Irene mengangguk lalu keluar ruang guru ditemani Ratna. Melewati koridor ruangan yang dipenuhi etalase berisi piala, medali dan foto-foto siswa berbakat yang mendulang prestasi selama sekolah di SD Tunas Harapan Bangsa Surabaya.
Prang! Irene dan Ratna terperanjat kaget hingga menoleh ke samping. Memperhatikan sebuah piala besar yang tiba-tiba miring ke depan hingga membentur dinding etalase kaca dan pecah. Bahkan piala besar itu terguling hingga jatuh dari etalase. Tepat saat Irene dan Ratna hendak melintas.
Irene dan Ratna saling berpegangan tangan saking takutnya. Mulut mereka komat kamit melantunkan doa-doa sebanyak tiga kali sebelum mereka mendekati piala besar yang jatuh di lantai.
Ratna membungkukkan badannya lalu mengambil piala tersebut. Membolak balikkan piala tersebut sambil tak henti-hentinya berpikir bagaimana piala sebesar ini tiba-tiba jatuh, memecah etalase kaca dan jatuh ke lantai.
"Piala apa itu, Rat? Bikin jantungku mau copot saja," ucap Irene dengan wajah makin seputih kertas.
"Piala kejuaran renang beregu," jawab Ratna sembari memeluk piala besar itu, berniat ingin membawa piala tersebut kembali ke ruang guru. Lalu meminta petugas cleaning servis untuk membersihkan pecahan kaca yang tercecer di lantai koridor.
Irene membelalakkan matanya.
"Apakah piala itu milik murid kelas 5 yang ikut ekskull renang tahun ini?" tanya Irene ketakutan.
Ratna mengangguk lalu menunjuk pigura foto yang memperlihatkan foto perenang beregu anak-anak yang berhasil meraih juara satu.
Irene melirik ke arah etalase dan melihat foto di dalam pigura. Ia langsung menyadari bahwa foto anak-anak dengan wajah buram tertutup bulatan putih di ponsel Nina adalah foto anak-anak yang sama dengan foto di pigura.
"Ya Tuhan, ini tidak mungkin. Kenapa ada kebetulan-kebetulan seperti ini? Sangat tidak masuk akal sekali," seru Irene mulai menitikkan air mata ketakutan.
"Ada apa, Irene?" tanya Ratna masih belum paham dengan firasat buruk yang mungkin akan berakibat fatal pada anak-anak yang ikut ekskull berenang.
Irene segera menceritakan semuanya pada Ratna. Tapi sepertinya Ratna bukanlah seorang guru yang percaya dengan cerita-cerita aneh yang mengarah pada hal-hal horor semacam itu.
"Kamu terlalu banyak berpikir aneh-aneh, Irene. Aku percaya dengan kuasa Tuhan, semua hal-hal seperti ini tidak akan terjadi. Kita semua akan dijauhkan dari mara bahaya. Tuhan akan selalu melindungi kita semua," tegas Ratna yang memang dikenal sebagai guru yang optimis dan tidak percaya dengan firasat-firasat buruk semacam ini.
"Tapi, Rat. Kamu tetap harus berhati-hati dan terus mengawasi anak-anak ekskull renang saat mereka berenang di waterpark hotel. Jangan sampai mereka kenapa-kenapa. Ingat anak-anak adalah tanggung jawab sekolah. Jangan sembrono dan tidak mengindahkan peringatan-peringatan yang sudah Tuhan berikan sebelumnya. Ingat! Tuhan sudah memberikan peringatan pada kita sebelum acara sinau wisara berlangsung. Alangkah baiknya jika kita selalu waspada," pinta Irene.
"Baiklah. Aku akan memberitahu Pak Budi agar beliau juga ikut mengawasi dan memperhatikan murid ekskull berenang,. Untuk berjaga-jaga. Karena aku kan tidak bisa berenang. Jika seandainya ada yang tenggelam, aku tidak dapat menolong. Pak Budilah yang paling jago berenang," tukas Ratna.
Irene mengangguk.
"Aku akan meminta orang tua dan semua siswa siswi SD Tunas Harapan Bangsa untuk selalu mendoakan kalian semua. Berhati-hatilah."
Irene kembali meneruskan perjalanannya ke toilet. Sementara Ratna kembali ke ruang guru sambil membawa piala besar.
***
'Semua sudah siap berangkat?" tanya Budi kepada para muridnya setelah selesai berdoa di dalam bus. Sesuai dengan permintaan Ratna, Budi akhirnya satu bus dengan anak-anak yang ikut ekskull berenang.
"Siap, Pak. Ayo berangkat!" seru para murid dengan antusias. Mereka bertepuk tangan, bahkan ada yang menepuk-nepuk kaca bus agar suasana makin meriah.
"Baiklah. Kalau begitu bus satu dan dua berangkat lebih dahulu," ucap Budi setelah mendengar kabar kalau bus tiga tiba-tiba mogok sehingga harus menunggu bus berikutnya datang menjemput.
"Asyik! Akhirnya kita berangkat." Para murid bersorak girang.
"Sudah terlambat satu jam dari rencana. Untung akhirnya berangkat juga," sahut Rachel, ketua ekskull berenang yang terlihat cantik dan tubuhnya paling tinggi di antara teman-teman sebayanya.
Nina tersenyum kecil mendengar ucapan Rachel. Well, Nina sengaja memilih untuk duduk tepat di sebelah Rachel agar lebih mudah mengawasi murid-muridnya yang masuk di ekskull renang. Perhatiannya tidak boleh teralihkan sedikit pun agar murid-muridnya tidak pulang hanya dengan membawa nama. Tapi selamat sampai di rumah.
Selama perjalanan yang memakan waktu 1 jam lebih sedikit itu, Nina menghabiskan waktunya untuk mencari tahu tentang informasi korban-korban yang tenggelam di hotel Srikandi beberapa hari lalu, lewat ponselnya yang super tangguh. Jatuh berulang kali, tapi gak pernah error sekali pun.
Total ada tiga korban anak perempuan. Usianya rata-rata sembilan sampai sebelas tahun.
"Berarti sekitar kelas tiga sampai kelas lima SD," gumam Nina lirih kembali menekuri pencariannya di layar ponsel.
Ketiga korban tersebut tenggelam di hari yang sama dan waktu yang sama. Tetapi lokasi tempat mereka tenggelam berbeda-beda. Dua anak tenggelam di kolam sebelah kanan. Sedangkan satu anak tenggelam di kolam anak-anak yang kedalamannya hanya 50 centimeter.
Nina semakin tertarik dengan berita kasus tenggelam di hotel Srikandi.
Bagaimana mungkin anak setinggi 130 centimeter dapat tenggelam di kolam sedalam 50 centimeter? Kolamnya hanya terisi air setinggi pahanya. Jika saja anak perempuan itu terpeleset di kolam, pasti dapat segera berdiri ke atas. Kemungkinan untuk tenggelam di kolam sedangkal itu sangat kecil. Paling-paling hanya meminum air kolam dalam jumlah kecil. Tidak sampai merenggut nyawanya, batin Nina.
"Lain lagi dengan dua korban yang lainnya, mereka tenggelam di kolam yang agak dalam. 120 centi meter. Itu masih masuk di akal. Karena anak kelas 5 SD tingginya sekitar 140-150 centi meter," gumam Nina.
"Bu Nina kok ngomong sendiri?" tanya Rachel sambil tersenyum kecil. Kedua lesung pipi Rachel membuat Nina mengagumi kecantikan siswinya yang satu ini.
"Hanya bergumam kecil," sahut Nina singkat.
"Lagi baca berita apaan, Bu? Kok kelihatan serius sekali?" tanya Rachel lagi.
Nina menyodorkan ponselnya ke hadapan Rachel agar Rachel bisa membaca judulnya.
"Oh, berita itu ya, Bu. Saya mengenal salah satu korbannya, Bu," ucap Rachel yang langsung membuat Nina menegakkan tubuhnya dengan cepat.
"Bagaimana kamu bisa mengenalnya?" Nina bertanya dengan wajah penasaran.
Rachel tersenyum lagi.
"Sebenarnya ada lima korban, Bu Nina. Tapi hanya tiga korban tenggelam yang meninggal dunia. Kebetulan teman saya itu termasuk salah satu korban yang berhasil selamat. Namanya tidak dimuat di media cetak maupun media online," jawab Rachel.
"Berarti media menutupi kenyataan yang ada di lapangan," potong Nina kurang setuju dengan pengurangan jumlah korban tenggelam di waterpark hotel Srikandi.
Walaupun tidak meninggal dunia, seharusnya dua korban tenggelam lainnya juga dicatat di media. Hal itu pasti akan menjadi bahan pertimbangan bagi guru dan orang tua murid saat memutuskan tetap menjalankan sinau wisata atau tidak. Jika korbannya banyak, mereka semua pasti akan berpikir ulang dan membatalkan rencana sinau wisatanya.
Rachel menganggukkan kepalanya.
"Kasihan teman saya itu, Bu. Setelah tenggelam di kolam renang bersama temannya, sekarang dia sering mimpi buruk, Bu. Badannya juga demam tinggi dan sampai sekarang masih dirawat di rumah sakit," jelas Rachel.
"Mimpi buruk?"
"Iya, teman saya itu bermimpi kalau saat berenang di kolam renang, kakinya ditarik oleh wanita tua berkonde, Bu. Katanya, wanita tua itu berenang dengan memakai jarik cokelat dan mengejarnya terus menerus di dalam air. Walaupun pakai jarik, tetap bisa mengejar dengan cepat lho, Bu. Ih! Serem banget mimpinya," jawab Rachel sambil bergidik ketakutan.
"Teman kamu pandai berenang?" tanya Nina penasaran.
Rachel mengangguk.
"Teman saya itu siap jadi atlit, Bu. Jago banget berenangnya. Dia ikut club renang yang paling top di Surabaya. Kami berteman karena kami pernah satu club renang," ucap Rachel.
Nina yang mendengar cerita Rachel mulai kehilangan nyali. Serem banget sih! Jago berenang tapi bisa tenggelam. Dan mungkin saja itu bukan mimpi buruk. Tapi teman Rachel benar-benar dikejar wanita tua berkonde dan berjarik di dalam air. Wanita tua itu menarik kakinya, ingin menenggelamkannya ke dasar kolam sampai tewas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝑵𝒊𝒏𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝒂𝒏𝒂𝒌" 𝒅𝒊𝒅𝒊𝒌 𝒏𝒚𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕 𝒚𝒂
2024-09-27
0