Spesial episode Abang Ricko

Sepergi nya Arga untuk membersihkan diri Mamah juga langsung memandikan cucu nya agar lebih segar, selesai memandikan Shaka Mamah segera naik ke lantai atas menuju balkon luas kediaman mereka tempat biasa keluarga berkumpul.

Salwa yang sedang serius berbincang dengan Papah langsung berdiri saat netra nya menangkap kehadiran Shaka dalam gendongan sang Mamah.

"Shaka." Sorak Salwa antusias.

"Shaka kapan dateng nya mah, tumben pagi-pagi, Kak Arga juga nggak ngabarin, mau ngasih kejutan cerita nya."

"Nggak, Abang Ricko, Kak Arga sama Shaka cuma mereka yang kesini, dan ini bukan kejutan."

Raut wajah Mamah sudah menunjukkan keseriusan. Sadar situasi sedang tidak baik-baik saja Papah mengkode Salwa agar tidak banyak bertanya dulu.

"Di mana Arga, Mah?" Tanya Papah.

"Mandi." Jawab Mamah singkat.

Tak lama Arga datang dengan botol susu di tangan nya.

"Sini Wa, Shaka mau nyusu dulu."

"Biar Shaka sama Salwa, kamu Arga jangan ngalihin pembicaraan, sekarang kamu duduk ! Dan jelasin sama Mamah !"

Arga membuang nafas kasar, lalu duduk di dekat Mamah.

"Kemana Sarah Ga."

"Sarah ke LA mah."

"Ada apa dia kesana?"

"Sa...Sarah Berkarir lagi Mah."

"Apa ! Berkarir kamu bilang, di saat anak kalian masih usia segini, Sarah pergi demi karir, dan kamu ngizinin Ga, Astaga Arga !!"

"Maaf Mah, sekuat apapun Arga cegah, Sarah tetep akan nekat pergi, Arga bisa apa Mah."

"Kamu laki-laki Ga, kepala rumah tangga, harus nya kamu lebih tegas lagi."

"Sudah lah mah, Mamah ngak bisa sepenuh nya nyalahin Arga." Papah kini ikut bersuara.

"Tapi Pah...."

"Mah, yang di bilang Papah ada benernya, lagi pula dulu Mamah kan yang ngotot jodohin Arga sama Sarah."

Ricko yang baru datang langsung memotong ucapan Mamah.

"Tapi bang, Mamah nggak nyangka kalo Sarah...."

"Aku cuma minta doa sekarang Mah, semoga Rumah tangga ku baik-baik aja, demi Shaka."

Arga memilih pergi menenangkan diri, jujur saja Arga cukup terguncang dengan permasalahan Rumah tangga nya saat ini, Arga melangkah menuju taman belakang lalu menyalakan rokok.

"Apa mungkin Rumah tangga kita akan baik-baik aja Sar, kenapa kamu gini, baru aku mulai mencintai mu, tapi kamu malah menghempaskan aku ke dasar jurang Sar."

Tak lama ponsel Arga berdering, tertera nama Farhan sekretaris Arga, Arga pun segera menjawab panggilan itu.

"Hallo Han."

"Maaf pak, apa Bapak tidak masuk kantor hari ini?"

"Tidak Han, saya sedang di bandung, mungkin nanti sore baru akan ke Jakarta lagi, tolong kamu gantikan saya dalam metting apapun hari ini Han."

"Baik Pak, kalau begitu saya akan tutup panggilan ini."

"Ya."

Tut....

*****

"Jangan terlalu menyalahkan Arga Mah."

"Iya Bang, maafin Mamah, Sarah tega-tega nya ninggalin Arga, kurang apa Arga."

"Mamah yang sabar."

Ucap Ricko menenangkan Mamah nya.

"Em... Mah Ricko pamit ya."

"Mau kemana Bang, jarang pulang sekali nya pulang ke Bandung kok pergi terus."

"Itu Mah, mau nemuin temen."

"Salwa ikut ya Bang."

"Eh nggak usah." Sinis Ricko.

"Nebeng doang."

"Nggak, Ricko pamit ya Mah."

"Iya, hati-hati di jalan."

Ricko bergegas pergi sebelum Salwa mengikuti nya, tak lupa ia menghampiri Papah di ruang kerja untuk berpamitan.

"Mau kemana sih Abang Mah, nebeng aja nggak boleh."

"Udah jangan ganggu Abang mu, mungkin dia mau nemuin pacar nya."

"Hah... pacar, emang ada yang mau sama Bang Ricko."

"Hus....jangan ngomong sembarangan, pasti banyak yang mau lah, anak ganteng dan bijaksana siapa yang nggak mau."

"Bukti nya nggak nikah-nikah Mah, hehe tapi memang sih Salwa sering liat bang Ricko ngeliatin foto cewek di Hp nya hehe"

"Ricko, Abang kamu itu sangat pintar, bijaksana, dia nggak akan ngambil keputusan terburu-buru, apa lagi untuk urusan seumur hidup, bahkan dunia akhirat, Mamah percaya, apapun keputusan yang di ambil nya itu adalah pilihan yang terbaik untuk dia, sedangkan Kakak mu Arga, terkadang suka ambil keputusan buru-buru, tanpa memikirkan kedepan nya."

"Iya kayak pas Kak Arga di jodohin, langsung nurut aja hm..."

"Arga dan Sarah itu udah di jodohin sedari kecil, Orang tua Sarah meninggal bersama Orang tua Ricko, Kecelakaan pesawat itu cukup membuat Mamah dan Papah kehilangan karyawan penting di perusahaan kita.

Perusahaan kita memang selalu memberi bonus untuk Karyawan dengan kerja terbaik setiap tahun, kebetulan saat itu Papah nya Ricko juga Papah Sarah menjadi salah satu nya bersama 6 orang lain nya, dengan mengajak anak istri mereka berangkat menuju jepang, Ricko tidak ikut karena harus ada ujian kenaikan di sekolah nya, sedangkan Sarah masih terlalu kecil untuk di ajak bepergian jauh dan di halangi oleh Nenek nya untuk ikut.

Rasanya sesak sekali kalo Mamah ingat insiden itu, Mereka semua tewas, tak ada satupun yang selamat, Mamah masih ingat tangisan pilu Ricko saat itu, tangisan yang membuat Mamah dan Papah menginginkan Ricko menjadi Anak kami, seperti nya Dunia mendukung, ternyata Ricko tak ada keluarga lagi di kota Jakarta, hanya ada saudara jauh di kampung halaman Mamah nya, itupun mereka menolak merawat Ricko dengan alasan keterbatasan ekonomi.

Mamah dan Papah sangat menyayangi Abang mu, bahkan Mamah dan Papah terkadang tidak mengingat sebenarnya Ricko bukan anak kandung kami, sedangkan Sarah, Orang tua nya dengan Mamah, Papah sudah bersahabat sejak lama candaan kami yang akan menjodohkan anak Mamah anggap serius karena sangat pilu melihat anak berusia 2 tahun harus menjadi yatim piatu."

Salwa terus mengelus pundak Mamah nya, bukan kali pertama Mamah menceritakan insiden itu, namun sesering apapun Mamah menceritakan nya Salwa tetap ikut merasa sedih saat mendengar nya.

******

Seorang wanita sedang duduk di tepi Danau, di lihat nya jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, seperti biasa jika akan bertemu dengan kekasih nya ia datang lebih awal, agar tidak membuat pria yang di cintai nya menunggu.

Saat sedang asik menatap Danau yang jernih dan luas seseorang menutup mata nya dari belakang.

"Mas...."

Cup....

Satu kecupan mendarat di pipi wanita itu

"Udah lama sayang?" Tanya pria yang tak lain adalah Ricko itu.

"Belum mas."

"Kita mau kemana."

"Disini aja, masih pengen berdua, aku kangen." Ucap wanita itu malu-malu membuat Ricko sangat gemas.

"Peluk dong kalo kangen."

Ricko merentangkan tangan nya, wanita itu langsung memeluk Ricko, dan di balas Ricko dengan pelukan erat di tambah kecupan manis di dahi. Wanita itu bernama Naira, Ricko dan Naira sudah menjalin hubungan kurang lebih 1 tahun lamanya.

Setelah cukup berbincang-bincang Ricko menyampaikan maksud nya mengajak Naira bertemu.

"Sayang, aku mau ke rumah orang tua mu, kita yakinin mereka lagi ya."

Naira langsung melepas pelukan nya, lalu menatap sendu wajah Ricko.

"Yakin?"

"Ayo." Ricko mengangguk lalu menggenggam tangan Naira, mereka berjalan beriringan menuju parkiran.

"Mobil siapa?" Tanya Naira.

"Hm... ayo naik."

Bukan nya menjawab Ricko malah membuka pintu mobil mempersilahkan Naira untuk duduk.

"Mobil siapa mas?" Tanya Naira lagi.

"Mobil nyewa Nai."

"Mas jangan ngehamburin uang cuma untuk hal yang unfaedah, lebih baik kita simpen buat masa depan kita nanti kan."

"Sesekali sayang." Jawab Ricko santai.

Ya begitulah cara Ricko menilai wanita, dengan berpenampilan seadanya, bersikap seolah-olah ia anak dari keluarga kalangan bawah, dan selalu mengendarai motor matic milik satpam di rumah orang tua nya setiap akan menemui Naira, baru kali ini Ricko membawa mobil, karena dengan cara ini Ricko yakin orang tua Naira akan merestui hubungan nya dengan Naira yang tak di restui, Orang tua Naira menilai Ricko hanya lah laki-laki miskin hanya modal tampang mendekati anak mereka.

'Memang wajah mu itu tampan, tapi apa kamu mau ngasih makan anak kami dengan wajah mu, saya yakin motor butut mu itu harta kamu yang paling berharga, sudah sana pergi, jangan temui Naira lagi.'

Begitulah kata-kata kasar Ibu Naira saat Richo menemui Orang tua Naira, yang Naira ketahui pun Ricko bekerja sebagai pegawai Rumah makan di DKI Jakarta.

"Mas, kalo Ayah sama Ibu ngomong kasar jangan di ambil hati ya."

"Iya Sayang." Jawab Ricko santai.

Tak lama Mobil Ricko memasuki halaman Rumah depok minimalis bercat Kuning, Richo dan Naira turun.

Dengan jantung yang berdegub kencang Naira memasuki rumah dan memanggil orang tua nya, sedangkan Richo menunggu di kursi teras rumah.

Naira melihat Ayah dan ibu nya sedang makan siang.

"Ayah, Ibuk."

"Udah pulang Ra, ayo sini makan siang."

"Em... Bu, Yah, ada Mas Ricko di depan."

"Mendengar nama Ricko Ayah Naira segera menghentikan makan siang nya lalu menatap tajam Naira."

"Jadi kamu habis menemui anak itu, memang ngelunjak kamu ya Nai, mana anak itu biar Ayah habisi dia, masih ada nyali nya datang kesini !!"

"Iya Yah, kasih pelajaran saja, biar kapok dia." Dukung Ibu Naira.

"Jangan Yah, mas Ricko datang baik-baik, jangan di kasari."

"Hallah...." Ayah Naira melepas tangan Naira yang berusaha mencegah nya.

Dengan Dada Naik turun Ayah Naira melangkah menuju teras, di lihat nya Ricko sedang duduk lalu menarik kerah kemeja Ricko.

"Laki-laki miskin tidak tau di untung, masih berani kamu datang kesini, hah...."

"Saya ingin melamar Naira Om."

"Cih... Melamar kata mu."

Bugh..... Bugh...... Bugh....

Ayah Naira memukuli Richo dengan membabi buta, jika bukan Ayah Naira yang melakukan nya mungkin saat itu Ricko akan memberi perlawanan.

"Saya datang baik-baik kesini Om, akan ada yang saja jelaskan."

Tanpa mendengar ucapan Ricko Ayah Naira kembali memukuli Ricko dengan sadis.

"Ayah.... Sudah yah, jangan di pukuli kasihan Mas Ricko Yah."

"Biar saja biar mati sekalian."

Bugh... Bugh.... Ayah Naira kembali memukuli Ricko hingga darah segar mengalir dari hidung dan mulut Ricko.

"Jangan yah, Ya Allah mas ricko."

Naira yang berhasil melepas cengkraman Ibu nya segera menghampiri Ricko yang sudah terkapar tak berdaya.

"Mas... Mas Ricko." Panggil Naira sembari menangis sesegukan.

Ricko dengan berat membuka mata lalu tersenyum pada Naira, namun perlahan Ricko menutup mata dan tak sadarkan diri.

"Mas... Mas Ricko... Ayo Yah bawa ke Puskesmas, Mas ricko pingsan Yah, bu."

Ibu Naira menutup mulut nya.

"Yah pingsan."

"Biar saja bu."

"Yah kalo dia mati kita juga yang repot."

Ayah Naira terdiam sejenak benar juga ucapan Istri nya.

"Cepat Yah, mumpung tetangga belum ada yang liat, bisa heboh nanti sekampung Yah."

"Ayah, Ibu ayo dong malah debat."

"Ayo kita bawa ke puskesmas." Seru Ayah Naira.

"Bawa pake Mobil itu aja yah."

"Mobil sapa itu."

"Naira nggak tau bu, tapi mas Richo dateng bawa mobil itu tadi."

Mereka segera mengangkat Richo lalu membawa ke puskesmas terdekat.

*****

Sampai di Puskesmas Ricko segera di tangani Dokter.

"Apakah kalian keluarga Saudara Ricko?" Tanya seorang perawat.

"Bukan Buk." Jawab Naira.

"Kalau begitu apa ada nomor ponsel keluarga pasien yang bisa di hubungi?"

"Em... mungkin ada di ponsel Mas Ricko Buk."

Naira segera meraba saku celana Ricko untuk mencari ponsel milik Ricko, Namun Naira malah menemukan Ponsel bermerk Ap yang Naira tau harga nya sangat mahal, setau Naira ponsel Ricko bermerk V*vo yg harga nya hanya 2 jutaan saja.

"Ponsel sapa ini." Gumam Naira

Namun saat Naira mencoba menghidupkan ponsel mahal itu mata Naira menangkap potret nya dan Ricko yang sedang tertawa, di ambil saat mereka terakhir bertemu.

"Bagaimana ada?"

"Eh iya Buk, saya cari sebentar."

Naira membuka Aplikasi berwarna hijau di Ponsel itu dan menemukan Chat dengan nama Arga, Naira terus mencari ke bawah dan ia menemukan nama Papah.

"Mungkin ini Buk."

Naira menyerahkan Ponsel itu agar suster segera menghubungi keluarga Ricko.

"Hallo selamat siang Pak."

"............."

"saya Perawat di Puskesmas desa X ingin mengabarkan bahwa pemilik ponsel ini yang bernama Ricko sedang di rawat di Puskesmas di daerah X, Saya harap Bapak ataupun keluarga bisa datang secepat nya."

"..............."

"Baik terimakasih."

Perawat segera mengembalikan ponsel Ricko kepada Naira.

"Ayo kita pulang." Ucap Ayah Naira.

"Nanti Yah, tunggu keluarga Mas Richo dulu."

"Nanti kalo keluarga nya datang dan nggak mampu bayar biaya nya bagaimana, Ayah nggak mau keluar uang."

"Ayah jangan gitu yah, sekali aja tolong Mas Richo."

"Udah Yah kita tunggu keluarga nya dulu, Ibu juga penasaran seperti apa keluarga Anak ini, kalo mereka mau minjem uang kita pergi aja, biar mereka bingung mikirin biaya nya."

"Terserah Ibu."

Naira hanya menggeleng mendengar ucapan Orang tua nya.

******

Sedangkan Papah, Mamah, Arga dan Salwa yang sedang dalam perjalanan terlihat begitu cemas.

"Ricko tadi baik-baik aja Pah, apa Ricko kecelakaan?"

"Yang tenang Mah, kita doakan yang baik-baik aja."

"Ricko.... Ada apa sama kamu nak... kenapa bisa sampai di rawat."

Dengan terus menangis Mamah tak henti mendoakan keselamatan anak sulung nya.

Saat mereka tiba di Puskesmas mereka langsung menuju UGD, Mereka semakin histeris melihat Ricko terbaring tak sadarkan diri dengan wajah lebam dan sisa-sisa darah di wajah dan kemeja nya.

Ayah dan Ibu Naira yang melihat kedatangan mereka menggunakan mobil mewah merasa tercengang, siapa Ricko sebenarnya? mereka bertanya-tanya dalam hati. Sedangkan Naira yang memang belum pernah bertemu keluarga Ricko memilih diam.

Arga langsung mengurus surat rujukan sang kakak menuju Rumah Sakit, Papah yang sadar akan kehadiran Naira beserta Orang tua nya segera menghampiri mereka.

"Maaf apakah Ibu dan Bapak ini yang membawa putra saya kemari, jika benar begitu saya sangat berterimakasih." Ucap Papah tulus.

"Ka... kami...." Ibu Naira menjawab dengan terbata-bata.

"Oh iya pak, kami yang membawa Ricko kemari, kebetulan Ricko dekat dengan anak saya."

Ayah Naira menunjuk Naira yang diam mematung sembari memegangi ponsel dan jaket milik Ricko.

Salwa yang mendengar nama Naira langsung memperhatikan wajah Naira.

"Salwa sering liat wajah nya di HP Bang Ricko Pah." Seru Salwa.

Papah cukup mengerti akan situasi ini, dapat di simpulkan bahwa Naira adalah teman dekat Ricko.

"Pah, Bang Ricko udah bisa di rujuk, kita harus bawa ke Rumah Sakit untuk pemeriksaan lebih lanjut, takut ada luka serius Pah, menurut Dokter Bang Ricko kemungkinan habis di pukuli habis-habisan Pah."

"Apa ! Di pukuli habis-habisan, siapa yang berani memukuli Ricko Pah?"

"Sabar Mah, nanti jika Ricko sudah sadar kita bisa tanya langsung, dan jika ada luka serius di tubuh Ricko kita akan bawa masalah ini ke jalur Hukum."

"Sakit sekali rasanya Pah, anak yang kita besarkan dengan kasih sayang, secuil saja Mamah tidak pernah kasar dengan Ricko, tapi sekarang orang lain sudah berani membuat anak kita terbaring lemah hiks...hiks...hiks..."

Ayah dan Ibu Naira menelan Saliva mereka, kini mereka sadar, bahwa Ricko berasal dari keluarga konglomerat, mendengar kata Jalur Hukum membuat Ayah Naira ketakutan, dan memilih pamit undur diri, namun saat mereka akan pergi Papah memberi mereka imbalan uang berwarna merah sebanyak 10 lembar dengan basa-basi Ayah Naira menolak, namun Papah memaksa mereka agar menerima nya.

Baru saja Naira dan Orang tua nya akan pergi terdengar suara lemah Ricko memanggil Naira.

"Nai..."

Gumam Ricko, masih jelas terdengar, mendengar Ricko menyebut nama Naira, Papah meminta izin agar Naira tinggal terlebih dahulu bersama mereka, dengan senang hati Orang Tua Naira mengizinkan.

"Pah Bang Ricko di bawa Ambulance, Mamah, Salwa dan Teh Naira ikut ambulance, Papah bawa mobil Arga, dan Arga bawa mobil Bang Ricko."

Naira mengerutkan kening nya, rasanya jika Ricko sudah pulih akan banyak pertanyaan yang di ajukan nya kepada Ricko, apa ini Mobil Bang Ricko setahu Naira Ricko hanya punya motor matic sederhana yang di bawa Ricko menemui nya dari awal kenal.

Terpopuler

Comments

choirunissa

choirunissa

dih ortu ga matre ntuh...

2022-07-24

0

Arya Umam

Arya Umam

Jgn sampai riko dan naira berjodoh thor soalnya benci banget saya sama ortunya naira

2022-07-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!