"Lo enggak sekolah?" tanya Indra saat melihat Riky masuk ke ruang makan dengan pakaian santai, tak mengenakan seragam sekolahnya.
"Libur," jawab Riky singkat, entah kenapa dia merasa kesal dengan abangnya itu setelah kejadian kemarin siang.
"Tumben hari libur bangun pagi, mau kemana Lo?" cibir Indra, sebab sepengetahuannya Riky tak pernah bangun pagi di hari libur, selalu memanfaatkan hari libur untuk tidur seharian.
"Jangan bilang mau ke rumah Gita? Lo beneran suka sama Gita?" belum juga Riky menjawab, Indra sudah kembali bertanya.
"Suka-suka gue Bang, mau suka atau enggak, bukan urusan Lo juga, kan?" Riky melirik sang Abang sekilas, sudah kesal dengan pemuda itu dari kemarin, sekarang malah diintrogasi membuatnya makin kesal.
"Belajar yang bener dulu, enggak usah mikirin yang lain. Jangan kecewakan Papi lagi! Satu lagi, kalo mau suka sama cewek, gue saranin jangan Gita, kamu enggak bakalan bisa mendapatkan dia," Indra memperingati Riky tanpa alasan.
"Kenapa? Karena Lo suka sama dia? Terus gue enggak boleh deketin dia gitu? Ayolah bang, kita bersaing secara sehat kalo emang Lo juga suka sama dia, jangan main curang," Riky tak terima begitu saja di suruh mundur mengejar Gita.
Indra menghela nafas panjang, "Gue udah anggap Gita adek sendiri, jadi enggak mungkin gue suka sama dia. Di mata gue, Gita itu seperti Aisah, meskipun umur mereka beda jauh tapi sikap mereka hampir sama," ucapnya.
Indra mendadak sendu mengingat gadis kecil bernama Aisah itu, adiknya yang telah lama mendahului mereka.
Riky berdecak mendengar alasan Indra, tapi dia bersyukur setidaknya cinta Gita ke Indra bertepuk sebelah tangan, jika memang benar lelaki yang di cintai Gita adalah abangnya itu.
"Gue berangkat ya Ky, nanti Papi pulang, Lo jemput di Bandara jam satu, gue enggak bisa soalnya." Indra meninggalkan ruang makan, lalu berangkat ke kantornya. Dia harus datang pagi, mengingat dirinya adalah karyawan baru, tak mau membuat citra buruk di awal-awal masuk kerja.
Riky tak merespon ucapan sang Abang, pikirannya justru masih tertuju pada Gita. Dia ingin memastikan apakah benar lelaki yang dicintai Gita itu abangnya sendiri. Jika benar seperti itu, sebisa mungkin dia menjauhkan Gita dari Indra.
Setelah itu pun Riky keluar rumah, tujuannya tentu saja rumah Gita. Tak peduli dengan larangan Indra, yang penting dia bisa bertemu dengan Gita, dan mendekati gadis itu, berharap bisa luluh dengannya.
🥀🥀🥀
"Siapa laki-laki yang Lo suka Kak? Bang Indra kan?" tebak Riky.
Saat ini Riky sudah berada di rumah Gita, mengganggu gadis itu yang sedang mengerjakan skripsi di taman belakang.
"Sok tau Lo," jawab Gita tanpa menoleh ke arah Riky.
"Tinggal bilang iya apa susahnya sih Kak? Gue bukannya sok tau nich ya, respon Lo saat ketemu sama Bang Indra itu beda banget, udah ketebak tau enggak sih! Cuma sayang, Bang Indra enggak peka kalo Lo suka sama dia, ck," ucap Riky mengingat kejadian kemarin siang.
"Tapi bagus deh, berarti kesempatan gue lebih besar buat dapatin Lo. Gue enggak akan nyerah meskipun seribu kali Lo tolak," Riky berbinar saat membayangkan dirinya bisa mendapatkan cinta seorang Sagita, gadis cantik yang mencuri perhatiannya. Meski umur mereka terpaut jauh, tapi wajah mereka terlihat seumuran, sebab Gita masih terlihat seperti anak SMA.
Gita bergeming, dia memang sudah mengetahui jika Indra tak memiliki perasaan yang sama dengannya. Tapi entah kenapa saat Riky mengatakan itu, lubuk hati terdalamnya Terada tertusuk jarum, perih. Dia hanya berharap suatu saat ada keajaiban yang membuatnya berjodoh dengan Indra.
"Malah bengong! Beneran bang Indra kan?" Riky masih saja kepo, dia masih penasaran meskipun sudah menebak jawabannya.
"Kalo iya kenapa Ky? Gue enggak peduli mau Bang Indra membalas cinta gue atau enggak sekarang, yang penting gue akan menikmati cinta ini sampai gue merasa lelah mencintai dia," jawab Gita, berusaha meruntuhkan pertahanan Riky yang ingin teru meraih cintanya.
"Ck, menyiksa diri," decak Riky.
"Gue enggak peduli Ky," Gita tak mau kalah, membuat Riky kembali berdecak, rasa kesalnya makin bertambah saja.
Riky memilih diam, membiarkan Gita melanjutkan pekerjaannya. Pembahasan tentang Indra membuat moodnya makin hancur, apalagi setelah pengakuan Gita.
"Cabut yuk Kak, kemana gitu, gue bosen," ucap Riky setelah cukup lama mereka berdua terdiam dan sibuk dengan pekerjaan masing-masing.
"Lo aja gue sibuk Ky, habis ini juga gue mau ke kampus," tolak Gita, lagi-lagi gadis itu berbicara tanpa menatap kearah Riky.
"Yaudah, gue anterin ke kampusnya," Riky mengalah, yang penting bisa bersama Gita hari ini.
Gita pun tidak menolak saat Riky mengantarnya ke kampus, sebab dia hampir saja terlambat. Untung Riky ngebut, membuatnya tidak jadi terlambat masuk kelas.
🥀🥀🥀
Sore hari sepulang dari kampus, Gita mendapati sang Mama sudah berada di rumah. Tumben sekali, biasanya sang Mama akan pulang sore atau bahkan malam setelah Maghrib, tapi belum jam tiga sore sang Mama sudah berada di rumah, ini kan aneh.
"Tumben Mama udah pulang? Mama enggak kenapa-napa kan?" tanyanya khawatir sang Mama sakit.
"Enggak sayang, Mama sengaja pulang lebih awal. Sebab mau mempersiapkan makan malam spesial, nanti ada yang mau datang ke rumah, kamu bantuin Mama sama Ibu masak ya," jawab Mama.
"Jangan bilang kalau yang mau datang itu calon Papa baru ku?" tebak Gita.
Mama hanya tersenyum menanggapi, setelah itu kembali masuk ke dapur, membantu Bu Nurul masak.
Bukan hanya sang Mama yang terlihat bahagia, tapi juga Gita. Gadis itu sudah tak sabar ingin bertemu dengan calon Papa barunya. Lelaki seperti apakah yang sudah membuat Mama jatuh cinta? Jadi penasaran, apakah lelaki itu lebih tampan dari Papa atau malah lebih jelek? Ah, tapi enggak mungkin kalau lebih jelek. Gita menggelengkan kepala, tak setuju dengan pemikirannya.
"Disuruh ngocok telur malah gelang geleng gitu. Kenapa Kepa kamu sakit?" tanya Mama yang tak sengaja melihat Gita menggelengkan kepala berulang kali.
"Ah enggak Ma, tadi aku lagi nikmatin musik aja, saking asiknya tanpa sadar kepalaku geleng-geleng," kilahnya, tak ingin berkata jujur dengan pemikiran anehnya.
Malam menjelang, semuanya sudah dipersiapkan di atas meja ruang makan, bahkan Mama juga sudah tampil cantik dengan jilbab berwarna krem yang menghiasi wajah cantiknya.
Berbeda dengan Mama yang sudah siap menunggu kedatangan tamu, Gita justru baru saja keluar dari kamar mandi. Gadis itu baru saja menyelesaikan ritual mandinya.
"Non, tamunya sudah datang. Non disuruh turun," ucap Art di rumah itu, tepat di depan pintu kamar Gita.
"Iya Bik, sebentar lagi aku turun," jawab Gita.
Gadis itu buru-buru memoles wajahnya, lalu merapikan lagi tatanan rambutnya, setelah merasa hasilnya cukup bagus dia pun keluar kamar, sudah penasaran dengan wajah lelaki yang ingin melamar Mama.
Baru saja masuk ruang makan, gadis itu langsung menghentikan langkahnya saat melihat ke arah meja makan.
🥀🥀🥀
Bersambung......
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Miss Typo
kayaknya benar sesuai pikiran ku, calon papa Gita papanya Indra
kok dah nyesek duluan ya
2024-07-20
0
Entin Fatkurina
apakah benar papanya indra yang akan menjadi papa sambungnya gita? jadi nggak sabar nunggu author up lagi, lanjut lanjut lanjut lanjut
2022-06-14
2
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️
typo mbak abil meja makan jadi kerja makan🤣✌️🙏🙏
Indra da Hafiz saling mengetahui hubungan mama dan papanya kali makanya merestuinya dan makanya Indra santai banget menghadapi tingkahnya Gita yang sudah di anggap sebagai adik kandung sendiri 🤔🤔🤔 hufttz kasihan banget cintanya Gita kandas
2022-06-14
3