...Haii semuanya kita ketemu lagi nih. Mana nih semunya serbu dong dukungannya....
^^^Hehe😊😆^^^
^^^jan bosen 2y bacanya, next^^^
...🌵...
...sakit gigi.....
Rey***
Terpaan angin malam benar-bebar membuat dirinya terus bertahan walau jam sudah menunjukkan waktu istirahat malam, saat ini ia benar merasa nyaman akan suana di balkon kamarnya itu. deringan ponsel yang terus bersautan sama sekali tak menjadi alasan untuk dirinya beranjak dari duduknya. Di temani secangkir kopi juga kue kering. Lagi ia memejamkan matanya seraya bersandar di ayunan.
Kini tangannya bergerak meraih ponsel yang sejak tadi ia hiaraukan. beberapa pesan masuk langsung memenuhi layar ponselnya. sampai keningnya mengerut memdapati 107 pesan belum di baca dan 23 pangilan tak terjawan dari pacarnya.
-Pacar
Rey. 16.22
Rey kgen 😘 16.24
sibuk ya? 16.33
Bles dong, knp sih? 16. 45
kgen bget lo 16 45
vc. 16 47
agkt yang 16.48
centeng dua 16.50
sibuk bgt y 17.12
yodah ak mndi dulu 17.17
Sampai di pesan terakhir Rey membacanya, ia mengira Sabrina sedang membutuhkan sesuatu ternyata hanya spam dengan alasan kagen? bukankah di sekolah Sabrina selalu mengikutinya? lama-lama ia merasa jengah dengan hubungannya. Bahkan di jam seperti ini pacaranya itu masih saja menyepamnya. Tanpa berniat membalas Rey langsung mengarsipkan kontak Sabrina, setelahnya ia pun kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Ia tau jika dirinya hanyalah salah satu pria yang berpacaran dengan Sabrina.
Tiba-tiba ia teringat akan kejadian dirinya yang mengambil kesempatan mengerjai Lala. Kini tangannya kembali meraih ponsel dan memutar video singkat berdurasi satu menit empat uluh delapan detik ia terus mengulang kembali hingga ia tersadar. Tangan kirinya menyentuh pipinya yang sedikit sakit akibat tertawa dan senyum-senyum sendiri. Gue kenapa si? Tanyanya bingung.
Ia pun meraih kopi yang menjadi hisapan terakhirnya. tawanya kembali bersambut bersamaan mulutnya yang mengeluarkan semburan kopi, ia tersedak. "Lo lagi gibahi gue ya, sampe kesedak gini?" Tunjuknya pada sosok Lala yang tampak memelas menahan hajatnya.
•
"Lah lo belum ke rumah Mely?" Tanya May yang melihat Lala berlari sendiri di ambang pintu miliknya.
"Menurut lo?" Tanya Lala balik. tak lupa tanganya kirinya masih setia dengan memegangi gusinya yang sakit.
"Orang nanya itu karena gak tau La, bukan ngajuin pendapat." Kesal May dan langsung mengunci pintu rumahnya.
Setelah sampai di rumah Mely keduanya sibuk sendiri, May turun memanggil Mely, sedang Lala sibuk dengan giginya yang masih sakit, dan tak berkutik sedikit pun untuk turun.
"Lo mana sih? rumah lo sepi amat." Omel May dari sambungan telpon.
"Gue di sekolah" Ucap Mely tanpa rasa bersalah .
'Telek lo, kita dua udah mangilin lo di depan rumah, dan se enaknya aja, bilang di sekolah." Omel May dan langsung memutar arah jalan menuju mobil Lala.
"Jalan, la." Seru May dengan muka juteknya. "Hah?" Lala yang masih sibuk dengan rasa sakit di giginya tak terlalu mendengar kan apa yang dikatakan oleh May.
"Buruan jalan, lo piket kan?" Ucap May dengan tatapan lurus ke depan.
Tatapan Lala mengedar kesekitar, namun tak ada tanda-tanda sosok adanya Mely, "Mely mana?" tanya Lala bingung. "Dah pigi, 'biasa' Mely kan tukang lupa." Jelas May dan langsung mendapat anggukan kepala oleh Lala, setelah nya mobil pun mulai melaju.
"La."
May merogih tas sekolah miliknya dan tak lama kemudian memberikan sebuah kotak.
"Paan tuh?" Tanya Lala yang melihat sekilas kotak di depannya.
"Ponsel lo." Ucapan May barusan membuat Lala menjadi bersemangat, "Benerannn?" ucap Lala dengan sedikit menjerit. namun akhirnya ia kembali mengucap kan sempah serapah tentang tuyul apa yang menempel di giginya.
"Sakit." lirihnya. Ia meringis, tampak sekali sakitnya itu, wajah Lala saat ini benar-benar mewakili sakitnya.
"Makanya, dah tau sakit masih juga jerit jerit." saut May sambil menggeleng geleng melihat Lala di samping nya.
"Ponsel lo gak rusak, kok. cuma habis baterai doang, sama ganti anti gores, sekalian deh gue ganti aja kesingnya biar lengkap, kaya baru gitu" ucap May lagi.
"Syukur deh." batin Lala, ia takut jika kebanyakan ngomong malah bikin sakit gusinya. "Makakasih," ucap Lala yang bisa dibilang cuma dengan gerak mulut saja tanpa ada keluar suara. Lalu ia memeluk May dengan erat.
"Geli tau." Lala munyun saat mendapat toyoran di keningnya. "Gak asyik lo ah. " Kesalnya, lalu kembali meringis.
"Gak usah banyak ngomong, lo pokus aja ke depan, liat tuh jalanan dah mulai ramai jadi harus rada hati hati dah." Omel May yang melihat Lala seakan ingin menjawab setiap kata yang keluar dari mulut May.
Sesampai nya di parkiran sekolah, Lala tak langsung keluar, ia menyuruh May lebih dulu masuk ke kelas bersama Mely yang ternyata sedang menunggu kehadiran kedua nya.
May menghentikan langkah kakinya. "Bentar. si Lala piket, ntar dia di omelin lagi sama si Ayu." Sesaat ingatan tentang piketnya Lala membuatnya berbalik lalu mengetuk pintu mobil milik Lala.
Lala menyergitkan kedua dahi bingung, dan membuka kaca mobil miliknya. "Apaan!" tanya nya masih dengan tanpa suara.
"Lo piket, jangan lama." Peringat May mengingatkan.
"Tenang aja La, udah mely kerjain piketnya lo. Kita luan ya?" Setelah mengatakan itu Mely menarik tangan May dengan paksa menuju kelas.
"Syukur deh." Jelas Lala kembali membuka kotak pemberian May. Ia tersenyum melihat casing ponselnya yang sekarang, warnanya itu benar-benar membuatnya tersenyum.
Matanya membola "Gile. kok wallpapernya monyet sih, awas lo May, jerit Lala tanpa suara. dan langsung ingin menjerit memanggil namanya May. tapi ia urungkan ketika sadar gusi nya sakit, bahkan sekarang mungkin menjalar ke rahangnya.
Ryan yang baru saja memarkirkan mobil miliknya, tertegun saat melihat Lala dimobil yang tampak kesal, maklum saja Ryan sudah menyukai Lala bertahun tahun jadi ia sedikit banyaknya tau tentang Lala. Ia tersenyum melihat pemandangan di depannya ini, hal langka sekali.
Dengan liar tangannya mengambil ponsel di saku celana nya, dan tak memerlukan waktu lama, ia langsung menjepret jepret Lala tanpa ada izin dari Lala.
"Duh.. masih ada ya, model main selfi sembunyi sembunyi, bisa kena hukum pinada tuh kalo si objeknya gak terima. " Cerocos Sabrina yang baru saja keluar dari mobil Rey. Sejak tadi ia juga memperhatikan gerak gerik Lala.
Lala meringis saat mendengar suara Sabrina yang terdengar pahit di rasa Lala. "Kesambet tuh anak, masi pagi udah ngeluarin unek- unek." kesel Lala dan langsung keluar dari dalam mobil. Lala sengaja mengencangkan suara tutupan pintu mobilnya.
Ryan yang kesal atas kedatangan Sabrina dan Rey langsung terdiam saat Lala membanting pintu mobilnya. Apalagi berjalan ke arahnya. Apa yang akan terjadi jika di Lala mengetahui hal yang baru saja dilakukannya?
Lala tersenyum melihat Ryan, dan berubah sangar saat melihat Wajah Sabrina maupun Rey. Melihat mereka tuh, gimana ya, apes aja gitu.
Tanpa banyak gaya, Lala langsung menarik tangannya Ryan yang langsung di gandeng oleh nya. "Luan ya, tante bulu," Pamit Lala saat melewati dua orang yang selalu membuatnya kesal itu, tak lupa senyum tipis ia pancarkan.
"Apa lo bilang?" Kesal Sabrina yang ingin mengejar Lala namun urung ketika dicegah Rey. Sedang Ryan ia tampak belum berpikir atas apa yang dilakukan oleh Lala. Ia diam kaku saat Lala mengandeng tanyanya yang berharap jika hubungan dirinya dengan Lala sedikit meningkat.
"Yang.. liat tuh. Padahal Ana niatnya mau buat Lala marah karana si Ryan curi poto Lala. Tapi kok, malah buat mereka mangkin dekat sih?" Rengeknya dengan mengelut manja di lengan Rey.
Rey merasa aneh saat melihat Lala dan Ryan yang dekat, rasanya hatinya tersentil saat melihat itu. tapi kekesalan nya terhenti saat nana mengeliat manja di lengannya. Namun sepertinya kali ini berbeda ia merasa risih akan sikap Sabrina padanya.
"Na, jangan gini dong, mau gue makan?" tanya Rey sengaja menggoda. Ia mencoba melepaskan genggaman Sabrina.
"Mau, tapi nikahin gue dulu biar gak setengah setengah makanya." Setelah mengatakan itu Sabrina mulai berulah, kedua tangannya ingin memeluk Rey namun di tolak cepat olehnya.
"Kok gitu?" Tanya Sabrina heran. "Kenapa di tolak si?"
Rey menatap malas "Na lo balik luan ke kelas deh, gak enak diliat anak-anak." Jelas Rey. Sabrina tak perduli ia kembali mencoba memeluk Rey. Benar saja ia mendapatkan penolakan kedua kalinya. "Kenapa sih? " Cebiknya bertambah heran, bukannya tadi ia digoda mengapa sekarang tak merangsang apa-apa?
"Gue butuh sendiri?" Jelas Rey singkat. "Ada masalah ya?" Tanyanya yang tak puas akan jawaban Rey. Rey tersenyum tipis mendengar suara Sabrina. Ia mengguyar rambutnya
•
"Lala dengan cepat melepaskan genggaman tangannya dari lengan Ryan. "sorry" Ujarnya merasa bersalah.
"Untuk apa?" tanya Ryan dengan menautkan kedua alis bingung. "gue cuma pengen manasin dua pipet tadi. jadi sorry udah main pegang pegang lo, padahal belum tentu kan lo ngijinin." ucap Lala dengan suara yang nyaris tak terdengar.
"Sering-sering pun gak apa, gue malah senang" balas Ryan dalam hati. "Gak masalah, gue juga emang lagi kesel sama mereka." Balas Ryan. "Dan.. gue senang La. " Lala menyipit. "Seneng?" Bengongnya.
Ryan terkekeh. "Seneng, itu pertama kalinya lo gengam tangan gue." Jujurnya. Lah baper nih orang. Gak lagi deh, gue kepaksa tadi mah." Sering-sering buat mereka kesel, gue siap kok kapan pun, asal itu lo La." Tuh. tuhkan nih orang kenapa lagi si? Gak bisa sepertinya Lala harus cepat-cepat sampai ke kelasnya.
"Lo udah sarapan La? kalo belum giman.. " Lala buru-buru menjawab. "Udah, udah serapan kok." Kikuknya. Ia berusaha agar Ryan tak banyak mengajaknya berbicara.
"Oh iya lo kapan ada wak.. " Melihat Ryan yang terus banyak kata Lala langsung menghalangi langkah Ryan. "Gue masuk dulu." Pamitnya. Yang diangguki antusias oleh Ryan.
Lala kembali berbalik badan. "Makasih," Ujarnya setelahnya hilang dari balik pintu kelas. "Gue yang seharusnya makasih," Balas Ryan diiringi dengan wajah sumrigah. Ketika Lala sudah hilang dari balik pintu kelas, Ryan bersorak gembira mengepalkan kedua tangannya lalu diangkat dan mendorong kedua sikunya ke belakang, sambil berseru 'yes'berulang kali.
Mely melompat yang membuat suara tapak sepatu miliknya berbunyi nyaring. "Seneng banget tuh si Ryan, lo apain si La? Heboh Mely yang sudah memutar kursi kehadapan Lala dan May.
"Udah ke proses pdktan nih kayaknya. " Sambung May yang menopang dagu dengan kedua tangannya. "Cie.. cie.. pajak pdktnya jangan lupa. Minimal kebab, boba lah. " Goda Mely sambil menyentil pipi Lala. Lala melotot sambil menahan nyeri.
"Bege lo, orang lagi sakit gigi malah di cucuk." jelas May yang tertawa saat melihat Mely yang langsung di sembur oleh Lala. Tuh kan, apa juga gue bilang, Lala tuh galak lo. "Tahan La, jangan sampai tambah nyeri" Peringat May.
"Lo juga," Kini Lala beralih ke May. May yang melihat wajah galak Lala langsung berubah menjadi kikuk. "Ya. Gu.. gue k-kenapa? tanya nya takut-takutan.
Lala meraih ponsel di sakunya. "Ini apaan?" Sodornya yang menyodorkan ponsel nya tepat di depan wajah May. "Haha .. ini, mirip lo sih kalo lagi marah. " Jelasnya yang baru tersadar akan ucapannya. "Eh, gak gitu. " May berusaha menjelaskan sedang Mely tampak cekikikan.
Lala memcodongkan wajahnya, sambil menaikan alis sebelah ."Ulah lo kann?" tanya Lala yang langsung membuat May terdiam. Mely kembali tampak merdeka, bahkan suara tawanya kian terdengar. sepertinya May sadar jika ia sedang masuk ke perangkap buatan Mely. "Awas lo. "Peringat May tanpa suara, matanya melotot membuat Mely makin suka melihat kebohongan may. .
Dengan sedikit keberanian "Liat belakang deh La!" May yang awalnya melihat muka menangnya Mely saat ia lagi tertekan seperti saat ini, tuh kan rasain lho gimana rasanya tersudutkan persi Lala.
"Kenapa lo ketawa, ngetawain gue ya?" tanya Lala dengan penuh emosi. "Aduh La, bukan lo yang gue ketawa in tapi noh si May."Tunjuk Mely dengan sengaja ia menunjuk May dengan mulut nya.
Lala memcebik. "Ih.. gak May gak lo, sama sama ngeselin deh jadi temen."Kesalnya yang melihat Mely yang berdiam bingung juga May yang diam tanpa suara.
"Lo sih pake ejek-ejekan segala, jadi marah kan si Lala." May melewati Mely begitu saja.
"Enak aja, uda jelas lo yang bikin masalah tapi kok malah gue yang kena imbasnya, " Saut Mely yang sengaja menabrak May di depan nya. May meringis. Setan lo, batinnya memaki.
"Ta*k lo Mel." May dan Mely terus beradu mulut, jika keduanya sudah seperti ini benar -benar membuat Lala pusing, selain berisik, heboh, dan yah mereka bisa saja menjadi bahan obrolan bagi siapa saja yang melihatnya.
"Udah."Peringat Lala, namun dihiraukan begitu saja. Lala berdecak kesal "Berisik lo dua." Kesal Lala yang berjalan melalui kedua temannya. "May dan Mely mengejar Lala yang menuju ke kantin.
"La, tapi udah bel, masa iya lo mau kekantin?" tanya Mely yang merasa heran. Lala menjawab dengan memandangi Mely sekilas dan mempercepat langkah kakinya. Siapa coba yang mau ke kantin?
May kembali membalas tabrakan bahu beberapa menit yang lalu. "aha.. bau bau di kacangan nih." Usil May yang bersuara tepat di telinga Mely yang langsung berlari mengejar Lala. "Bege, pekak kuping gueee." Jerit Mely dan langsung berniat membalas ulah May.
"Ceritanya kita nih, mau bolos kelas gitu?" tanya May yang sudah makan bakso melar di depan nya. Lala menaikkan menaikan kedua bahu tanda tak tau. 'Lala, orang yang beberapa menit lalu menolak ke kantin kini ialah yang membawa mereka sampai ke kantin.
"Cuekin terus. Masa kita di kacangin mulu," Kesal Mely yang merasa risih atas tingkah Lala padanya.
Lala menghela nafas berat, dan memandangi kedua temannya "Gue lagi sakit gigi, sory bawaannya emosi aja, gue bukan niat cuekin kalian pada, cuma malas ngomong aja, ini nih masalahnya gigi gue sakit, gusinya denyut rahang juga ikutan nih. " Jelas Lala, ia kembali meraih ponselnya.
...katany pdkt-an mereka, percaya gk nih? ato cuma perasaan Ryan seorang saja? yang menunggu cinta dari Lala...
...Itutuh benih rival yang diam 2 ketawa sambil natapin layar bergambar Lala. Ketahuan yah...
Tim Lala
Tim Rey
Tim Ryan
hai. hai.. tinggalin jejek ya kak
...harap di perhatian, terdapat typo komen ya ya,...
^^^Bay..^^^
^^^Bay^^^
...sayang kalian semuanya...
...🙋🙌 😘😍...
spam min mereka dong
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments