Ting! Sebuah pesan masuk ke ponsel milik Rachel. Mengagetkan mereka berdua yang baru saja berbincang cerita horor.
Rachel segera membacanya. Tak berapa lama, mata bulat dengan bulu mata lentik itu becucur air mata.
"Ada apa, Rachel?" Nina segera memeluk tubuh Rachel dan mengelus punggungnya dengan lembut. Untuk meredakan isak tangis Rachel yang telah membuat semua penumpang bus memperhatikan mereka berdua.
"Teman saya meninggal dunia, Bu," jawab Rachel singkat.
Deg! Jantung Nina seakan dipukul palu. Berdebar tak karuan. Rasa takut makin mencekam.
Apakah sinau wisata ini masih harus dilanjutkan? Setelah mendengar berita duka bahwa ada satu korban lagi yang meninggal dunia setelah berenang di waterpark hotel Srikandi, batin Nina. Tapi Nina mencoba berpikir bijak. Sebagai wali kelas, Nina harus menenangkan muridnya bukan menambah ketakutan yang mencekam.
"Udah jangan nangis, Rachel. Mari kita semua berdoa agar kepergian temanmu ke sisi-Nya diberi ketenangan dan kedamaian," ucap Nina lirih.
Rachel menghapus air matanya. Bersama Nina dan teman-temannya satu ekskull berenang, mereka menghaturkan doa agar teman Rachel diterima di sisi-Nya.
Setelah semuanya kembali tenang, Nina membuka media sosialnya. Mencari berita tentang teman Rachel di media sosial club renang top di Surabaya itu.
Dari postingan foto dan story club renang tersebut, Nina menemukan foto teman Rachel itu.
Teman Rachel itu bernama Mikaela. Wajahnya sangat cantik. Dan prestasinya di cabang olah raga renang sangat banyak. Mikaela mengharumkan nama club renang dan siap dipinang club renang nasional yang mencetak atlit-atlit nasional.
Sayang sekali, anak perempuan ini meninggal di usia muda. Seandainya saja, dia masih hidup, dia pasti mengharumkan nama bangsa Indonesia di cabang olah raga renang, batin Nina.
"Memang umur manusia tidak ada yang tahu. Kematian adalah rahasia Ilahi," gumam Nina.
"Anak-anak, sebentar lagi kita akan sampai di hotel Srikandi. Kalian semua sudah siap berenang?" tanya Budi dari arah depan bus.
Anak-anak langsung memekik kegirangan. Hanya Rachel dan kawan-kawan satu tim renangnya saja yang diam, terlihat malas untuk menyahuti pertanyaan Budi.
"Kalian tidak ingin berenang?" tanya Nina penasaran.
"Kita lihat saja nanti, Bu. Sepertinya kami semua tidak ingin berenang siang ini. Kami memilih berdiam di kamar saja. Jadi tolong siapkan kamar kami, Bu," jawab Rachel sebagai ketua eskull berenang, mewakili permintaan kawan-kawannya.
"Baiklah." Nina mengangguk setuju. Dirinya sedikit lega, tidak lagi khawatir murid didiknya akan tewas tenggelam di waterpark hotel Srikandi. Karena anak-anak ekskull berenang semua berencana untuk tidak menyentuh area kolam renang hari ini.
"Kalau nanti Pak Budi tanya alasan kalian tidak mau berenang, Ibu harus jawab apa? Tidak enak badan? Sedang datang bulan?" tanya Nina pada Rachel.
Rachel tersenyum geli.
"Di tim ekskull berenang ini belum ada satu pun yang datang bulan, Bu. Jadi lebih baik pakai alasan mabuk darat. Agak pusing setelah perjalan jauh naik bus," jawab Rachel.
"Baiklah. Nanti Ibu jawab itu kalau guru ataupun murid lain bertanya. Ibu akan check in-kan kamar kalian lebih dahulu," ucap Nina.
"Terima kasih, Bu."
Bus melaju masuk ke area parkiran hotel. Semua penumpang bus bergegas turun dari bus.
Udara sejuk dan segar menyapa mereka semua. Nyaman sekali berada di daerah pegunungan untuk healing setelah sibuk belajar di sekolah.
"Coba kalian perhatikan gapura yang ada di depan hotel Srikandi. Bentuknya seperti apa?" tanya Budi.
"Seperti gunungan wayang kulit, Pak," jawab Bryan, murid terpandai di kelas 5.
"Seratus. Bisa jelaskan filosofi tentang gunungan wayang kulit?" tanya Budi lagi.
"Gunungan pada wayang kulit berbentuk kerucut (lancip ke atas) melambangkan kehidupan manusia. Semakin tinggi ilmu dan semakin tua usia, manusia harus semakin mengkerucut (golong gilig) manunggaling Jiwa, Rasa, Cipta, Karsa, dan Karya dalam kehidupan kita (semakin dekat dengan Sang Pencipta)," jelas Bryan.
"Mantul. Kalian semua sudah paham dengan penjelasan Bryan, Anak-anak?" tanya Budi.
"Sudah, Pak." Anak-anak berkaos hijau tersebut sudah menenteng tas mereka masing-masing siap untuk masuk ke area lobby hotel.
"Okay, saya dan Bu Nina akan mengambil kunci kamar kalian lebih dahulu. Oh iya, pembagian kamar tidak sesuai dengan rencana awal karena ada beberapa anak yang mundur dari acara sinau wisata. Tapi jangan khawatir, semuanya pasti happy setelah melihat kamar masing-masing. Kamarnya besar dan super bersih," ucap Budi penuh semangat.
"Asyik!" Para murid segera bergerak menuju lobby hotel bintang 5. Mereka semua takjub dengan lobby hotel yang luas dan super mewah. Lampu-lampu berwarna kuning, furniture minimalis modern membuat semua tamu menyukai desain lobby hotel.
Sambutan dari hotel Srikandi juga sangat unik. Pegawai hotel berpakaian seperti wayang kulit. Kaos putih dengan sayap berwarna hitam emas, jarik warna cokelat. Tak lupa aksesoris topi hitam yang membuat mereka seperti tokoh pewayangan. Mereka satu persatu memberikan kalungan bunga berwarna warni pada para murid. Tentu saja, para murid sangat senang mendapat kehormatan sebagai tamu hotel Srikandi.
Budi dan Nina segera menuju counter receiptionist untuk mengambil kunci.
"Pesanan kamar seharusnya 30 kamar. Tapi karena ada yang dibatalkan. Berarti kunci yang diberikan hanya 25 kamar saja," ucap receiptionist.
"Baik. Terima kasih banyak, Mbak." Budi segera mengambil 15 kunci dan memberikan sisanya pada Nina.
"Untuk anak-anak tim ekskull renang lebih baik berikan kamar yang cottage saja. Bangunannya terpisah dengan gedung lobby dan kamar hotel untuk anak-anak lain. Biar mereka lebih leluasa kalau tidak mau ikutan berenang siang ini," titah Budi pada Nina.
"Kok Bapak tahu kalau mereka tidak ingin berenang siang ini?" tanya Nina yang belum mengatakan apa-apa pada Budi. Padahal otaknya sudah menyusun rangkaian kebohongan. Ya, syukurlah, dirinya tidak jadi menambah dosa.
"Ratna sudah cerita tadi di sekolah. Irene agak khawatir kalau mereka turun ke kolam renang. Jadi lebih baik, kamu temani mereka jalan-jalan di sekitar hotel atau carilah kegiatan yang mengasyikkan," tambah Budi.
"Baik, Pak. Kalau begitu saya akan mengajak mereka ke pasar saja. Belanja buah-buahan. Dan kalau nanti ada kuda yang bisa dinaiki, biarlah mereka naik kuda bergantian. Mereka pasti senang berkuda keliling hotel," ucap Nina.
"Okay. Kamar saya di kamar 005 ya. Kalau bisa, kamu dan tim ekskull renang tidur di kamar 001, 002 dan 003," pinta Budi.
"Baik, Pak."
"Ayo anak-anak, berbaris berdasarkan kelompok kalian. Kami akan membagikan kunci kamar," titah Budi pada siswa siswi SD Tunas Harapan Bangsa.
***
Kriet! Rachel membuka kamar cottage nomer 003. AC kamar yang dingin segera menerpa wajah cantiknya.
"Astaga! Cottagenya cantik sekali. Ada ruang tamunya, ada meja makan, dan kamar tidurnya luas banget. Ranjangnya saja king size. Ditambah dua ranjang single. Cukup buat tidur berlima nih," puji Rachel senang mendapat kamar terbaik di hotel berbintang lima ini.
Empat teman Rachel segera masuk ke dalam kamar. Setelah meletakkan barang-barang di kamar. Mereka nonton televisi dan bersantai di ruang tamu. Sofanya sangat nyaman. Bahkan ada yang tidur-tiduran di atas karpet yang super empuk dan bersih.
Nina masuk ke dalam kamar Rachel. Ada sebuah connecting door di ruang tamu bagian kanan. Connecting door ini masih terkunci. Menghubungkan kamar 003 dan 005.
"Kamar sebelah kamarnya Pak Budi ya, Bu?" tanya Rachel pada Nina.
Nina menganggukkan kepala.
"Kalau Bu Nina kamarnya di mana?" tanya Rachel.
"Ibu di kamar 002 bersama temanmu yang lain," jawab Nina.
"Ibu gak mau tidur di kamar 003 aja?" tanya teman Rachel yang bernama Bening.
Nina menggelengkan kepalanya.
"Masak ibu harus tidur di sofa?" tanya Nina sambil tersenyum.
"Ya, maksudnya ibu tidur di kamar tidur lah, bersama kami. Kan kamarnya besar. Di dalam masih bisa ditambah satu extra bed lagi, Bu. Ibu tinggal minta pihak hotel untuk memindahkan bed kamar 002 kemari," jawab Bening dengan cerdas.
"Nah, betul banget itu, Bu. Ibu tidur di kamar ini saja," pinta Rachel.
"Udah jangan merepotkan pihak hotel. Nanti Ibu minta connecting door ke kamar 002 saja untuk dibuka. Jadi Ibu bisa mengawasi kenakalan kalian," ujar Nina sambil berjalan keluar kamar cottage ingin pergi ke lobby hotel, tepatnya ke counter receiptionist.
"Bu, saya ikut!" pinta Rachel buru-buru berlari mengikuti Nina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒏𝒆𝒏𝒈 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒎𝒅𝒉"𝒂𝒏 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂" 𝒚𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒏𝒂𝒏𝒕𝒊𝒏𝒚𝒂
2024-09-27
0