Egi memutuskan untuk tidak datang ke acara pernikahan Ella dan Vano. Hatinya pasti belum bisa sekuat baja menyaksikan perempuan yang di cintanya menikah dengan lelaki lain. Selain dirinya.
Lagi pula dia tidak ingin bertemu dengan Vano. Calon suami Ella. Pasti Vano akan mengejeknya. Dan memandang rendah padanya. Karena mereka pernah berseteru karena Ella.
"Maaf Ma, Egi tidak bisa pulang. Egi lagi banyak pekerjaan. Bilang sama Ella. Egi minta maaf." ucap Egi beralasan saat sang mama menghubunginya.
Menanyakan pada dirinya. Apakah akan pulang dan menghadiri acara pernikahan Ella atau tidak. Perempuan yang juga Nyonya Tiwi pernah harapkan untuk menjadi pendamping sang putra, menjadi menantunya.
"Bertemu dengan Vano. Ckk,,, lelaki menyebalkan sedunia. Kenapa Ella mesti menikah dengan dia."
Dengan tiba-tiba pintu di buka dari luar. "Kenapa?" tanya Ditya yang selalu masuk ke ruangan Egi tanpa mengetuk pintu terlebih dulu.
"Mikirin pekerjaan." ucap Egi beralasan.
Egi tidak mungkin menceritakan masalahnya pada sahabatnya ini. Lantaran Ditya termasuk orang yang sedikit eror dalam pemikiran. Pasti dia kan memberikan saran yang tidak baik untuk Egi.
Misal dia mengerti, pasti dia menyuruh Egi untuk merebut Ella. Dan dengan senang hati dirinya akan membantu. Sabahat menyesatkan.
Ditya memang terkenal karena sering berganti pasangan. Dan pasangannya selalu perempuan dari kalangan atas. Bahkan mereka adalah perempuan kaya dan dari keluarga ternama.
Padahal sudah santer berita tentang Ditya, sang casanova sejati. Tapi anehnya, tetap saja para kaum hawa dengan senang hati berkencan dengan pria tersebut.
"Heh,,, sekertaris kamu semakin cantik dan seksi." celetuk Ditya yang melihat Selly di meja kerjanya. Meski memakai pakaian tertutup, tapi Selly masih memakai pakaian sedikit ketat. Memperlihatkan lekuk tubuhnya.
"Jangan macam-macam." ucap Egi melempar pena ke arah Ditya. Tapi dengan mudah Ditya tangkap.
"Kamu menyukainya?" tanya Ditya.
"Tidak. Tapi jangan dia. Kasihan. Lagi pula dia bukan perempuan yang berasal dari kalangan atas." ujar Egi takut jika sekertarisnya akan menjadi buruan Ditya selanjutnya.
Meski Egi juga tidak tertarik sama sekali dengan sekertarisnya, tapi dirinya juga tidak ingin Ditya mempermainkan Selly.
"Seksi." Ditya menggunakan pena yang baru di tangkapnya untuk mencoret kertas di atas meja kerja Egi. Menggambar badan perempuan dengan dada besar, perut rata, dan pantat besar. Dan tanpa kepala. Hanya badannya saja.
Dan tak lupa, Ditya menambah tanda bulat kecil di bagian dadanya yang besar. Sungguh, pemikiran yang sangat amat mesum.
Segera Egi menyambar pena di tangan Ditya. Takutnya jika kertas yang di coret Ditya adalah kertas penting.
"Ditya...!!!" geram Egi.
"Aku pergi dulu. Da..." segera Ditya meninggalkan ruangan Egi. Dengan santai, merasa tidak bersalah dan berdosa. Karena terlihat Egi sudah mengeluarkan taringnya. Dan pasti sebentar lagi akan mengeluarkan tanduk.
Dan ternyata benar, kertas yang di coret Ditya adalah kertas penting. Egi memegang kepalanya. "Ditya, sungguh. Kamuuuu." geram Egi kesal.
Dipanggilnya Selly. "Buat yang baru." Egi menyerahkan kertas yang di coret Ditya pada Selly.
Selly menajamkan penglihatannya saat selembar kertas sudah berada di dalam tangannya. Memandang kertas dan Egi bergantian. Pasti tahulah, apa yang ada di pikiran Selly.
"Itu bukan kerjaan saya, Ditya yang melakukan." Egi berbicara dengan menunduk. "Cepat keluar, dan ganti yang baru." seru Egi. Dirinya sungguh di buat malu dengan kelakuan sahabatnya tersebut di depan sekertarisnya.
Hancur sudah imej dingin dan ceuk yang selama ini ditunjukkan oleh Egi. Hanya karena secarik kertas, dimana di atasnya terdapat sebuah coretan tangan, maha karya dari Ditya.
"Permisi Tuan." Selly segera keluar dari ruangan Egi dan membuat laporan yang baru. Pasti Egi sangat malu. Lagian Ditya ada-ada saja.
"Ternyata Tuan Egi mesum juga." batin Selly mendaratkan pantatnya di kursi kerja miliknya.
Kembali Selly memandang gambar coretan tangan di kertas tersebut. "Montok dan seksi." gumam Selly tersenyum geli. Memainkan bibirnya dan pena di dahinya.
"Sebenarnya apa yang di pikirkan Tuan Egi. Jangan-jangan." Selly cekikikan sendiri, menebak apa yang ada dalam pikiran atasannya tersebut.
"Khemm, kerja yang benar." tegur Egi, tanpa Selly sadari, Egi sudah berdiri di depan meja kerjanya.
"Iya Tuan." segera Selly meletakkan jari jemarinya di atas keyboard komputer.
Kepala Selly menengok pelan. Memastikan atasannya sudah berjalan menjauh dari meja kerjanya. "Hufffftttt." Selly menyandarkan badannya ke kursi.
"Sejak kapan dia ada di sini. Kenapa aku tidak menyadarinya." gumam Selly, karena Selly terlalu fokus dengan pikirannya pada gambar di atas kertas tersebut.
"Jangan-jangan Tuan frustasi. Ditinggal kekasihnya menikah. Eh tunggu, mantan kekasih." tebak Selly, menatap kembali selembar kertas bergambar badan perempuan seksi.
Segera Selly menyelesaikan pekerjaannya. Dirinya takut jika Egi kembali, sementara dirinya belum menyelesaikan pekerjaannya.
Egi dan Beni meninggalkan perusahaan. Mereka meluncur menuju tempat, dimana mereka akan menemui rekan kerja mereka.
"Bagaimana dengan perusahaan kita di sana?" tanya Egi pada Beni yang sedang menyetir.
"Sangat baik. Masih seperti sebelumnya, sebelum kita berada di sini Tuan. Nyonya Tiwi sangat bisa di andalkan." puji Beni pada mama dari atasannya.
"Mama. Satu-satunya perempuan hebat dalam hidup ku." Egi teringat saat dirinya masih kecil. Dan selalu di tinggal bepergian oleh sang mama.
Tapi karena sudah terbiasa, dan juga sang mama memberitahunya tentang pekerjaan yang dilakukannya. Egi tidak pernah keberatan atau mengeluh.
Meski terkadang dirinya merasa iri dengan temannya. Yang selalu bisa di temani oleh mama mereka.
Ciiiittttzzz.....
"Bennn.." seru Egi kaget. Di saat dirinya sedang membayangkan masa kecilnya yang suram. Beni, sang asisten justru mengerem mobil secara mendadak.
Beruntung Egi dengan cepat memegang kursi di depannya. Sehingga badannya tidak terbentur dengan kursi di depannya. Karena posisi Egi sekarang, berada di kursi belakang.
Tapi laptop yang berada di pangkuannya, meluncur bebas ke bawah. Egi mengulurkan tangan mengambil laptop tersebut. "Hufftt..." Egi menarik nafas dalam-dalam, mengeluarkannya secara perlahan.
"Maaf Tuan, ada orang yang tiba-tiba menyeberang." ucap Beni memandang seseorang yang semakin menjauh dari mobil mereka.
Egi pun juga melihatnya. Seseorang memakai jaket basar, menutupi seluruh badannya. Apalagi topi di jaket tersebut di tutupkan di kepalanya. Dan dia juga memakai celana besar. Entah dia seorang lelaki atau perempuan.
Tak lama setelah orang itu tak terlihat, ada beberapa orang lelaki memakai setelan jas dengan rapi melintas di depan mobil mereka. Sepertinya mereka sedang mencari sesuatu.
"Pasti mereka mencari orang tadi." celetuk Beni sok tahu.
"Dasar, sok tahu. Jalan." ucap Egi.
"Tuan, apa kita perlu menolongnya?" tanya Beni aneh, yang membuat Egi menajamkan penglihatannya ke tempatnya duduk.
Tanpa bicara lagi Beni melajukan mobilnya ke tempat tujuan mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments