Namun, Dokter Chu mengangguk. "Dengan menikah, kemungkinan besar akan ada kesempatan hamil. pada masa itu,a regenerasi pada payudara akan lebih cepat, karena kau akan menyusui. Itu cara terbaik."
Yuli menelan ludah saat mencerna kalimat itu. "Yang benar saja, dok? Aku masih sangat muda. Aku tidak mungkin menikah. Apalagi hamil?"
"Kau punya kekasih? Jika iya, mungkin kalian bisa mulai mencoba membicarakan hal ini, demi kesehatanmu."
Yuli menghela napas berat, semakin frustrasi. Masalahnya dia tidak punya kekasih. Dengan siapa yuli akan menikah?!
Sejak saat itu, dia jadi bimbang dan terus memikirkan ucapan Dokter Chu. Operasi? Terdengar mengerihkan. Menikah? Tidak mungkin.
Saking sibuknya dengan pikiran, yuli sampai tak sadar ada orang mengendarai motor kencang keluar dari tempat parkir dan menyerepet yuli sampai jatuh. Tangan dan kakinya terlukah sampai berdarah setelah bergesekan dengan permukaan jalan yang kasar.
Orang yang mengendarai motor turun untuk meminta maaf berkali-kali dan membantu yuli berdiri. Bersamaan dengan itu, seorang wanita berjas dokter berjalan cepat menghampiri mereka
"kamu terluka."
"Tidak apa, kok. Terima kasih." yuli menolak dengan sopan.
"Aku tidak bisa membiarkanmu pergi dengan seperti ini. Ayo kuantar ke dalam dan membersihkan lukahmu."
Untuk sekian kali, pengendara itu menunduk minat maaf sampai yuli berjalan diantar dokter wanita itu masuk lagi kerumah sakit.
Dari sanalah semua berawal pertemua yuli dengan Dokter rosa, ibu Jimin. Dia, Dokter Rosa, mengobati lukanya. Mereka terlibat obrolan basa-basi sebentar selama dia membersihkan luka yuli dengan alkohol. Dia bertanya, mengapa yuli ada di rumah sakit. Awalnya, yuli ragu mengatakan padanya. Namun, akhirnya yuli ceritakan bahwa dia baru saja memeriksakan dirinya. Dia menatap yuli terkejut.
"Aku punya teman yang mengabdi di organisasi untuk saling berbagi?" Dokter Rose menawarkan dengan tersenyum.
"Aku akan memikirkannya. Terima kasih sebelumnya."
Mereka menjadi dekat sejak saat itu. Setiap pagi ke rumah sakit untuk pemeriksaan dan konsultasi dengan Dokter Chu, yuli bertemu dengan dokter Rosa di jam istirahat untuk mengobrol. kebetulan, Mereka memiliki banyak kesamaan sehingga lebih mudah akrab. Dia senang mengabdikan diri di wilayah-wilayah berkonflik. Yuli pun sebenernya tertarik dengan kegiatan sosial di wilayah-wilayah berkonflik.
Suatu saat, yuli menemaninya makan di kafetaria. Dia menceritakan soal pengabdiannya di sebuah wilayah yang mana terdapat banyak anak kapalan. Aku mendengar dengan sangat antusias. Dia sempat bertanya tentang perkembangan penyakit yuli.
"Sebenernya, Dokter Chu menyarankanku untuk menikah," aku berucap blak-blakan, lalu tertawa menganggap itu lucu.
"Oh, kau sudah punya kekasih, ya."
Aku menggeleng pelan. "Tidak. Aku tidak punya."
"Padahal, kau cantik, pintar dan baik." Dokter Rosa tersenyum.
"Mau kukenalkan dengan putraku? Dia sangat sibuk sampai tak punya waktu untuk diriku sendiri, apalagi mencari istri. Padahal, Aku sudah ingin punya menantu."
Yuli hanya menganggap dokter Rosa sedang bercanda, Dia tertawa. Obrolan mereka terputus ketika seorang lelaki berkemeja dengan dasi agak longgar yang di bungkus jas, berjalan terburu-buru mendekati yuli dan Dokter Rose.
"Aku padahal baru akan pergi meting saat membaca pesanmu," sergah lelaki itu. "Ini." Dia mengeluarkan tas plastik. "Bagaimana kau bisa melupakan bajumu sendiri di mobilku?"
Dokter Rosa tampak tersenyum dan berdiri sambil mengusap wajah lelaki itu dengan penuh kasih sayang. "Maaf sudah membuatmu repot. Bagaimana meetingmu?"
"Aku meminta di wakilkan. Kalau sudah menyangkut ibuku, aku akan meninggalkan apa pun demi kau."
Dari sanalah yuli tahu bahwa lelaki itu adalah putra Dokter Rosa yang baru saja diceritakan pada kepadanya.
"Kau sudah makan siang?" Tanya dokter Rosa. "Mama sedang makan bersama Yuli. Mau bergabung?"
"Oh, ini pasienmu?" Lelaki itu memandang yuli dan menunduk sopan.
"Dia bukan pasienku." Dokter Rosa menatap yuli. "Yuli kenalkan, ini orang yang baru saja kuceritakan padamu."
Yuli tak tahu harus bagaimana selain perlahan berdiri dan mengulurkan tangan. Tiga detik setelahnya, Dia mengutuk dirinya karena mengulurkan tangan lebih dulu.
"Apa yang terjadi padaku? aku tidak bisa menurunkannya begitu saja." pikiran yuli.
saat lelaki itu masih bingung menatap yuli dan ibunya secara bergantian. Sampai akhirnya, dia disenggol oleh ibunya dan seketika menyambut uluran tangan yuli
"Aku, park Jimin," ucapnya sambil tersenyum.
yuli mengangguk."Yuli."
Saat tangan mereka bersentuhan, waktu seakan berhenti. Dunia yuli seakan terpusat padanya. Mereka tak sadar jabat tangan mereka berlangsung selama tujuh detik.
Sampai akhirnya, dehaman Dokter Rose membuat mereka berdua menyudahinya. Kini, yuli yang merasa malu.
Jimin juga tampak canggung. Mereka berdua sesekali saling menatap dan melempar senyum. Jantung yuli berdetak kencang saat mata Jimin menatap yuli dengan sorot berbeda. Seperti meneliti atau mengagumi? Entahlah.
Yuli sampai menunduk dan menatap jari-jari tangannya yang saling meremas satu sama lain. Di sanalah awal dan alasan kenapa pernikahan itu terjadi. Senyum sialan itu. Pesona dan auranya, juga kesehatan yuli semuanya adalah awal Jimin berhasil menembus hatinya.a
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments