"Rick," ujar Cleantha langsung memeluk putra bungsunya.
Ia sangat bahagia melihat Alarick sudah kembali ke rumah. Rasanya baru beberapa tahun lalu, ia menggendong Alarick dan mengajarinya berjalan. Namun sekarang putranya ini sudah tumbuh menjadi pria muda yang tampan dan gagah. Bisa dibilang paras elok Alarick adalah perpaduan yang pas antara Raja dan dirinya.
"Jangan menangis, Mommy. Nanti kecantikan Mommy berkurang," ucap Rick seraya mengusap pipi Cleantha.
"Mommy sudah tua," jawab Cleantha melerai pelukannya.
"Bagiku Mommy adalah wanita tercantik di dunia. Aku hanya mau menikah dengan wanita seperti Mommy," lanjut Alarick memuji Cleantha.
Cleantha bersedekap sambil memandang Alarick dengan curiga.
"Siapa yang mengajarimu merayu seperti itu?"
"Aku bicara jujur. Mommy memang sangat cantik. Kerutan di wajah pun nyaris tidak ada."
Almero hanya tersenyum smirk melihat rayuaan maut adiknya.
"Yang jelas bukan aku yang mengajari Rick, Mom. Sepertinya dia belajar secara otodidak dan mempraktekkannya kepada pacar-pacarnya," sahut Almero.
"Apa benar yang dikatakan kakakmu? Kamu punya banyak pacar di luar negri? Mommy tidak mau kamu mempermainkan perasaan wanita," tegas Cleantha memberi peringatan.
"Tidak, Mom. Aku hanya bercanda. Rick itu laki-laki setia dan penyayang wanita," ujar Almero menepuk bahu Alarick yang sudah duduk di meja makan.
Alarick hanya mengangkat bahunya. Matanya tertuju pada masakan Cleantha yang dihidangkan di atas meja. Ia sudah tidak sabar untuk menyantap masakan rumahan buatan ibunya.
Sementara Almero mencium singkat pipi Cleantha sebelum berpamitan.
"Mom, aku ke kantor sekarang."
"Iya, jangan pulang terlalu malam, Al. Kita akan makan malam bersama hari ini."
Setelah Almero melangkah pergi, Cleantha mengambilkan nasi dan beberapa lauk kesukaan Alarick. Bagaimanapun Cleantha tetap menganggap Alarick sebagai putra kecilnya.
"Mom, tidak usah melayani aku. Aku sudah dewasa sekarang. Aku bisa mengambil makanan sendiri," cegah Alarick.
"Tidak apa-apa. Mommy ingin memanjakanmu selagi masih bisa. Nanti kalau kamu sudah menikah, istrimu yang akan menggantikan Mommy," kata Cleantha.
"Itu masih lama, Mom. Aku belum terpikir sama sekali untuk menikah. Aku ingin merintis karier. Menjadi pria yang sukses dan disegani di dunia bisnis seperti Daddy."
Cleantha tersenyum senang melihat semangat yang dimiliki Alarick.
"Kalau begitu kamu harus segera bekerja di Adhiyaksa Group. Bantu Almero mengelola perusahaan supaya Daddymu benar-benar pensiun."
"Nah, hal itu yang ingin aku bicarakan dengan Mommy."
Alarick meneguk jus jeruk yang dibuatkan Cleantha lalu memegang tangan ibunya itu.
"Mom, aku mau melamar kerja di perusahaan lain. Aku ingin mendapat pengalaman bekerja yang sesungguhnya. Merasakan bagaimana menjadi staf biasa lalu naik jabatan dengan usahaku sendiri. Dengan begitu aku akan memiliki bekal yang cukup saat menjadi pimpinan perusahaan nanti. Tolong izinkan aku, Mom."
Kelopak mata Cleantha membesar melihat kesungguhan di netra putranya.
"Kamu yakin dengan pilihanmu itu?"
"Yakin seratus persen. Bukankah Mommy dulu juga memulai karier dari bawah? Lalu bisa menjabat sebagai direktur keuangan Adhiyaksa Group."
Cleantha tertawa mendengar perkataan Alarick.
"Mommy menjadi direktur karena surat wasiat dari Daddy Alvian. Bukan karena prestasi Mommy sendiri. Tapi untukmu, Mommy percaya kamu bisa meraih prestasi yang membanggakan."
"Apa itu artinya Mommy setuju aku melamar pekerjaan di perusahaan lain?" tanya Alarick dengan antusias.
"Mommy setuju, tapi...Mommy harus tahu perusahaan mana yang kamu pilih?"
"Aku belum tahu. Tapi aku sudah minta bantuan Kak Almero untuk mencarikan daftar nama perusahaan yang bermitra dengan Adhiyaksa Group. Aku akan melamar sebagai staf di salah satu perusahaan itu. Dan kalau bisa lokasinya di luar kota supaya mereka tidak mengenaliku," sambung Alarick.
...****************...
Ivyna masih sibuk mengarahkan dua orang asistennya untuk memajang gaun pengantin rancangan terbarunya. Sesekali ia melirik jam tangan, menantikan kehadiran klien bernama Nadine. Wanita itu tidak juga menampakkan diri hingga pukul dua belas siang. Padahal ia berjanji akan datang ke butiknya tiga jam yang lalu.
Sungguh menyebalkan kliennya yang satu ini. Memaksanya menyelesaikan gaun dengan cepat, tapi ia sendiri malah mengingkari janji. Tahu begini lebih baik dia ikut bersama Almero untuk menjemput Alarick di bandara. Dengan begitu mereka bertiga akan menghabiskan waktu bersama.
"Win, aku ke ruang aksesoris dulu, mau mengecek persediaan tiara. Nanti kalau Nadine datang, panggil aku," ujar Ivyna kepada asistennya.
"Iya, Bu. Saya mengerti."
Baru dua langkah Ivyna berjalan, sebuah suara memanggilnya dari belakang.
"Mbak Ivyna."
Spontan Ivyna menoleh untuk mencari sumber suara tersebut.
"Nadine, akhirnya kamu datang," ujar Ivyna menghampiri kliennya. Usia Nadine memang lebih muda dari Ivyna, karena itu Ivyna mencoba bersabar dalam menghadapinya.
Ivyna melirik ke arah pria muda yang menggandeng erat tangan Nadine. Ini adalah kali pertamanya melihat calon suami Nadine. Parasnya terbilang cukup tampan dan sepertinya usia mereka hampir sepantaran. Namun anehnya, ekspresi Nadine dan calon suaminya tampak gelisah. Bukannya bahagia layaknya calon pengantin pada umumnya.
Dengan terburu-buru, Nadine menghampiri Ivyna.
"Gaun pesananku sudah jadi, Mbak?"
"Itu di sebelah sana. Mau fitting sekarang?" tanya Ivyna.
Nadine mengangguk cepat.
"Iya, Mbak. Tapi aku mau memakainya sekarang juga sekaligus dirias. Dan tolong carikan jas pernikahan untuk Edo, calon suamiku."
"Hah? Mau dirias sekarang? Bukannya acara pernikahanmu hari Minggu?" Ivyna terperangah dengan permintaan Nadine yang tiba-tiba.
"Pernikahanku dimajukan malam ini, Mbak. Please, tolong aku," pinta Nadine dengan sorot mata memohon.
"Aduh, bagaimana ya? Aku belum menyiapkan hand bouquet dan aksesoris yang serasi dengan gaunmu."
"Tidak usah pakai hand bouquet. Nanti aku bisa membelinya di toko bunga. Untuk aksesoris sembarang saja. Bila Mbak keberatan untuk meriasku sekarang, aku bersedia membayar dua kali lipat," ucap Nadine bersikeras.
Ivyna semakin dibuat bingung dengan tingkah laku Nadine. Tapi sebagai perancang gaun dan perias pengantin profesional, ia harus mampu menangani permasalahan mendesak seperti ini.
"Iya, jangan khawatir. Aku akan menjadikanmu pengantin yang cantik."
Ivyna beralih memandang asistennya untuk memberikan perintah.
"Win, Lina, kamu bantu aku merias Nadine. Siska, Arum, kalian dampingi Tuan Edo untuk memilih setelan jas pengantin."
"Baik, Bu," jawab mereka serempak.
Ivyna melihat Nadine berpegangan tangan dengan Edo sebelum mereka berpisah. Kelakuan mereka sudah seperti pasangan drama di dalam opera sabun.
"Tenanglah, Sayang, semua akan berjalan lancar. Kita akan menikah hari ini," ucap Edo membelai sayang rambut Nadine.
"Tapi aku takut Tuan Keano akan menemukan kita."
"Tidak akan, percayalah padaku. Setelah acara selesai, aku langsung membawamu ke luar kota. Tidak ada yang bisa memisahkan kita lagi. Sekarang berdandanlah yang cantik, Sayang."
Dengan berat hati, Nadine melepaskan genggaman tangan Edo lalu mengikuti Ivyna ke ruang fitting.
Ivyna menarik napas dalam-dalam. Ia tidak mengerti apa yang dibicarakan kedua pasangan sehidup semati ini. Dan siapakah Tuan Keano yang mereka maksud. Entahlah, dia tidak mau ambil pusing. Tugasnya saat ini hanyalah menyiapkan penampilan Nadine dan Edo agar siap menjadi raja dan ratu sehari.
Bersambung
Bonus Visual Keano Atmaja
Hi My Readers, yuk mampir juga ke novel author yang baru saja rilis untuk lomba konflik rumah tangga. Novel ini beda dengan novel author yang lain (masih tahap belajar). Semoga suka
Judul Novel : "ATM Suamiku Hilang"
Berikut covernya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
Sulastri Abdi
nama keluarganya kok bisa sama dengan nama panjang anakku adyaksa dan atmaja. ditunggu up nya thor
2022-07-06
2