku sama calon anakku. Baiklah besok Kita akan menikah " jawabnya asal.

Malam harinya dirumah Chandini suasana yang biasanya ramai akan canda tawa kini terasa dingin. Chandini dan Gemi terdiam canggung seperti dulu, tidak ada lagi percakapan diantara mereka dimalam yang panjang ini. Karena suasana aneh ini Gemi dan Chandini kembali menjadi orang asing yang tinggal satu atap. Mereka berdua menghabiskan malam ini dengan bekerja di depan Laptop masing masing.

Keesokan harinya Gemi resmi menikah dengan Maura dengan pesta pernikahan yang sangat mewah semua kalangan atas datang memberi restu pada mereka. Disudut ruangan yang lebar, Nenek Dewi tersenyum kecut melihat kebodohan yang telah dilakukan Gemi cucu satu satunya ini

" Sayang Aku senang Kamu akhirnya menjadi Suami Ku " manja Maura yang terus merangkul lengan kekar Gemi.

" Aku juga sayang " senangnya.

Chandini yang merupakan istri pertama yang juga menjadi istri rahasia Gemi ikut senang melihat kebahagian suaminya.

" Dasar bodoh. Dia itu suami Mu! Kenapa diam saja melihatnya menikah lagi?!" marah Nenek Dewi

" Mau gimana lagi? Apa Aku harus menangis seperti di film? Nenek juga tahu alasan Kami menikah kan? Aku juga tidak ingin egois, lihatlah Mas Gemi sangat bahagia jadi sebagai istri Aku harus ikut bahagia untuknya kan?" jawab Chandini yang terus saja melihat Gemi tersenyum bahagia tidak seperti saat mereka menikah.

" Kalau mau menangis juga tidak masalah wajar saja, Kamu ini manusia bukan batu yang tidak memiliki emosi Chan. Lagi pula untuk apa sok tegar? " kesal Nenek Dewi.

" Hahaha Nenek ini, Aku pernah melewati masa - masa yang jauh lebih menyedihkan dari ini jadi Aku sudah terbiasa " Jawab Chandini sembari mengingat kenangan pahit yang ia rasakan dulu.

" Terserah Kamu lah Chan. Tapi jika Kamu sudah tidak kuat menangis lah, Kalau perlu pergi maka pergilah jangan Kamu tahan. Karena Aku tahu persis ular itu akan menyakitimu " ujar Nenek Dewi yang memberi julukan Maura sebagai ular.

" Hahah okay Nek" jawabnya santai.

Dua minggu kemudian,

Tok tok.. ( suara ketukan pintu rumah Chandini yang sudah lama tidak terdengar) sejak Gemi menikah tidak ada lagi yang datang mengunjungi rumah Chandini.

Chandini yang sedang menikmati secangkir teh hijau pun terusik oleh ketukan pintu yang terus saja terdengar di gendang telinganya.

Saat membuka pintu rumah, Chandini benar benar merasa sial karena tamu hari ini adalah istri kedua suaminya yaitu Maura uups salah Nyonya Maura Gemilang.

" Ada apa?" tanya Chandini dengan wajah datarnya.

" Wah ternyata rumah Mu besar juga, Tapi sayang sepi kayak kuburan. Wah rupanya Kamu lagi bersantai ?" tanya Maura dan langkah kakinya yang terus masuk tanpa izin dari Chandini.

" Kamu tahu nggak? Aku sangat benci wanita perusak hubungan orang lain seperti Mu." sambung Maura yang terus berjalan menulusuri rumah besar Chandini

" Apalagi saat Gemi mengenalkan dirimu tiga hari yang lalu. Ingin rasanya Aku mencakar habis wajah centil Mu. " kesalnya mengingat tiga hari yang lalu saat Gemi memperkenalkan Chandini pada Maura di restoran dekat kantor Gemi.

" Oh jadi?" bingung Chandini

" Kamu menikah dengan Gemi karena terpaksakan? Itu semua ide konyol Ayahmu kan? Sekarang Ayahmu sudah lama meninggal, kenapa tidak bercerai saja? Dari pada menjadi pengganggu ?" ujar Maura yang kini duduk di salah satu sofa ruang tamu.

Bukan hanya itu Maura juga mengambil cangkir kosong lalu mengisi teh hijau kedalamnya dan tanpa permisi Maura langsung meminumnya. Kesal melihat tingkah laku Maura diam diam Chandini menghubungi Gemi dan memintanya membawa pulang istri tercintanya ini.

To Mas Gemi :

Mas, Istrimu lagi dirumah Ku. Dia duduk dan juga meminum teh dirumah Ku. Kamu tahukan kalau Aku mysophobia jadi bawalah istrimu pulang!

Maura terus saja mengoceh tidak jelas, bagi Chandini ocehannya tidak lebih penting dari semua barang yang disentuh oleh Maura. Jujur saja Chandini mulai merasa tidak nyaman melihat Maura menyutuh barang - barang dirumahnya.

Tidak butuh lama bagi Gemi datang kerumah Chandini yang dekat dari kantornya.

" Chan?" panik Gemi melihat Chandini berdiri mematung didepan pintu rumahnya.

" Bawa Dia pergi dari rumah Ku sekarang?!" teriak Chandini yang tidak sanggup lagi melihat kelakuan Maura.

" Okay okay " Gemi pun masuk dan memaksa Maura ikut pulang bersamanya.

" Dasar wanita pengadu! Kamu tidak hebat dariku! Gemi milikku dan hanya akan menjadi milikku !" teriak Maura yang dipaksa pergi oleh Gemi.

" Aku tidak peduli padamu dan suami Mu! Jika perlu Kamu bawa saja pergi jauh dari sini! Dan jangan pernah datang kerumah Ku!" jawab Chandini frustasi.

Mendengar perkataan Chandini tadi membuat hati Gemi merasa pedih, karena sepertinya Chandini kini membencinya.

Setelah kepergian Gemi dan Maura, Chandini mwngubungi Pak Doni untuk mengganti semua barang yang sudah disentuh oleh Maura. Bahkan keramik lantai pun ikut diganti oleh Chandini. Karena rumahnya yang sekarang dalam perbaikan Chandini terpaksa menginap dirumah Nenek Dewi.

Terpopuler

Comments

Pipit Masriah Mobarok

Pipit Masriah Mobarok

si Chan ini sultan yah, hebaat langsung ganti-ganti aja,

2021-11-27

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!