Remang senja menyelimuti bumi, lembayung perlahan pergi digantikan gumpalan hitam yang menutupi. Asrama nampak sepi dari luar karena tak satupun murid yang berani melangkahkan kaki melawati garis pintu.
Dari dalam sebuah kamar, sayup-sayup terdengar suara lirih seseorang mengaji. Melantunkan ayat demi ayat dari Kalamullaah yang suci. Suaranya menggema terpantulkan sepi, tiada yang berani mengusik di senja yang sunyi.
Seorang gadis dengan wajah pucat terbaring tak berdaya di atas salah satu ranjang dalam kamar tersebut. Dua anak lainnya sedang berbincang, sesekali tertawa. Entah apa yang sedang mereka bahas. Terdengar menggelikan.
Alea melenguh, menggeliat pelan menggerakkan tubuh. Rasa nyeri di sekujur tubuh membuatnya meringis. Kelopak matanya bahkan terasa berat untuk terbuka. Hanya bibirnya saja yang berdesis merasakan ngilu yang mendera setiap sendi dalam tubuh.
Murid yang membaca Al-Qur'an menyudahi bacaannya, juga dua anak lainnya menjeda obrolan mereka. Ketiganya berhambur mendekat ke arah Alea memeriksa keadaan gadis itu.
"Lea?" panggil gadis yang berbalut rukuh putih sambil mengguncang pelan tubuh Alea.
Kelopak matanya mulai terbuka, dalam suramnya pandangan ia melihat tiga wajah mengelilinginya. Secara berangsur-angsur Alea mendapatkan kembali kejernihan matanya melihat sekitar, dan menemukan dirinya berada di dalam kamar.
Alea menghela napas, tatapannya kembali berpijak pada wajah ketiga teman barunya.
"Siapa kalian?" tanyanya sembari menggerakkan tubuh untuk duduk.
"Ah, hati-hati." Gadis bertelekung putih itu sigap membantu. Mereka nampak baik dan ramah.
"Aku Firda, teman sekamar kamu. Ranjangku di atas." Firda menunjuk ranjang di atas milik Alea.
"Aku Sofi dan ini Lina. Kami semua teman sekamar kamu," ucap gadis berambut keriting. Ia menunjuk gadis di sampingnya, gadis berambut lurus nan hitam.
"Aku Alea. Panggil aja Lea, aku dari Jakarta," ucap Alea. Mungkin dengan berteman, kekosongan hatinya akan terisi sehingga dia tak perlu lagi memikirkan hal yang tak penting.
"Selamat datang di asrama Melati Putih, mulai sekarang kita teman dan ini adalah kamar kita. Tempat teraman buat kita semua," sambut Firda sembari membentang tangan memeluk Alea diikuti dua lainnya.
"Kalian datang dari mana? Dan apa nama daerah ini?" tanya Alea sambil menatap sekitar kamarnya.
Tirai jendela terbang, semilir angin menembus kaca itu terus menyapa tubuh mereka. Bukan hanya Alea yang merasakan kejanggalan, tapi kedua rekan sekamarnya pun ikut merasakan hawa dingin yang terasa lain itu.
"Mmm ... kita ada di Ujung Kulon, itu cuma namanya aja, sih. Bukan berarti tempat ini ada di ujung," ucap Lina sembari mengusap tengkuknya yang tiba-tiba meremang.
Alea melihat itu, sedikit mengernyitkan dahi, tapi ia tak bertanya apapun. Tirai jendela itu terus melayang-layang seolah-olah ingin mempertontonkan sesuatu kepada mereka.
"Ujung Kulon? Di mana itu? Aku gak pernah dengar."
Alea merajut alis bingung, sebuah nama tempat asing yang baru saja menyapa telinganya.
"Tepatnya di provinsi Banten, banyak wisata menarik di sini. Wisata religi, pantai, dan lain sebagainya yang bisa kita kunjungi saat libur sekolah," jelas Sofi antusias.
Di antara ketiga teman barunya itu, hanya dia yang bersikap biasa saja. Tak seperti yang lain, berkali-kali Alea menangkap gelagat aneh dari keduanya.
"Banten? Jauh sekali," lirih Alea.
Gadis itu tertunduk, tanpa sadar mengepalkan kedua tangan yang disembunyikannya di kedua sisi tubuh. Jarum-jarum tajam menusuk-nusuk hati, membuatnya sakit dan sesak. Bisikan-bisikan gaib terus menjejali rungunya, tentang mereka yang telah tega membuangnya ke tempat ini.
Mereka sangat tega sama kamu, Le. Kamu dibuang ke tempat antah berantah ini tanpa tahu kapan mereka akan menjemput. Mereka jahat sama kamu, Le. Kamu pantas benci mereka.
Rahang Alea mengetat, ketiga temannya tak memperhatikan perubahan sikap dari gadis yang menundukkan wajah itu. Firda dan Lina sibuk dengan perasaan mereka masing-masing, sedangkan Sofi hanya duduk di tepi ranjang tak melakukan apapun.
Alea mengangkat wajah, seketika terlonjak dengan mata yang melotot lebar menatap jendela. Tubuhnya terperenyak membentur tiang ranjang membuat Firda dan Lina yang sedari tadi merasakan kejanggalan ikut terlonjak bersamanya.
"Ada apa?" Sofi bertanya bingung.
"Ada orang di jendela, dia melihat ke arah kita," ucap Alea sedikit tergagap.
Tangannya yang gemetar menunjuk jendela, peluh merembes di pori-pori wajah membanjiri lehernya. Sontak ketiga orang itu menatap jendela, Lina bahkan berhambur ke belakang tubuh Firda.
Sofi tipikal pemberani yang tak begitu mempercayai hal-hal mistis, setidaknya sebelum kejadian Alea kerasukan sore tadi. Dia beranjak berjalan santai mendekati jendela dibawah tatapan mata gugup semua temannya. Jantung mereka berdegup menunggu hal-hal aneh yang mungkin saja akan mereka lihat.
"Sofi, jangan!" sergah Firda panik. Dia menggeleng cepat ketika gadis berambut keriting itu menoleh padanya.
"Gak ada apa-apa di sini, percaya sama aku," katanya kembali melanjutkan langkah mendekati jendela kaca.
Sret!
Tirai dibukanya dengan kasar, Sofi melongo ke kanan dan kiri memperhatikan keadaan luar asrama. Tak ada apapun di sana, mereka melihat pemandangan luar asrama yang gelap lagi lengang. Hanya pohon beringin tua di seberang sana yang terlihat seolah-olah mengawasi mereka.
Sofi menutup tirai lagi, kedua bahunya terangkat menunjukkan bahwa apa yang mereka lihat hanyalah ilusi.
"Gak ada apa-apa, jam segini mana ada murid yang keluyuran di luar kamar. Mereka semua di kamar sama kaya kita gini," ucapnya tak acuh seraya membanting tubuh berbaring di atas ranjang sambil membuka buku.
Rasa tak percaya dan penasaran pada penglihatannya sendiri, membuat Alea ingin memastikan sekali lagi.
"Tapi ... tadi ada perempuan rambutnya sebahu berdiri di sana. Dia ... dia pakai seragam asrama persis kaya murid di sini," ucapnya.
Rasa penasaran membawa tubuh Alea beranjak tanpa sadar, Sofi mendengus dari tempatnya berbaring. Berbeda dengan Firda dan Lina yang meskipun tak melihat, tapi mereka dapat merasakan sesuatu hadir di tengah mereka.
Alea melangkah pelan mendekati jendela. Tangannya terjulur hendak menjeremba tirai, tapi sebuah ketukan pada pintu menyentak tubuhnya.
Tok-tok-tok!
Alea terlonjak hingga membentur tembok kamar, beberapa detik dia menahan napas karena terkejut. Firda dan Lina menegang, Sofi bahkan mendongak saat mendengar ketukan itu.
"Lea! Jangan!" Firda berbisik geram melihat Alea yang hendak menggapai pintu. Kepalanya menggeleng dan meminta gadis itu untuk menjauh dari sana.
Alea mengangkat kedua tangan seolah-olah bertanya kenapa? Hanya gelengan kepala yang ia terima sebagai jawaban. Lina menepuk-nepuk kasur memintanya untuk segera bergabung bersama mereka.
Ragu dan penasaran, Alea memilih menuruti kedua temannya. Menjauh dari pintu dan bergabung bersama mereka.
Tok-tok-tok!
Ketukan kembali terdengar, kali ini lebih keras dan cepat. Alea bangkit, tapi tangan Lina cepat menahannya. Di ranjang yang lain, Sofi mulai merasa aneh. Diletakannya buku di tangan, duduk dengan cepat sambil menatap pada pintu.
Tok-tok-tok!
Suara ketukan untuk yang ketiga kalinya lebih keras dan lebih cepat dari sebelumnya. Keempat gadis di dalam kamar itu menegang, rasa takut mulai hinggap dalam hati mereka. Sofi perlahan beranjak berkumpul dengan yang lain. Mereka takut pintu itu akan terbuka dengan sendirinya dan memperlihatkan apa yang tak ingin mereka lihat.
Hening. Tak ada suara apapun lagi yang terdengar. Mereka saling menatap satu sama lain, menghela napas lega karena apa yang mereka bayangkan tidak terjadi.
Namun, ketegangan itu kembali terjadi, ketika lengkingan suara tawa terdengar nyaring dan garing di telinga mereka. Angin kencang berhembus, menerbangkan tirai jendela. Padahal jendela kaca itu tertutup. Mereka sontak menjerit, saling berpelukan berbagi rasa takut.
"Alea!" Sebuah suara bisikan memanggil nama gadis itu. Alea termangu, diam tak bergerak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments
Wati Simangunsong
ujung kulon banten.. kya nya aku prnh dgar dehh kk aisy, itu pesantrenn kn..? krn tante aku ad tgl d banten pedalamann
2022-06-15
1
Siti Nurasiah
wow menyeramkan dan menegangkan
2022-06-15
1