kadang-kadang, Yuli khawatir dengan jimin. Dia tahu Jimin punya banyak perkerjaan yang sebenernya sangat susa untuk di tinggalkan, tetapi Jimin masih menyempatkan diri untuk mengurus keperluan yuli. Yuli khawatir akan membebaninya. Dia sudah berusaha menyakinkan Jimin bahwa dirinya bisa melakukan sendiri Jimin hanya perlu memberikan kunci rumahnya pada yuli. Namun, dia bersikeras karena sangat tidak ingin membuat yuli mengangkat barang-barang berat saat pindah.
"Kenapa sangat sepi? Dia mana Ahjumma?" Yuli bertanya tentang asisten rumah tangga paruh baya yang rajin membukakan pintu.
"Tidak di sini lagi."
"Dipecat?" tebak yuli spontan.
Jimin baru meletakan koper yuli dan terkekeh. "Tentu saja tidak. Aku memintanya beristirahat sejenak, kudengar anaknya sudah akan masuk sekolah. Dia selalu gelisah dan kurang konsentrasi dalam kerjaan. Mungkin juga dia punya masalah lain. Kurasa dia perlu waktu." Setelah meletakan koper, Jimin mendekati yuli, mengulurkan tangan untuk mengusap bahu kanannya. "Kau tenang saja, aku akan mencari asisten pengganti. Aku tidak bermaksud membuatmu mengambil alih perkerjaan rumah."
Sejujurnya, yuli tidak berpikir demikian. Dia malah berpikir bahwa Jimin tidak akan mencari asisten rumah tangga baru karena ini bisa dijadikan kesempatan untuk waktu privasi Mereka berdua.
"Aku juga bisa mengerjakan beberapa perkerjaan rumah. Tidak perlu mencari asisten baru." Akhirnya yuli mengatakan ini.
Yuli lihat Jimin mengerutkan kening, seperti sedang mempertimbangkan sesuatu. pada akhirnya, dia menarik napas lalu berkata, "Mari membicarakan ini lain waktu. Aku masih punya beberapa hal yang harus kukerjakan malam ini. Kita bisa mencari waktu yang tepat untuk diskusi tentang hal-hal seperti ini. Tidak apa-apa,kan?"
Yuli hanya mendengarkan dan mengangguk dengan penjelasan yang ada. Tanpa sadar yuli menguap karena memang ini sudah malam meskipun belum terlalu larut. selang beberapa detik, dia lihat Jimin terkekeh samar, lalu tangannya yang semula di bahu yuli kini mengusap kepala yuli dengan lembut.
Yuli jadi gugup dan malu sendiri karena saat menguap tadi, Dia benar-benar sangat spontan. "Maaf, efek obat. Aku jadi cepat mengantuk."
"Aku tahu, tapi, sebelum kau tidur..."Jimin secara perlahan menarik yuli ke dalam pelukannya. Rasanya hangat dan sangat nyaman. Dia selalu suka setiap kali menghirup aroma parfum Jimin dari sela-sela leher Jimin. "Aku ingin seperti ini."Jimin sangat hati-hati, tak ada tekanan, sangat lembut, seolah tubuh yuli adalah benda yang mudah pecah. Mungkin dia masih takut dengan bekas operasi yuli.
Selama beberapa detik dalam pelukannya, yuli menyadari satu hal yang justru membuatknya sedih. Jimin punya kebiasaan memeluknya seperti saat dia akan pergi.
"Oppa, kau akan pergi malam ini?" tanya yuli masih bersandar dalam pelukannya.
Mata yuli memejam, merasakan Jimin menarik napas, lalu mengangguk samar. "Aku meninggalkan beberapa perkerjaan tadi. Aku harus menyelesaikan sebelum tengah malam."
"Tidak bisakah dikerjakan di rumah saja?"
"Yuli..."Jimin mengurai pelukannya. tatapannya tampak sedih karena melihat yuli sedikit cemberut. "Aku janji, besok saat kau bangun, kau akan melihatku di sampingmu." kedua tangannya menangkup kedua pipi yuli. Tatapannya membiasakan kehangatan yang nyata.
Yuli membalas dengan senyum tipis. "iya. Aku tidak apa-apa."
Jimin menyunggingkan senyum lebar, lalu mendekatkan wajahnya. ibu jarinya mengusap bibir bawah yuli. Dia sudah bisa menebak bahwa sebuah ciuman lembut akan mendarat di bibirnya
ini bukan ciuman pertama mereka, bahkan sebelum mereka menikah, mereka sudah beberapa kali berciuman. yuli dan Jimin seperti dua kutub magnet positif dan negatif. Ketika bertemu, mereka berdua akan saling menarik satu sama lain.
Yuli selalu suka setiap kali Jimin menarik pinggang yuli agar merapat pada dirinya. Caranya mencium yuli yang tak pernah terlalu memaksa. Dia suka bibir Jimin, yuli suka bagaimana aroma saat berciuman yang selalu di bawanya pada momen mereka. yuli menyukai juga saat Jimin memberi jeda untuk ciuman. Mereka hanya untuk saling menatap selama beberapa detik, lalu tersenyum, sebelum akhirnya menciumnya lagi.
"Op_" ucapan yuli terputus oleh ciuman Jimin lagi. yuli bermaksud menghentikannya karena dia pikir ini sudah terlalu lama dan ritmenya jadi berbeda.
Ada gairah yang terasa. Tidak sekarang. Yuli lantas memberanikan diri untuk mengalihkan wajah ke samping hingga bibir Jimin berakhir di pipinya.
Detik itu seperti membeku. Mereka sama-sama mengatur napas. Bisa yuli rasakan, Jimin yang paling bekerja keras untuk mengatur deru napas dan degup jantungnya. sementara, yuli tidak bisa menahan pipinya yang panah karena malu.
satu tarikan napas panjang Jimin terdengar bersamaan dengan gerakannya menjauhkan dirinya. " Aku_" Jimin mengusap belakang kepala yuli. "Aku harusnya mengendalikan diri."
Yuli juga mengatur napas dan berusaha tenang. Dia mencoba tersenyum. "Bolehkah aku tidur sekarang?" yuli menggigit bibir bawah sambil memejam malu. Dia takut Jimin akan menertawakan dirinya.
Jimin malah berdehem. Sepertinya dia juga salah tingkah. "Tidurlah, aku akan pergi jika kau sudah masuk ke kamar."
Seketika aku mengangguk, kemudian sedikit membungkuk dan segera melangkah menuju kamar. Aku segera menutup pintu, menyandarkan punggungku di pintu sambil memegang dada.
Ah, nyaris saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments