Pertemuan

Setiap pagi Chandini pergi mengunjungi Nenek Dewi yang tidak lain Nenek dari suaminya. Dengan sarapan yang ia buat sendiri Chandini sangat teliti merawat dan menjaga Nenek Dewi.

" Kamu kan sibuk untuk apa membawakan Nenek sarapan setiap hari seperti ini? " tanya Nenek Dewi yang menatap lekat mata Chandini.

" Yaa bagaimana lagi? Ayah ku sudah tidak ada jadi Aku sangat kesepian. Untung saja Nenek masuk kedalam kehidupan Ku jadi Aku tidak lagi kesepian kalau masalah pekerjaan kan ada Pak Doni yang membantu Ku " jawab Ku

" Apa menjadi pengusaha bukanlah keinginan Mu?" tanya nya lagi membuatku berhenti mengupas apel yang saat ini ku genggam.

" Nenek hebat tahu aja kalau menjadi pengusaha bukanlah keinginan Ku. Sebenarnya Aku ini lulusan kedokteran tapi karena kondisi yang sangat mendesak Ku untuk menjadi penerus perusahaan keluarga yaa jadi bagaimana lagi? " Jawab ku dengan menahan sedih.

" Wahh pantas saja Kamu sangat telaten menjaga Nenek ternyata Kamu dokter.. Gemi memang pintar mencari istri. Untung saja Dia tidak jadi menikah dengan Maura. Kalau sampe mereka menikah pasti Nenek akan tinggal dipanti jompo, karena mereka berdua kan sibuk tak pernah ada waktu untuk datang mengunjungi Nenek. Gemi datang kemari kalau tahu Nenek sakit saja kalau kondisi Nenek sehat Dia mana mau datang kemari makanya dulu Nenek sering mngerjainya dengan pura pura sakit. Tapi sekarang tidak perlu lagi karena sudah ada Chan yang menemani Nenek tua yang membosankan ini " jelasnya diakhiri dengan tawa renyahnya.

" Hahaha Nenek ini iseng juga ya.. Jangan pura pura sakit lagi Nek, Kasian Mas Gemi. " kata Ku

" Tenang saja, Nenek tidak akan melakukan hal itu Chan " jawabnya seraya mengelus rambut panjang Ku.

Dikantor Dewo Gemilang

" Sayang, Aku lihat deh kalung ini baguskan?" tanya seorang wanita yang kini duduk di pangkuan Gemi seraya menunjukan gambar kalung berlian di layar ponselnya.

" Kamu mau ?" tanya Gemi seraya mengelus punggung polos wanita itu.

" Mau... " manjanya dengan terus bergerak gerak tidak jelas dipangkuan Gemi.

" Baiklah, Buat Aku puas dulu. Nanti akan kubelikan semua yang Kamu inginkan " katanya dengan mata yang penuh hasrat.

Dengan cepat wanita itu mengelus adik Gemi yang sedari tadi mengembul didalam celananya. Dan tanpa basa basi wanita itu mengulumnya layaknya lolipop. Gemi tentu saja menikmati semua sentuhan.yang diberikan oleh wanita yang ia berikan gelar kekasih. Ya wanita itu bernama Maura.

Setelah membuat Gemi puas, mereka pergi ke Mall untuk membeli kalung yang diinginkan Maura. Ntah memang jodoh atau kebetulan Gemi bertemu dengan Chandini yang saat ini sedang meeting di suatu restoran yang berada di Mall.

Melihat Chandini dekat dengan pria lain membuat hati Gemi sedikit terluka. Dia tidak suka melihat Chandini yang terlalu dekat dengan pria lain karena bagaimana pun juga Chandini adalah istri sah nya yang Ia nikahi Dua minggu lalu.

" Sayang? Ayok.. " ajak Maura

" Hem.. Sayang Aku lapar. Apa Kita bisa makan dulu?" tanya Gemi

" Baiklah.. " pasrah Maura, yang tahu persis sifat Gemi tidak suka dipaksa.

Gemi dan Maura masuk kedalam restoran yang sama Chandini. Semua pelayan menyambut kedatangan mereka dengan sangat hormat secara Gemi adalah pemegang saham terbesar di Mall ini.

" Mau pesan apa Tuan dan Nona?" tanya seorang pelayan.

" Burger 2 dan Lemon Tea 2 " pesan Maura yang tahu makanan kesukaan Gemi.

" Baik Nona.. " kata pelayan itu dan pergi mengambil pesanan milik Maura.

Disisi lain,

" Bagaimaan? Apa Anda tertarik dengan kerjasama yang Kami tawarkan Nona Chan?" tanya pria yang tidak jauh beda usia dengan Chandini.

" Sepertinya akan lebih baik jika Anda memperbaiki sedkit masalah proposal ini dibagian perincian dananya. Karena ini tidak sesuai dengan yang Anda katakan tadi " kata Chandini setelah memeriksa proposalnya.

" Ohh.. Maafkan Aku nona, Akan segera kuperbaiki " jawbnya.

" Baiklah setelah Anda perbaiki, kirimkan proposal Anda ke kantor Ku dan jika memang sesuai Kita bisa bekerjasama tapi jika proposal yang Anda kirim masih bermasalah maaf sepertinya Aku harus mempertimbangkan lagi untuk berkerjasama dengan perusahaan Anda " tegas Chandini.

" Terimakasih Nona atas kesempatan yang Nona berikan, Terimakasih Aku pastikan tidak ada lagi kesalahan. Maafkan Aku Nona " seru pria itu dengan senang dan berusaha meraih tangan mulus Chandini tapi Chandini lebih dulu menariknya.

" Maaf Saya sudah menikah, lihat?" ucapku dengan memamerkan cincin berlian yang tidak terlalu mahal namun tetap terlihat manis.

" Ohh.. Maafkan Saya atas kebodohan Ku Nona. " ucapnya dengan sedih.

dan Ku hanya tersenyum tipis dan pergi meninggalkannya direstoran.

Melihat penolakan tegas yang dilakukan Chandini membuat Gemi tersenyum puas. Jujur saja Gemi sebenarnya sudah tertarik pada Chandini saat pertama kali mereka bertemu namun Gemi juga memiliki janji pada Maura untuk menjaga hatinya hanya untuknya. Sebagai laki laki sejati Gemi tak ingin mengingkari janjinya.

Malam harinya..

tok tok..(suara ketukan pintu rumah Chandini)

Chandini pun membuka pintu rumahnya. " Mas Gemi??" terkejutnya namun tetap tenang dan mencium tangan suaminya.

" Cuma disambut? Nggak disuruh masuk?" tanya Gemi terus terang.

" Oh iyaa maaf Mas.. Ayo masuk " Ajak Chandini dengan senyuman manis terukuir diwajahnya.

" Malam ini Aku tidur dirumah Mu ya.." kata Gemi

" Loh? Nggak biasanya Mas.." bingung Chandini.

" Iyaa rumah Ku lagi di renovasi " jawab Gemi asal kena.

" Hemm yasudah, Oh iya Mas Gemi sudah makan?" tanya Chandini antusias.

" Sudah kok.. Kamu sendiri?" tanya Gemi

" Sudah juga Mas. Yasudah kalau Mas Gemi sudah makan Aku siapin kamar untuk Mas ya.. " ujar Chandini

" Okay.." singkatnya.

Melihat respon Chandini yang hangat menyambut kedatangan Gemi membuatnya merasa senang dan nyaman. Hingga Gemi memutuskan setiap akhir pekan akan pergi mengunjungi Chandini dan bermalam dirumahnya.

Tiga minggu kemudian

" Mas, ini makanannya.. dimakan dulu " kata Chandini yang melihat makanan buatannya tidak disentuh oleh Suaminya.

" Hmm akan Ku makan " Singkat Gemi yang terus saja fokus pada ponselnya membuat Chandini geram namun berusaha menahannya dengan baik.

Dan dipagi harinya..

" Mas bangun sudah pagi " ujar Chandini yang sibuk membuaka tirai jendela kamar Gemi.

" Hmm.. Chan, Aaku rasa asam lambung Ku kambuh" Jawab Gemi yang masih terbaring lemah dengan wajah pucat pasih nya.

" Asataga Mas.. Kamu sih semalam terlambat makannya. Sebentar Aku cerikan obat dulu.. " panik Chandini.

15 menit kemudian, Chandini kembali kekamar Gemi dengan sekotak obat dan segelas air putih.

" Ini mas diminum obatnya dulu " katanya sembari membantu Gemi duduk.

Gemi pun meminum obat yang diberikan oleh Chandini. " Lain kali jangan tunda makannya " pesan Chandini yang duduk disamping Gemi dan terus saja mengelus rambut hitam Gemi.

" Maaf " jawab Gemi lemah dan mencari posisi nyaman dengan tidur di pangkuan Chandini. " Kamu tidak berangkat kerja?" tanya Gemi.

" Tidak, masa iya Aku kerja sedangkan Kamu lagi sakit disini? " jawab Chandini yang kini menatap mata biru milik suaminya.

Ditatap oleh Chandini membuat jantung Gemi berdetak lebih cepat, " Jangan melihatku seperti itu. Aku bukan anak kecil " elak nya.

" Hahaha baiklah.. " jawab Chandini yang semakin membuat jantung Gemi tidak karuan

Terpopuler

Comments

Erni Sari

Erni Sari

like datang, udah fav nnti lanjut lagi baca.
seru cerita nya

2022-03-03

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!