Egi melajukan mobilnya membelah jalanan sepi. Tapi, Egi melihat ada sekelompok lelaki memakai pakaian rapi sedang memaksa seorang perempuan untuk masuk ke dalam mobil.
Naluri seorang lelaki dari Egi muncul. "Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Egi yang sudah berdiri di belakang mereka.
"Mereka mau menculik saya Tuan." teriak perempuan tersebut sambil meronta ingin di lepaskan. Lantaran kedua tangannya di pegang erat oleh kedua lelaki di sisi-sisinya.
Seorang lelaki, yang jika dilihat sekilas nampak jika dirinya adalah pimpinan dari kelompok tersebut maju dan berbicara dengan sopan pada Egi.
"Maaf, kami di perintahkan oleh majikan kami untuk membawa putri beliau kembali ke rumah." ucapnya. Dia melihat penampilan Egi. Dan dia pasti sudah bisa menebak jika Egi juga bukan orang yang mudah di sentuh.
Maka dari itu, dirinya tidak ingin menggunakan kekerasan untuk mengusir Egi. Yang mana, malah akan menambah masalah baru untuknya. Dan pastinya, Tuannya juga tidak akan menyukai cara kerjanya.
Pria tersebut mengeluarkan kartu namanya. Menyodorkan pada Egi. Tangan Egi terulur mengambil kartu nama tersebut. Di bacanya tulisan yang terdapat di kartu nama tersebut.
"Jangan percaya. Mereka penipu. Tolong." teriaknya. Egi melihat jas yang di pakai perempuan itu adalah jas miliknya. Yang berarti, perempuan di depannya yang telah memeluknya sewaktu di bar tadi.
Egi tersenyum, mengembalikan kartu namanya pada sang empunya. "Baiklah, lebih baik saya akan menelpon polisi. Bukankah akan adil." ucap Viki.
"Biar semua ini menjadi urusan pihak kepolisian. Mereka lebih berwenang. Dan saya yakin, mereka lebih paham situasi seperti ini." Viki mengeluarkan ponsel. Berpura-pura ingin menelpon polisi.
Namun lelaki di depannya masih diam. Seakan tidak peduli jika Egi menelpon polisi.
"Apa, menelpon polisi. Sama saja, aku pasti akan tetap di pulangkan." batin perempuan tersebut.
"Tunggu." teriak perempuan tersebut. Memandang Egi dan lelaki di depannya dengan pandangan tidak suka.
"Kenapa? Seharusnya kamu berterimakasih, saya sudah mau menolongmu." ucap Egi. Perempuan tersebut memandang tajam ke arah Egi. Entah apa yang ada dalam pikirannya.
"Nona Lily, sebaiknya kita segera pulang. Tuan dan Nyonya sudah menunggu." ucap lelaki tersebut dengan sopan.
"Lepaskan. Sakit." serunya. Lelaki paruh baya tersebut memberi isyarat untuk melepaskan tangan Nona mereka. Dan Egi, dia tersenyum.
"Nona." geramnya, saat perempuan bernama Lily hendak lari. Tapi segera lengannya di cekal oleh orang suruhan papanya. Bibir Lily cemberut. Bahkan jika di kuncir, pasti akan terlihat lucu.
Egi memandang mobil yang menjauh dari pandangannya. "Ada-ada saja kelakuan orang kaya." batinnya segera meninggalkan tempat tersebut.
Di sebuah rumah bak istana megah, seorang perempuan berjalan dengan gontai. Di belakangnya ada dua lelaki yang mengikuti dirinya.
"Lily,,,, sayang." teriak Nyonya Tya. Mama dari Lily, beliau begitu senang melihat anaknya kembali ke rumah.
"Bagaimana kabarmu sayang." keduanya saling berpelukan.
Semenjak Lily mendengar jika dirinya akan di jodohkan dengan lelaki pilihan papanya, dia melarikan diri dari rumah.
Tapi pelariannya selalu gagal. Dengan mudah orang suruhan Tuan Ardes, papanya Lily dapat menemukannya dengan mudah.
"Kakak kurang jauh larinya. Makanya ketangkap lagi." celetuk seorang perempuan tak kalah cantik dari Lily yang sedang berdiri di ujung tangga.
Tampak anggun dengan balutan dress simpel di tubuhnya. Berbeda dengan Lily, yang senang memakai kaos dan kemeja. Dengan celana jens panjang. Yang terkesan tomboy.
Dia adalah Lila, adik dari Lily. Mendengar suara teriakan sang mama, dia segera keluar dari kamar. Pasti kakaknya yang bandel sudah pulang. Itulah yang ada dalam benaknya. Dan semua ternyata benar adanya. Mama dan kakaknya saling berpelukan.
"Kenapa tidak Lila saja." ucapnya menatap ke arah sang adik yang berjalan mendekatinya.
"Mana bisa. Kakak lebih tua. Jadi kakak dulu yang menikah." ucapnya beralasan. Padahal dirinya juga tidak mau di jodohkan oleh sang papa. Sama halnya seperti Lily.
"Tua, tua. Hey, kita hanya berbeda dua tahun." sahut Lily tidak terima dikatakan tua oleh sang adik.
"Diam, papa kalian datang." ucap Nyonya Tya mendengar suara sepatu.
"Tajam sekali pendengaran mama." celetuk Lily, dan langsung mendapat pukulan kecil di pantatnya oleh mamanya.
"Pa." sambut Nyonya Tya saat suami pulang. Segera beliau menghampiri sang suami. Sebelum Tuan Ardes, suaminya mendekat kepada kedua putrinya.
"Papa jangan berbuat kasar. Awas ya." bisik Nyonya Tya sambil memeluk suaminya. Memperingatkan.
"Sudah capek?" Tuan Ardes memandang tajam ke arah Lily.
"Belum." jawab Lily dengan santai. Sontak mendapat pelototan mata dari mamanya.
"Pa, Lily tidak mau di jodohkan. Kenapa tidak Lila saja." ucap Lily, membuat mata Lila membulat seketika. Bisa-bisanya kakaknya berkata demikian. Sumpah, ingin sekali Lila membungkam mulut kakaknya dengan kain.
"Kakak, mana ada Lila menikah dulu. Sementara kakak belum menikah. Apa kata orang nanti." kilah Lila dengan cerdiknya.
"Kenapa harus memikirkan kata orang. Kakak tidak keberatan jika kamu menikah terlebih dulu." Lily merangkul pundak Lila. Meremas pundak sang adik.
"Kakak jangan bercanda. Pasti nanti orang berpikir, jika Lila tidak punya sopan. Punya kakak perempuan, tapi menikah lebih dulu. Lila takut jika sampai ada yang bilang, kakak nggak laku. Makanya Lila yang menikah dulu." jelas Lila panjang kali lebar.
Tak mau kalah, Lila juga merangkul pundak sang kaka dan mencengkeramnya.
Nyonya Tya menggelengkan kepala melihat mereka berdua. Selalu saja bertengkar. Dan tidak pernah akur. Tapi sebenarnya mereka saling menyayangi.
"Kalian berdua tenang saja." ucap sang papa. Membuat Lily dan Lila meregangkan cengkeraman mereka masing-masing. Dan saling pandang.
"Papa juga akan carikan lelaki untuk kamu. Lila." ucap Tuan Ardes dengan tenang. Membuat Nyonya Tya menepuk pelan dahinya. Bisa-bisa kedua putrinya akan kabur dari rumah bersama.
"Papa. Lila masih kecil." ujar Lila.
"Umur kalian tidak terpaut jauh. Sudahlah, papa capek. Papa ingin istirahat." Tuan Ardes melangkahkan kakinya ke dalam kamar. Diikuti sang istri dari belakang.
"Apa!!" seru Lily saat Lila memandangnya dengan tajam.
"Ini semua karena kakak."
"Loh."
"Kenapa kakak mesti berkata seperti itu."
"Seperti itu bagaimana?" tanya Lily masa bodo. Segera Lily pergi ke kamar. Mengunci pintu kamar dari dalam. Tidak ingin jika sampai Lila masuk ke dalam kamarnya. Bisa-bisa dia tidak akan tidur malam ini.
"Semua ini gara-gara lelaki itu." gumam Lily teringat dengan Egi. Dirinya menyalahkan Egi karena dia tidak menolongnya.
"Coba saja, dia membawaku pergi. Pasti aku tidak akan berada di rumah ini sekarang." keluhnya.
Lily teringat jika dirinya masih memakai jas. Segera dia melepaskan jas tersebut. Memandang ke arah jas. Mengingat sosok lelaki yang menolongnya di bar. Tiba-tiba senyum jahil terukir di bibirnya.
"Bukankah mereka orang yang sama. Mengapa aku tadi lupa." Lily sepertinya masih mengingat jika Egi pula yang di peluknya saat di dalam bar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Siti Orange
Lily Jodohnya Egi
2022-09-29
1
Ceethra DeeNa
SeMangatttt Up Kakkk
2022-06-15
3