Afshena

Setelah mengurus perpindahan Ricko menuju Rumah Sakit Arga memutuskan untuk kembali menuju DKI, karena tidak bisa meninggalkan perusahaan, sebelum Arga pergi ia memilih menemui putra semata wayang nya terlebih dahulu.

Kurang lebih 30 menit lagi Arga akan tiba di kediaman nya, namun Arga berhenti terlebih dahulu di sebuah cafe untuk mengisi perut.

Beberapa menit kemudian Arga sudah menghabis kan makanan nya, sembari fokus melihat ponsel Arga melangkah menuju kasir untuk membayar makanan yang sudah di pesan nya.

Prang...

Tanpa sengaja Arga bertabrakan dengan pramusaji yang membawa beberapa gelas jus, jus itu tumpah membasahi kemeja Arga.

"Maaf Pak, saya mohon maaf saya tidak sengaja Pak."

Pramusaji itu terus meminta maaf sembari mengusap-ngusap kemeja Arga yang basah, Arga menatap wajah wanita itu, kulit putih, mata coklat.

'Cantik' Batin Arga.

"Ah tidak apa-apa saya juga yang salah, harus nya saya yang minta maaf, saya tidak memperhatikan jalan."

"Terimakasih Pak."

Baru saja Pramusaji itu akan pergi mengambil alat untuk membersihkan pecahan gelas seorang pria yang di yakini manager cafe itu datang.

"Shena !!" Suara pria itu mengagetkan semua orang.

"Kamu sudah saya beri kesempatan terakhir, dan masih saja membuat kesalahan, sekarang kamu saya pecat, silahkan pergi dari sini dan jangan kembali lagi!!"

"Tapi Pak, saya...." Wanita yang bernama Shena itu mencoba membela diri namun segera di potong oleh pria itu.

"Tidak ada alasan lagi, silahkan kamu pergi, kamu SAYA PECAT!!"

"Maaf, kejadian tadi tidak sepenuh nya salah dia, saya yang menabrak dia karena tidak memperhatikan jalan." Arga mencoba membela Shena.

"Tapi ini bukan kesalahan dia yang pertama, kami sudah tidak bisa mempertahankan karyawan yang ceroboh."

Shena menetes kan air mata nya, dari pada terus di permalukan di depan umum ia memilih mengalah.

"Baiklah Pak, saya permisi, mohon maaf jika selama ini saya banyak mengecewakan Bapak dan teman-teman."

"Tunggu..." Arga mencoba mencegah Shena, namun Shena tidak menghiraukan dengan cepat Shena menuju ruang ganti mengambil tas nya lalu pergi, melihat Shena akan keluar Arga segera membayar ke kasir dan mengejar Shena.

"Tunggu Mbak, kenapa Mbak secepat itu nyerah, nyata nya memang saya yang salah kan."

Shena yang akan menyebrang tersenyum kecut ke arah Arga.

"Nggak apa-apa Pak, saya iklas, mungkin memang Sudah waktu nya saya berhenti kerja di sana."

"Kamu jalan kaki?"

"Iya Pak, kalo gitu saya permisi."

"Tapi ini udah malem, nggak baik perempuan jalan sendiri malem-malem kayak gini."

Shena hanya tersenyum lalu bergegas pergi, meninggalkan Arga yang masih berdiri di pinggir jalan, Arga segera mengejar Shena dengan mobil nya.

Arga melihat Shena berjalan kaki sembari sesekali mengelap pipi nya, Arga yakin Shena sedang menangis saat ini.

"Ayo saya antar pulang." Pekik Arga namun tidak di hiraukan oleh Shena.

Arga menghadang Shena dengan mobil nya lalu turun dan kembali menawarkan untuk mengantar Shena.

"Ayo saya antar kamu."

"Loh kok Bapak maksa sih, jangan-jangan Bapak ada niat jahat ya sama saya."

"Hah niat jahat, untuk apa saya jahatin kamu."

"Buktinya maksa-maksa."

"Kamu liat wajah saya, apa keliatan kalo saya orang jahat."

Shena menatap wajah Arga, memang tidak tersirat wajah kejahatan sedikitpun di sana, melihat Shena yang mulai luluh Arga mengulurkan tangan nya.

"Argani"

Shena menerima jabatan tangan Arga.

"Afshena."

"Ayo kita duduk di sana, kamu harus nenangin fikiran kamu dulu."

Shena mengangguk lalu mengikuti Arga untuk duduk di halte Bus.

"Kamu tunggu sebentar di sini."

Arga berlari menuju mobil nya lalu mengambil 1 buah minuman botol untuk Shena.

"Minum dulu." Tawar Arga.

"Makasih Pak."

"Jangan panggil saya bapak, terlalu tua, panggil saya Arga."

"Em.. iya Arga."

Arga tersenyum sembari memperhatikan Shena meneguk minuman botol, benar-benar cantik dan imut, dengan mata yang agak merah karena habis menangis malah menambah kecantikan Shena.

"Maaf Sarah, aku harus mencari pengganti mu sementara, aku pria normal."

"Rumah kamu di mana?"

"Aku nggak punya rumah, asal ku dari kampung, sengaja ngadu nasib di ibu kota, aku tinggal di mess sekarang aku udah di pecat, apa boleh ya aku tidur di mess semalem lagi sebelum aku cari kosan, soal nya aku nggak ada kenalan, aku cuma kenal sama temen-teman cafe aja, kerja juga baru 1 bulan lebih." Shena menunduk kan kepala nya.

"Memang nya kamu ngelakuin kesalahan apa sih sampe manager kamu mecat kamu dengan cara tidak hormat gitu."

"Maaf, aku nggak bisa cerita."

Arga mengangguk, dia tidak bisa memaksa Shena untuk bicara, takut jika Shena malah akan menjauh dari nya.

"Shen, ini udah jam 09 malem, gimana kalo kamu ikut aku aja, kamu pulang ke rumah ku, tenang aja aku nggak akan macem-macem, ini demi keselamatan kamu juga kan."

"Kamu siapa sebenernya?"

Arga mengerutkan dahi nya.

"Maksud kamu?"

"Maksud ku ini aneh aja, kita baru kenal tadi mungkin baru 1 jam, kenapa kamu udah baik banget sama aku."

"Aku cuma pengen nolongin kamu, tapi kalo kamu merasa keberatan its oke, aku permisi, hati-hati ya."

Arga berdiri lalu melangkah menuju mobil dan siap untuk pergi, namun Shena justru mengetuk pintu mobil.

"Ada apa?"

"Aku... aku ikut sama kamu."

Arga tersenyum kemenangan.

"Masuk."

Arga melajukan mobil nya, tentu saja tujuan nya bukan ke rumah tempat tinggal dengan Sarah, tapi menuju rumah Arga yang lain, rumah di mana tempat nya bersenang-senang dengan teman-teman nya maupun wanita sebelum menikah dulu, jauh dari permukiman penduduk membuat Arga bebas melakukan apapun di sana.

45 menit berlalu, hari semakin gelap, jalan yang mereka lalui pun semakin jauh dari keramaian kota.

"Kok rumah kamu jauh banget."

"Sebentar lagi sampe."

Tak lama mobil Arga berhenti di depan rumah 2 lantai yang cukup besar, berada di tengah perkebunan dengan perpohonan rindang namun sangat terawat. Arga turun lalu membuka gerbang, dan kembali melajukan mobil nya, saat sudah terparkir sempurna Arga turun dan menutup gerbang kembali.

"Ayo turun." Arga membukakan pintu mobil untuk Shena.

Shena turun lalu memperhatikan keadaan sekitar.

"Udah jangan liat-liat ke arah sana, nanti malah liat yang baju putih rambut panjang lagi."

"Jangan buat aku takut."

"Hehe bercanda ayo masuk."

Shena mengikuti langkah Arga, ia tercengang kenapa rumah sebagus ini jauh dari permukiman penduduk, saat memasuki rumah mata Shena terbelalak.

'Wah... Bagus banget ini rumah, kaya banget kayak nya Arga.'

Shena melihat sebuah foto besar.

'Kayak nya foto keluarga, itu Arga, mungkin itu Orang tua Arga, dan em... mungkin Adik atau kakak nya ya.'

Arga tersenyum melihat Shena yang mematung di depan foto keluarga nya.

"Ini aku, ini papah ku, mamah ku, Abang ku dan Adik ku, mungkin adik ku seumuran kamu."

Shena mengangguk.

"Cantik-cantik dan ganteng-ganteng."

"Eh ngomongin aku ganteng."

Shena menutup mulut nya.

"Nggak."

"Hehe, ayo kita naik, aku tunjukin kamar kamu, dan kamu langsung mandi ya, di dalem kamar ada lemari, di sana banyak baju cewek, pake aja mana yang kamu suka, baju kamu di mess nggak usah di ambil, karena aku mau ngasih kerja baru buat kamu."

"Tapi Sayang banget kalo nggak di ambil, aku beli nya susah, harus kerja keras dulu."

"Aku ganti 10 kali lipat." Ucap Arga dengan santai.

"Ini kamar kamu, sekarang kamu masuk terus mandi, udah bau asem."

"Iya."

Arga berlalu, ia menuju balkon lalu menelfon Mamah untuk menanyakan kabar Ricko.

"Hallo Mah, Assalamualaikum, gimana Bang Ricko Mah?"

"Waalaikum salam Ga, Alhamdulillah Abang kamu udah siuman, Alhamdulillah juga nggak ada luka serius."

"Terus Bang Ricko abis berantem sama siapa Mah?"

"Katanya sama temen nya Ga, ada salah faham, Abang kamu nggak mau bahas lebih jauh, yang penting dia baik-baik aja kata nya."

"Oh oke."

"Kamu udah sampe Ga?"

"Udah Mah."

"Yaudah kalo gitu ya Ga, Mamah sama Papah mau pulang, Abang kamu yang nyuruh, katanya kasian Arsha nanti nyariin."

"Terus Bang Ricko siapa yang jaga Mah."

"Salwa sama Nak Naira Ga."

"Wah kayak nya Mamah mau dapet mantu nih bentar lagi."

"Doain aja Ga, yaudah ya Ga, Assalamualikum."

"Waalaikum Salam Mah."

Tut....

******

Setelah mandi badan Arga terasa lebih segar, saat keluar dari kamar Arga melihat pintu kamar Shena masih tertutup rapat.

Tok...tok...tok...

"Shena."

"Iya." Terdengar sahutan dari Shena

"Aku tunggu kamu di balkon."

Lalu Arga menuju balkon, duduk dengan santai sembari menyalakan rokok, terdengar dering ponsel nya pertanda panggilan masuk.

"Hallo Mah."

"Ga ini Shaka agak rewel, mungkin kangen sama Sarah, apa Sarah belum bisa di telfon."

"Arga rasa belum Mah, mungkin besok jam 07:30 Sarah baru mendarat, liatin wajah Arga aja Mah, biar Arga ngomong sama Shaka."

"Iya Ga."

Terlihat wajah Shaka yang merah, seperti nya sudah lumayan lama menangis.

"Shaka sayang, jangan nangis terus ya, Mamy belum bisa kita telfon, besok kalo Mamy udah sampe Dady suruh langsung telfon Shaka ya, sekarang Shaka bobo sama Nenek ya."

Seperti mengerti ucapan Dady nya Shaka langsung diam dan menyedot botol susu nya, Arga tersenyum melihat putra nya yang sangat menggemaskan.

"Arga."

Arga langsung mematikan panggilan menyadari ada Shena di belakang nya.

'Semoga Mamah nggak liat, gawat kalo Mamah liat.'

"Iya Shen."

"Kamu telfonan sama Mamah kamu ya?"

"Oh iya, ehm..." Arga berdehem untuk menghilangkan kegugupan nya.

"Oh...."

Sekian menit mereka sama-sama diam.

"Shena."

"Iya."

"Gimana kalo kamu kerja disini, tugas kamu cuma bersihin rumah ini, ngurusin aku dan keperluan aku, gimana?"

"Haa... kerja disini, Tapi apa reaksi warga kalo mereka tau kita tinggal serumah walaupun aku pembantu tapi kita masih sama-sama lajang kan."

"Hahaha.... Shena Shena, warga mana yang bakal protes, tempat ini aja cuma orang-orang penting ku yang tau, Keluarga ku aja nggak tau Shen."

"Haaa, oh ya."

"Iya." Arga mengangguk.

"Em... tapi...."

"Berapa gaji kamu di cafe?"

"1 juta 5 ratus ribu."

"Oke, aku bayar kamu 5 juta perbulan."

"Haa... 5 juta." Shena menatap Arga tak percaya.

"Iya, kenapa kurang?."

Dengan cepat Shena menggeleng.

"Ngak, malah itu lebih dari cukup, Makasih Tuan."

"Apa kata kamu, coba ulangin."

"Makasih Tuan."

"Astaga Shena, panggil aja Arga, aku lebih nyaman."

"Tapi nggak sopan, kan kamu majikan aku."

"Kalo gitu panggil aku Mas, Mas Arga, itu lebih baik dari pada Tuan."

"Iy...iya Mas."

Kruk....

Arga menahan tawa mendengar suara perut Shena.

"Shen kamu laper?"

"Iya Mas, dari siang belum makan."

"Kenapa nggak bilang, di kulkas semua nya ada dan lengkap, tapi kamu harus masak dulu."

"Nggak apa-apa Mas, dapur nya di sebelah mana?"

"Ayo aku anter."

Arga mengantar Shena menuju dapur, Shena segera memasak nasi, dan membuka kulkas, sepertinya dadar telor dengan kecap sudah cukup lezat untuk mengisi perut nya.

Sembari menemani Shena memasak, Arga menjelaskan tugas Shena untuk membantu Arga.

"Jam 6:30 pagi kamu harus nyiapin air hangat untuk mandi ku, terus bangunin aku, jangan lupa seragam kantor, mulai dari kemeja, jas, celana, sepatu, kaos kaki."

"Iya Mas."

"Dan kamu harus masangin dasi ku ya."

"Hah.. masangin dasi?"

"Iya, keberatan?"

"Ngak mas."

Arga yakin tak perlu memaksa, sebentar lagi Shena akan menyerahkan dirinya untuk Arga.

Jangan lupa like ya.... Cerita masih banyak kekurangan, mohon koreksi 🙏🏽🙏🏽

Terpopuler

Comments

choirunissa

choirunissa

wah...babang arga udah PD bgt

2022-07-24

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!