Mereka berdua pun berjalan bersama menuju lobby hotel. Mereka tak banyak bicara karena sibuk memperhatikan sekeliling mereka. Area hotel Srikandi sangat cantik dan indah.
Konon hotel Srikandi ini dulu bukan bernama hotel Srikandi. Entah apa namanya. Hotel lama itu tidak terurus dan kurang laku. Mungkin karena kecil dan tidak mengikuti perkembangan jaman.
Jaman sekarang, hotel harus bersih, terawat, dilengkapi dengan fasilitas yang bagus, minimal ada kolam renangnya lah. Karena banyak orang Surabaya dan sekitarnya yang datang ke tempat ini untuk healing dari sibuknya pekerjaan di kota besar.
Jadi, hotel lama tersebut kemudian direnovasi dan dipercantik besar-besaran. Pemilik hotel yang baru juga membeli vila-vila di sekitar hotel dan memperluas area hotel. Plus menambahnya dengan fasilitas waterpark besar dengan seluncuran besar dan wisata edukasi yang wow banget. Kemudian hotel ini dibuka kembali dengan nama baru. Hotel Srikandi.
Sesuai dengan namanya, hotel ini secantik tokoh wayang Srikandi.
Bangunan hotel yang megah, taman-taman yang hijau dipenuhi bunga-bunga nan cantik makin menambah kesegaran area hotel. Plus sungai jernih mengalir di depan cottage membuat suasana makin syahdu dan menenangkan.
Begitu mendekati lobby hotel, Nina memperhatikan masih ada banyak pegawai hotel yang mengenakan pakaian wayang. Mereka berjajar di tepi jalanan menuju lobby. Semuanya perempuan. Usianya juga masih tergolong sangat muda. Dan mereka semua cantik-cantik. Walaupun sedikit pucat karena bibir mereka tidak dipoles lipstik warna merah terang.
"Apakah akan ada tamu kehormatan lagi, hingga pihak hotel menyiapkan penyambutan luar biasa begini?" gumam Nina saat memperhatikan pakaian wayang para pegawai hotel. Pakaian mereka terlihat berbeda dengan pakaian wayang sebelumnya. Pakaian yang sekarang terlihat jauh lebih indah dan memancarkan bling-bling yang membuat mata jadi silau.
"Mungkin tamunya lebih super daripada SD Tunas Harapan Bangsa, jadi penyambutannya lebih maksimal," gumam Nina lagi.
"Ibu ini kok ngomong sendiri dari tadi sih?" tanya Rachel dengan wajah penuh selidik.
"Enggak. Ibu hanya bergumam. Oh ya, setelah ambil kunci di lobby, kita turun ke bawah yuk. Ke pasar buah dan naik kuda. Mau?" tanya Nina.
"Mau banget, Bu. Terima kasih, sudah membuat acara dadakan buat kami," jawab Rachel dengan wajah berseri-seri.
"Tunggu di sini ya. Ibu mau ke receiptionist dulu," pinta Nina pada Rachel.
Rachel mengangguk dan memilih duduk di sofa sambil bermain ponsel.
Nina tersenyum.
"Jaman sekarang, anak-anak tidak bisa lepas dari ponsel. Duduk sebentar sudah main ponsel. Hahaha, orang dewasa juga gitu kok," gumam Nina tertawa menertawai kekonyolannya sendiri.
"Selamat siang, Mbak. Saya dari kamar 002, apakah saya bisa minta kunci connecting door kamar 002 dan 003?" tanya Nina dengan ramah pada pegawai receptionist.
"Mohon maaf, Bu. Kunci connecting door hanya satu buah. Dan itu dipegang oleh pihak hotel. Saya akan meminta pegawai hotel untuk membukanya nanti. Ibu dapat menunggunya di kamar," jawab pegawai receiptionist.
"Baik. Terima kasih, Mbak."
"Ada yang dapat saya bantu lagi, Bu?" tanya pegawai receiptionist.
Nina menggelengkan kepalanya dan menebar senyum cemerlang. Memamerkan deretan giginya yang rapi dan putih bersih.
"Saya cuma ingin bertanya, Mbak. Apakah setelah rombongan kami datang, akan ada rombongan istimewa lain yang akan datang?" tanya Nina.
"Tidak, Bu. Tidak ada rombongan lain, Bu. Apalagi yang istimewa. Hanya beberapa tamu hotel biasa, Bu."
Nina menganggukkan kepalanya.
"Oh, maaf. Saya kira akan ada rombongan istimewa. Karena saya lihat pegawai hotel sudah berganti baju wayang dengan baju yang lebih indah dan berjajar di depan lobby. Mereka terlihat persis seperti wayang srikandi. Keren .... Sewa di mana baju wayangnya, Mbak? Kebetulan saya juga suka wayang, jadi ingin tahu tempat persewaan baju wayang yang keren kayak gini." Nina tersenyum kecil.
Pegawai receiptionist terlihat bingung. Masih belum menjawab pertanyaan Nina.
Nina melirik dua sosok wanita wayang Srikandi yang ada di dekat area receiptionist. Entah kapan dua sosok wayang wanita Srikandi itu tiba-tiba muncul di sana. Nina tidak melihatnya saat masuk ke dalam lobby.
"Oh iya ... Pegawai hotel yang berdandan jadi wayang Srikandi itu juga cantik dan anggun sekali. Hanya make up-nya sedikit pucat. Kurang ditambah lipstik dikit. Tapi hotel Srikandi ini sudah top markotop banget dalam merekrut karyawan hotel," puji Nina sambil mengacungkan dua jempol ke arah pegawai receiptionist.
Pegawai receiptionist membelalakkan matanya.
"Ibu yakin melihat pegawai hotel kami masih berpakaian wayang?" tanya pegawai receiptionist tidak percaya.
Setelah acara penyambutan SD Tunas Harapan Bangsa, pegawai receiptionist yakin kalau staf bagian penyambutan sudah kembali bekerja di ruangannya masing-masing. Jadi tidak mungkin ada karyawan hotel yang masih berdandan wayang dan berjajar di depan lobby.
"Iya. Tuh di sana juga ada, Mbak. Dua." Nina menunjuk ke samping kanan dan kiri ujung area ruang receiptionist.
"Dua? Di dekat sini?" Kepala pegawai receiptionist menoleh ke tempat yang ditunjuk Nina. Dia bahkan mengerjabkan matanya berkali-kali, tapi tak ada siapa pun di ujung area receiptionist.
Bulu kuduk pun merinding. Wajah pegawai receiptionist terlihat memucat hingga nafasnya memburu dan mengelus dadanya berkali-kali. Seperti orang yang baru saja terkena serangan jantung saja.
"Mbak, Mbak baik-baik saja?" tanya Nina mulai khawatir dengan keadaan pegawai receiptionist.
"I-iya, saya baik, Bu. Maaf, tanggapan saya sedikit berlebihan."
Sepersekian detik saja pegawai hotel terlihat aneh, setelahnya dia sudah berusaha terlihat normal kembali. Namun Nina dapat merasakan kejanggalan di hatinya.
"Ada apa, Mbak? Kok Mbak kelihatan kaget banget?" tanya Nina penasaran.
"Ti-tidak ada apa-apa, Bu. Tapi mohon maaf, Bu. Apakah Ibu dapat menunggu sebentar di sini? Saya akan menghubungi general manager saya. Beliau ingin berbicara empat mata dengan Ibu," pinta pegawai receiptionist yang terlihat masih sedikit gugup.
"Memang ada apa, Mbak? Kok bawa-bawa general manager segala?"
"Mohon ditunggu ya, Bu. Ini penting sekali," pinta pegawai receiptionist dengan nada memelas tidak menerima penolakan.
Seakan jika dia tidak berhasil membujuk Nina dan Nina menolak permintaannya, pegawai receiptionist itu akan dipecat dengan tidak hormat.
"Baiklah. Saya minta siswi saya untuk kembali ke kamarnya dulu ya." Nina akhirnya mengabulkan permintaan pegawai receiptionist. Hanya berbicara empat mata, sebentar saja dengan general manager, kenapa ditolak?
"Baik, Bu. Saya akan meminta pegawai hotel yang lain untuk mengantar murid Ibu ke kamar," ucap pegawai receiptionist. Dia meminta rekannya untuk mengantar Rachel ke kamar 003. Karena ia menganggap Rachel masih anak-anak walaupun badannya tinggi.
Memang ada apa sih? Kok aneh banget? Apakah ada yang salah dengan pegawai wanita yang berdandan seperti wayang dan berjajar di depan dan di dalam lobby hotel? batin Nina.
Penasaran kan?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒚𝒈 𝒅𝒊𝒍𝒊𝒂𝒕 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝑵𝒊𝒏𝒂 𝒊𝒕𝒖 𝒔𝒆𝒕𝒂𝒏 𝒚𝒂 🤔🤔
2024-09-27
0