Segenggam Rasa
Seorang gadis baru saja keluar dari kamar miliknya, bergegas menuruni anak tangga sambil sesekali melihat jam dipergelangan tangan kirinya, setengah jam lagi dia terlambat masuk kelas. Ah, sial! Kenapa harus kesiangan lagi sih? Padahal tadi setelah menunaikan ibadah subuh dia ingin tidur sebentar saja, tapi ternyata hingga berjam-jam lamanya.
"Pagi Mah," sapanya pada sang Mama saat sudah sampai ruang makan.
"Pagi sayang." Mama tersenyum menatap putrinya yang kini sudah tumbuh dewasa, tapi kelakuannya masih seperti gadis remaja.
"Kok Lo di sini? Enggak sekolah?" dia mengernyitkan dahi saat melihat seseorang yang tak asing baginya baru saja keluar dari kamar mandi dekat ruang makan, dengan pakaian santai tanpa seragam SMA.
"Biasa mau nganterin tuan putri kuliah. Sekolah mah gampang." Dia duduk di kursi sebelah gadis itu, tanpa sungkan menyentong nasi dan mengambil beberapa lauk.
Gadis itu hanya berdecak, tak mau menanggapi lebih sikap pemuda itu.
"Ma, aku berangkat ya, udah mau telat nich." Gadis itu menyomot roti yang sudah dia olesi dengan selai lalu meninggalkan meja makan dan menyalami sang Mama.
"Eh! Kak Gita tunggu dong! Gue yang anterin!" teriak pemuda itu, dia meninggalkan meja makan bahkan sarapannya baru dia makan dua suapan saja.
"Enggak usah! Lo terusin sarapannya aja." Gita, gadis itu langsung melesat menggunakan motor metic yang selalu dia gunakan saat darurat seperti saat ini.
Pemuda itu menghela nafas kasar saat melihat Gita sudah melesat meninggalkan halaman rumah tersebut dengan motornya, tak menghiraukan dirinya. Akhirnya dia memilih kembali ke ruang makan, tak enak jika makannya tak dihabiskan.
"Udah, kamu lanjut sarapan aja. Mama beres-beres di dapur ya. Kamu sendiri enggak apa-apa, kan?" ucap Mama.
Pemuda itu mengangguk, "Iya Ma, maaf jadi ngerepotin," ucapnya sungkan.
"Kaya sama siapa aja kamu itu Ky Ky, udah lanjut makannya, Mama tinggal ya," Mama pun berlalu meninggalkan Riky di ruang makan seorang diri, sebab Mama sudah sarapan tadi pagi bersama Bu Nurul dan Pak Ahmad, sebelum kedua orang itu pergi ke restoran mereka.
Sudah tak asing bagi Gita sekeluarga akan kehadiran Riky di rumah. Bahkan pemuda itu seperti penghuni tetap rumah tersebut, saking seringnya datang ke rumah itu. Tujuannya tentu saja menemui Gita, gadis berumur dua puluh satu tahun itu telah menarik perhatiannya sejak pertama kali berkenalan. Meskipun dia sadar, dirinya hanya dianggap adik oleh gadis itu, sebab usia yang terpaut cukup jauh.
Usai sarapan, Riky memilih untuk berpamitan, dia berencana menjemput Gita di kampus, sebab sekolahnya masih libur dan akan masuk Minggu depan. Dia tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk terus berdekatan dengan Gita, siapa tahu gadis itu bisa tertarik padanya.
🥀🥀🥀
"Riky sayang, kan udah Kak Gita bilang berulangkali kalau Kak Gita itu menganggap Riky seperti adik Kak Gita sendiri, enggak lebih. Ya, sebab Kak Gita suka sama seseorang," ucap Gita menjawab pertanyaan Riky yang baru saja mengungkapkan perasaanya entah untuk keberapa puluh kali, sampai Gita bosan mendengarnya.
"Apa sih kurangnya gue Kak? Ganteng iya, di suruh romantis juga bisa, tajir udah tentu, apalagi coba?" tanya Riky pura-pura kesal dengan Gita.
"Kurangnya satu, karena kamu adik Kak Gita. Titik, enggak pakai koma, apalagi tanda tanya," jawab Gita.
"Oke fine! Kalo boleh tahu siapa yang Kak Gita suka? Penasaran cowok seperti apa sih yang Kak Gita cinta itu?" tanya Riky lagi.
Saat ini mereka berdua sedang berada di sebuah kafe, makan siang berdua setelah kuliah Gita usai. Terpaksa Gita menitipkan motornya, sebab Riky yang memaksa untuk pergi bersama.
"R a h a s i a!" ucap Gita membuat Riky berdecak kesal.
"Ky, itu bang Indra bukan sih? Coba deh liat!" Gita menunjuk seseorang yang duduk tepat di belakang Riky, berjarak tiga meja dari mereka berdua.
Riky pun menoleh, lalu dia mengangguk, "Iya, dia datang semalam, katanya...." Belum juga Riky melanjutkan ucapannya, Gita sudah lebih dulu memotongnya.
"Kita samperin yuk, aku kangen sama dia." Gita meninggalkan Riky begitu saja membuat pemuda itu makin kesal, tapi tetap mengikuti Gita dari belakang.
Gita terlihat bahagia saat melihat Indra duduk berdua dengan temannya. Tak peduli dengan Riky yang nampak kesal. Biarkan saja, nanti juga sembuh sendiri. Sudah biasa menghadapi Riky yang seperti itu, bagaimana coba kalau sampai dia jadian sama Riky? Bisa-bisa dia seperti emak yang mengasuh anaknya, ribet.
"Bang Indra?"
"Eh, Gita! Di sini juga?" Indra terkejut melihat Gita datang tiba-tiba dan langsung duduk di sisinya tanpa permisi.
"Harusnya aku yang tanya, Bang Indra kapan ke Bandung? Kenapa enggak ngabarin sih? Udah lupa sama aku? Jahatnya, lupa sama adik sendiri." Gita mengerucutkan bibirnya, pura-pura kesal dengan Indra, padahal dia begitu bahagia mendapati Indra ada di tempat itu.
Indra hanya tersenyum menanggapi Gita, gadis yang usianya terpaut satu tahun lebih muda darinya itu terlihat menggemaskan saat ngambek, bahkan terlihat imut seperti anak kecil yang menggemaskan.
"Sama dia?" Indra menunjuk Riky yang baru saja datang. Dia menatap adiknya itu dengan tatapan tak terbaca, tentu saja Riky tak mau kalah, dia pun membalas tatapan sang Abang.
Gita mengangguk.
"Kalian pacaran?" tanya Indra lagi.
"Iya!"
"Enggak!"
Mereka berdua menjawab secara bersamaan dengan jawaban yang berbeda, membuat Indra mengernyitkan dahinya. Tak tahu harus mempercayai siapa.
"Duduk Ky, kalian udah makan apa belum? Kalau belum biar gue panggilan pelayan, kita makan bareng," Indra tak ingin membahas masalah mereka berdua lebih mendalam saat ini, sebab merasa tak enak hati dengan temannya yang sejak tadi diam menyimak perdebatan mereka bertiga.
Selama makan, Riky terus saja memperhatikan Gita yang bersikap berbeda, terlihat begitu manis saat berbicara dengan Abangnya. Apakah mungkin jika lelaki yang disukai Gita adalah abangnya sendiri? Jika benar begitu, dia harus lebih semangat lagi untuk mendapatkan Gita, tak mau kalah dengan abangnya.
Riky makin kesal, saat Indra memperlakukan Gita tak biasa, mereka terlihat seperti sepasang kekasih yang sedang makan siang berdua. Sedangkan dirinya dan teman Indra hanya lalat yang mengganggu. Membuat selera makannya menghilang.
Greek
Riky mendorong kursinya dengan kasar, membuat tiga orang itu menoleh secara bersamaan.
"Mau kemana Ky?" tanya Gita saat melihat tatapan Riky penuh kekesalan. Dia kira Riky masih kesal dengan penolakannya tadi, padahal bukan itu yang membuat Riky kesal.
"Pulang! Ayo gue anterin pulang." Riky hampir saja menarik tangan Gita jika gadis itu tak menghindar.
"Aku pulang bareng Bang Indra, aja. Belum selesai juga makannya, kamu juga makanannya masih utuh tuh, makan dulu lah," jawab Gita, dia melihat makanan di piring Riky masih utuh, sepertinya baru di sentuh belum dimakan.
Mau tak mau Riky duduk kembali, tak rela meninggalkan Gita bersama abangnya. Sebab dia memiliki firasat tak baik, tentu saja tidak baik bagi hatinya.
"Iya, habisin dulu makannya Ky, nanti Gita biar Abang yang antar, mau ketemu Tante," Indra terlihat santai meski mengetahui jika adiknya itu merasa kesal, entah apa yang membuat pemuda itu kesal.
🥀🥀🥀🥀
Hay teman-teman aku come back, membawa kisah Gita bersama Indra dan Riky. Untuk yang menunggu Hafidz nanti ya setelah ini. Pasti aku buatin kisah tentang Hafidz sama Ziva, tapi entah kapan. Di tunggu aja.
Minta dukungannya dong, dengan cara like dan komen. Selebihnya aku enggak akan minta, tapi tak menolak kalau kalian kasih😁.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments
Miss Typo
masih berharap Gita jodohnya Indra, siapa ya calon suami Mama nya Gita??? jangan jangan jangan jangan
semoga aja pikiran ku salah
2024-07-20
0
LENY
DUH RICKY SADAR DIRI DONG KAMU MSH ANAK MUDA SMA GAK COCOK SAMA GITA.
2024-06-26
0
❤️⃟Wᵃf🤎⃟ꪶꫝ🍾⃝ͩDᷞᴇͧᴡᷡɪͣ𝐀⃝🥀ᴳ᯳
yuhuuu cerita Sagita lounching akhirnya...
2024-06-16
0