Dorrr!
Dorr!
Dorr!
Tembakan terakhir menggema, dua tubuh lainnya roboh, semua preman itu akhirnya kehilangan nyawa. Sheena terkejut luar biasa, darah mengalir dari tubuh mereka membuat Sheena serasa ingin muntah.
"K-kamu?" Sheena terkejut setelah pria dengan topeng yang menutup wajahnya itu akhirnya membuka topengnya.
Pria itu, Sheena ingat, pria yang di bar tadi, yang sempat ia maki-maki.
"Sepertinya kau tidak apa-apa." Pria itu berkata dingin, lalu kembali memakai topengnya.
"Tunggu, b-bagaimana dengan mereka?" Sheena sangat takut, seumur hidup ia baru mengalami hal mengerikan seperti ini.
"Mereka sudah ma ti, kau tidak usah khawatir."
"Kenapa kamu menyalamatkan ku?"
Jayden yang berdiri membelakangi wanita itu, tertegun, dia pun tidak tahu kenapa dia melakukan ini? padahal seorang mafia tidak memiliki rasa kemanusiaan di dalam dirinya, sebelumnya saat di hadapi hal seperti ini Jayden tak pernah ambil pusing, karna dia tak pernah perduli.
Namun untuk kasus gadis ini beda, melihat dia yang baik-baik saja sekarang, membawa rasa lega dalam dirinya. Seakan Jayden tak ingin melihat gadis itu dalam bahaya.
"Hanya kebetulan lewat, kau kembali lah, tempat ini tak aman untuk mu."
"Tunggu!" Sheena segera berdiri, lalu menghampiri pria bertopeng itu. Menarik jasnya seperti anak kecil yang ingin meminta permen.
"Terimakasih sudah menyelamatkan ku, tapi bisakah ... bisakah ... " Brukk! Sheena yang sudah tak kuat akhirnya jatuh di samping Jayden.
Jayden terkejut, pria itu lantas berjongkok melihat keadaan Sheena, menaruh telapak tangannya di leher gadis itu.
"Sepertinya dia hanya pingsan." Menghela nafas matanya tak sadar melirik ke arah mana, lipatan leher gadis itu yang terjatuh hingga ke dada, membuat Jayden buru-buru beringsut, mengalihkan pandangan.
Glukk! Jayden menengguk saliva kasar, seharusnya ia tak melihat itu, matanya mendadak mengabur dengan wajah memanas.
"Sial, merepotkan!" lalu dengan secepat kilat Jayden membawa tubuh mungil gadis itu ke dalam dekapannya, menggendongnya ala bridal style dan membawanya pergi meninggalkan area itu.
***
"Sheena, aku membawakan sekuntum mawar untuk mu."
"Untuk ku?" matanya berbinar.
"Ya untuk mu, untuk gadis kesayangan ku."
Tapi tiba-tiba ...
"Maaf Sheen, aku tidak pernah mencintai mu, aku hanya mencintai Raina."
"Tapi Andre, tunggu aku sangat mencintaimu."
"Tidak,aku hanya mencintai Raina."
"Andre tunggu ... jangan pergi!"
"Jangan!" Sheena terbangun dengan nafas tercekat, titik-titik peluh tercetak jelas di keningnya.
"Anda sudah bangun?" seseorang datang dengan tergesa, menatap khawatir ke arahnya.
Sheena merasakan sakit yang luar biasa di kepala, rasanya sungguh berdenyut, nafasnya memburu seperti orang yang sedang marathon keliling lapangan arena sepak bola.
"A-aku di mana ini?" Sheena menatap ke sekelilingnya, sungguh sangat asing. matanya membelalak karna terkejut gaunnya sudah tergantikan dengan baju tidur panjang.
"Anda anda di apartemen tuan bos muda, untuk masalah gaun anda tidak usah khawatir, kami hanya menggantinya karna kotor dan yang melakukanya adalah pelayanan perempuan," ucap wanita paruh baya yang terlihat sudah sangat sepuh itu.
Sepertinya mengetahui keresahannya, wanita sepuh itu berucap untuk menenangkannya membuat Sheena menghela nafas lega.
Perlahan kepingan puzzle ingatannya kembali menyatu, kemarin acara pernikahannya batal, tentang pengkhianatan Andre, Raina sahabatnya yang menikungnya dari belakang, ia terluka, kabur sampai ke bar, meminum sedikit minuman haram itu, lalu di usir setelah menganggu seorang pria karena keadaan mabuk, terlantar di amperan tokoh, terjebak dengan preman-preman sialan yang hendak berniat jahat padanya, namun akhirnya ia di selamatkan oleh seorang pria bertopeng yang tak lain adalah pria yang sempat ia recoki itu.
Akhirnya Sheena ingat semuanya. Apakah, sekarang dia ada di tempat pria itu?
"Ini minumlah, bisa menetralisir alkohol di tubuh anda." Wanita sepuh itu menyodorkan segelas susu ke hadapan Sheena.
Sheena mengangguk. "Terimakasih bi." Mulai meminum susu murni itu hingga sisa setengah.
"Apa keadaan anda sudah lebih baik?" tanya wanita sepuh pada sheeena.
Sheeena mengangguk. "Lebih baik dari sebelumnya."
Wanita sepuh itu tersenyum. "Berbaringlah sebentar, tuan bos muda sebentar lagi akan kesini."
Di lain tempat, Jayden yang melipat tangan di depan sedang menatap ke arah luar. David lalu menghampiri sang tuan.
"Apa gadis itu sudah bangun?" suara bariton Jayden memecah keheningan.
"Sudah tuan, sekarang dia ada di kamar tamu." lapor Kevin.
"Baiklah,kau boleh pergi."
Kevin mengangguk patuh. sebenarnya jauh di dalam lubuk Kevin ingin mengetahui apa motif Jayden menyelamatkan wanita itu dan membawanya ke markas penting mereka.
Padahal sebelum-sebelumnya Jayden tak pernah peduli dengan namanya wanita, bahkan sampai tersebar berita di kalangan mafia lain jika tuannya ini tak suka dengan wanita, ada juga yang sampai memberi opini pada publik jika dia adalah seorang ga*y.
Kevin tak pernah tahu, sepuluh tahun bekerja di bawah kaki Jayden, pria itu sangatlah tertutup,namun sangat garang dan berdarah dingin saat menghadapi musuh-musuhnya.
Kevin pun penasaran, tentang cerita seorang gadis lima belas tahun yang melekat pada diri Jayden.
Cerita itu sudah sangat tersebar luas, konon katanya gadis ini adalah hal yang paling terpenting dalam hidup sang tuan.
Banyak misteri, tentang kematian orang tua tuan Jayden yang juga belum terpecahkan.
Memikirkannya membuat Kevin geleng-geleng kepala, merasa pening, lalu akhirnya pria itu pergi setelah menutup pintu.
***
Brakk! Jayden membuka pintu dengan sedikit kasar, wajahnya mengeras melihat wanita yang kini sedang berada di pembaringan, lalu memindai penampilannya.
"Syukurlah, lukanya tidak parah."
Jayden yang tersadar lalu menggeleng. "Kenapa aku memikirkannya?"
"Tuan muda, anda sudah datang? ... " wanita sepuh di samping Sheena menyambut dengan senyuman.
Jayden menatapnya. "Ya, terimakasih sudah merawatnya Bi Haru."
"Sudah kewajiban saya tuan," Wanita sepuh yang di panggil Bi Haru itu membungkuk. "Kalau begitu saya permisi."
Jayden mengangguk, lalu setelah kepergian Bi Haru, Jayden mendekati ranjang yang di tempati Sheena.
"Jadi anda ya yang menyelamatkan saya?"
"Terimakasih kasih banyak."
"Apa yang kau lakukan?" Jayden mengerut dahi melihat wanita itu yang tiba-tiba turun dan membungkuk seratus delapan puluh derajat di depannya.
"Eh, Y-ya saya mengucapkan terimakasih." entah kenapa Sheeena malah menjadi canggung, dia tidak terbiasa bersikap sopan di depan orang asing. Tapi pria di depannya ini sudah menyelamatkan hidupnya, jadi dia ingin berterima kasih dengan sungguh-sungguh.
"Tidak usah sampai begitu," ucap Jayden dengan dingin, membuat sheeena seketika merinding.
Lalu tanpa mempedulikan gadis itu lagi, Jayden berjalan melewatinya lalu duduk di sofa tunggal besar, dengan keangkuhannya.
"Kemari!" titah Jayden.
Sheeena menatapnya, lalu menunjuk dirinya sendiri. "Maksudnya saya?"
"Ya, memangnya siapa lagi di sini?" Jayden melongos.
"Oh, hehehe." Sheena tertawa canggung, lalu menghampiri, jangan sampai sifat petakilannya ini keluar dan menyinggung pria itu, bisa habis dirinya.
"Ekhem, ada apa ya tuan?" tanya Sheena seperti orang bodoh.
Jayden menarik sebelah alisnya, melihat wajah gadis itu yang bersemu merah membuat sudut bibir Jayden terangkat. "Memangnya kau berfikir apa? kenapa sampai bersemu begitu?"
"Eh?" Sheena melebarkan pupil matanya. "Tidak, saya tidak berfikiran apa-apa." melambaikan tangan, salah tingkah.
"Huh!" Jayden mendengkus geli. "Duduklah." titahnya menunjuk sofa di samping.
Sheeena menurut, wajah pria ini Sheena perhatikan, meskipun sangat tampan tapi menyeramkan. aura mengintimidasinya sangat terasa meskipun hanya ada mereka berdua di sini.
"Kau ingin berterima kasih pada ku karna sudah menyelamatkan hidup mu?"
Sheeena mengangguk ragu, "I-iyah."
Jayden mengangkat sebelah sudut bibirnya. "Ayo, kita buat perjanjian."
Eh! Apa?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments