Yuli sudah menikahi dengan park jimin.
Dua Minggu mas pendekatan yang berjalan sebagaimana mestinya. Meskipun Mereka tidak punya banyak kesamaan yang sama, Jimin adalah penyeimbang yang baik.
Mungkin, karena dia jauh lebih dewasa dari yuli. Tak bisa dihitung berapa kali dia mengalah untuk yuli. Seperti saat mereka pergi menonton. Jimin tidak terlalu menyukainya genre komedi, tadi dia mengalah karena melihat yuli sangat ingin menonton itu.
Jimin masih berusia 39 tahun, mendekati kepala tiga. Yuli 21 tahun. Perbedaan usia yang lumayan. Jadi, yuli manggil Jimin dengan sebutan Oppa. Jimin sebenernya tidak mengharuskan itu. Dia membolehkan memanggil namanya saja. Namun, yuli ingin menghargainya, seperti dia menghargai dirinya
Jimin lelaki yang tidak pernah pelit tersenyum. Dia menceritakan tentang dirinya yang juga anak tunggal. ayah dan ibunya bercerai saat dia masih berusia empat tahun. ayahnya menikah lagi dan Jimin memilih tinggal bersama ibunya. Meskipun begitu, Jimin tetap menjaga hubungan baik dengan ayah dan dua saudara tirinya.
Saat pernikahan berlanjut, yuli dikenalkan oleh kedua saudara tiri laki-lakinya. Mereka seusia denga yuli. Mereka hanya berkenalan basa-basi. yuli perhatikan Jimin juga tidak terlalu dekat dengan kedua saudara tirinya, mereka hanya mengobrol seadanya.
pernikahan yuli dan Jimin benar-benar di percepat karena operasi yuli tidak bisa di tunda. Dokter Rosa membantu membicarakan semua ini pada pama dan bibi yuli hingga membuat pihak keluarganya pada akhirnya bisa menerima semua ini. padahal, yuli sudah bilang bahwa sebaiknya operasi dijalankan terlebih dulu, baru pernikahan. Namun, pertimbangan lainnya adalah Dokter Rosa akan bertugas keIndia bulan depan, jadi dia sangat ingin menyaksikan Jimin menikah. dia sangat ingin pergi dengan lega karena melihat anaknya sudah menikah. Dokter Chu juga memberi yuli obat untuk menekan perkembangan selnya. Jadi, semua akan baik-baik saja. Apalagi benjolan yang ada di dalam tubuhnya ini masih terbilang jinak.
Marga yuli kini berubah dari Kim menjadi park. "Bagaimana keadaanmu?"
Yuli terperanjat dari lamunannya, tak menyadari kemunculan Jimin secara tiba-tiba. Dia sangat malu. Terlebih, karena kondisinya saat ini. Yuli berbaring tak berdaya dengan dibungkus baju rumah sakit serta selimut setinggi dada. Wajah dan rambutnya pasti sama-sama kompak berantakan.
Yuli baru tersadar dari bius operasi sekitar satu jam lalu. Dia merenung sambil meringis setiap kali bergerak. Yuli sedikit ketakutan dan berhati-hati setiap memegang bagai dadanya. Rasanya sangat aneh.
"Ak-aku baik," yuli yang mendadak gugup saat Jimin mendekati bangkar. Dia bahkan tak minta izin untuk mengusap dahinya
"Kau akan segera sembuh, jangan terlalu banyak bergerak," ucap Jimin dengan lembut. Dari jarak sedekat ini, yuli bisa melihat dengan jelas wajahnya yang bisa dibilang tampak sangat muda untuk usia mendekati kepala tiga.
"Jika butuh apa pun, katakan padaku." Jimin tersenyum hangat.
Yuli masih sulit mempercayai bahwa Jimin berusia 29 tahun. Apa karena dia berkerja di perusahan pembuat gim? Jadi, dia selalu bersenang-senang dan membuatnya tampak lebih muda.
"Di mana ibumu ?"
"setelah operasimu, dia pergi kesuatu tempat. Lusa, dia sudah harus ke India. Dia akan ke sini setelah urusannya selesai." Jimin duduk kembali di kursinya.
Dia mengambil satu tangan yuli untuk digenggam dan diberi kehangatan. "Keluargamu tidak datang?" tanya Jimin heran.
yuli menggeleng samar. "Aku tidak memberi tahu mereka bahwa ini adalah harinya, aku sedang tidak ingin berbicara dengan terlalu banyak orang. Aku ingin ketenangan. Kurasa itu yang aku butuhkan."
Jimin menarik senyum manis, lalu menempelkan tangan yuli di pipinya." Apa itu berarti kau juga mengganggumu ?" tanya Jimin dengan melemparkan pandangan hangat yang menggoda.
"Oppa!" Aku menarik turun tanganku dari pipinya. Dia selalu berhasil membuat pipiku memanas.
Aku selalu bertanya, sudah berapa wanita yang dia kencani selama ini karena Jimin sepertinya sudah sangat pandai membuat wanita merasa nyaman padanya. Setiap kali yuli menanyakan hal itu, Jimin selalu bilang bahwa itu tidaklah penting karena dia sudah sangat nyaman bersama yuli.
Dengan bodohnya, yuli selalu luluh dengan perkata Jimin ini.
Jimin masih tertawa dan menggoda yuli karena reaksinya pada Jimin. sampai akhirnya, ponselnya berbunyi. Jimin mengangkatnya. Wajahnya tampak serius. Dia mengangguk beberapa kali selama menerima panggilan yang sepertinya dari tempat kerjanya. Jimin mematikan ponsel, lalu memasukkannya lagi kedalam saku.
"Ada masalah?" tanya yuli merasa ada yang aneh dengannya.
"Bukan masalah besar. Aku hanya harus lembur nanti malam. Apa kau terganggu jika aku menginap di sini dan membawa laptopku?"
"Aku tidak keberatan."
"Terima kasih. Gim memang harus terus di upgrade." Jimin mengembuskan napas lelah lalu menguap.
Yuli menaikan sebelah alis. "Apa kau sering lembur?"
Jimin diam beberapa detik sebelum akhirnya menarik napas panjang. "Biasanya mendekati waktu-waktu peluncuran saja. Biasanya, aku tidak tidur sama sekali."
"Bagaimana bisa?" Mendengar hal itu yuli jadi khawatir.
"Aku tidak akan kurang tidur karena selalu mencicil tidurku saat siang. Di mobil atau ruang kerja saat rapat selesai. Itu sudah hal yang biasa di kantor. " Jimin mengambil tanganku lagi.
"Apa kau keberatan dengan semua itu? Kupikir aku sudah menceritakannya kepadamu tentang pekerjaanku?" Kali ini Jimin yang tampak khawatir. Apa dia berpikir ini akan mengubah yuli.
"Apa yang kau bicarakan? setiap orang punya kesibukan, setelah ini aku juga sibuk kuliah," jawab yuli tenang.
Jimin menyipitkan matanya. "kuliah?"
Yuli mengangguk. "Iya. kenapa?"
"Hmm, apakah kau tidak apa-apa jika nanti kuliah sambil hamil? karena, secepatnya, aku harus menghamilimu." Jimin mengucapkan dengan santai, lalu pipi yuli jadi memanas tersipu malu.
"yah! Oppa! Haruskan itu ditanyakan secara terang-terangan?"
"Kenapa? itu hal yang penting. kan harus cepat menyusui bukan?"
"Tapi tidak bisakah kita tidak terlalu menjadikannya hal yang perlu dibahas secara terang-terangan? Maksudku, biarkan saja semua terjadi sesuai waktunya."
Jimin terkekeh sambil sedikit menurunkan kepalanya. Dia seperti merasa tidak enak dan malu atas ucapannya barusan. "Ah, arraseo (baiklah). Mianbae (maaf)." Jimin berdiri lagi untuk menatap yuli lebih dekat, lalu mengecup kening yuli selama beberapa detik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments