Buru-buru Adera menutupi wajahnya dengan tangannya. "Mampus kenapa dia datang kesini!" Gumam Adera. Dia berusaha menutupi wajahnya dengan tangan. Berharap-harap kalau orang itu tidak menemukannya.
"Ra, Ra.." Rina memukul-mukul bahu Adera berulang kali.
"Apa?" Galak Adera.
"Itu cowok ganteng parah!" Heboh Rina, matanya tidak lepas dari sosok pemuda yang berjalan kearah meja mereka.
"Bodo-bodo, Na. Sembunyiin muka gue!"
"Lo kenapa sih, Ra?"
Adera menggeram mendengar celotehan Rina. Dia hanya berusaha menutupi wajahnya dari sesosok itu.
"Ra, dia jalan kesini, Ra. Oh my god." Heboh Rina lagi.
Tiba-tiba menjadi hening seketika ketika pemuda yang menjadi pusat perhatian siswi-siswi dikampus ini berhenti membuat keributan karna pemuda itu memberhentikan langkahnya tepat disebelah Adera duduk.
Semua siswi yang melihat pemuda itu mendekati Adera, menahan nafasnya. Bahkan Rina pun juga sama halnya dengan mereka, dia menahan nafas melihat pemuda tampan itu berhenti tepat disebelah Adera duduk.
Merasa sudah tidak ada kebisingan yang menusuk gendang telinganya, Adera membuka tangannya yang tadinya menutupi wajahnya. Dia mengusap-usap dada, bersyukur karna orang gila itu tidak mengenalinya.
"Na, gue balik ke kelas dulu ya. Ayo, Ton, bareng." Kata Adera kepada Rina dan juga mengajak Toni kembali ke kelas.
Namun ketika dia terbangun sambil memakai tas ranselnya dan ingin keluar dari meja kantin, Adera di kagetkan dengan sesosok makhluk gila itu yang sudah berdiri dihadapannya layaknya sesosok dedemit karna tidak dirasakan kehadirannya.
Adera hampir saja terjungkal melihat Regan menatapnya dengan wajah dingin. "L-lo?" Kaget Adera setengah mati.
Regan mengangkat sebelah alisnya keatas. Ekspresinya benar-benar datar berbeda saat berada di rumah Adera malam itu.
"N-ngapain lo disini?"
"Ngajak lo pulang." Jawab Regan enteng seperti tidak ada beban hidup.
"Hah? Gue masih ada kelas."
"Dosen lo udah ngijinin lo pulang." Kata Regan dengan dingin.
Adera menganga. Apa-apaan sih pria itu, seenaknya saja pada dirinya. Sebenarnya apa sih tujuan orang gila itu ingin menikahi Adera?
"Ayo pulang!" Regan memegang tangan mungil Adera membuat Adera tersentak kaget karna itu pertama kalinya seorang lelaki mengandeng tangannya.
Regan menarik tangan Adera namun tiba-tiba sebuah tangan lainnya menahannya seakan tidak membiarkan Adera pergi bersama lelaki itu.
Adera menatap tangannya yang digenggam dua orang lalu dia menatap Toni yang berdiri disebelahnya.
Sedangkan Regan memutar balik badannya lagi menghadap Adera dan dia pun menatap Toni dengan tajam, lelaki yang berdiri disebelah Adera dengan menatap Regan tajam.
"Jangan seenaknya bawa Adera. Dia masih ada kelas." Toni berkata dengan dinginnya.
Regan tersenyum kiri. "Terus kenapa? Ada sangkut pautnya sama lo?" Regan menaikkan sebelah alisnya.
Ucapan Regan membuat Toni diam sejanak. Benar, itu tidak ada sangkut pautnya dengannya namun ada perasaan lain yang membuatnya tidak rela Adera dibawa lelaki lain.
"Yaiyalah ada, orang dia teman gue." Adera menyambar membuat dahi Regan mengkerut.
"Lo temanan sama cowok?" Tanya Regan, dia menatap Adera lekat-lekat.
"Iya, emang kenapa?" Adera menantang mendekatkan wajahnya lebih dekat lagi.
Regan berdecih, dia melirik Toni yang terdiam hanya menatapi Adera saja. Entah kenapa dia menjadi kesal mendengar Adera mengakatakan bahwa lelaki itu adalah temannya.
"Mulai sekarang jangan deket-deket dia lagi!" Entah itu sebuah perintah atau peringatan tapi Adera menjadi kesal karna sifat seenak jidatnya dia itu.
"Emang lo siapa berani nentang gue?"
"Gue suami lo." tuturan Regan barusan membuat seisi kantin terkejut setengah mati bahkan Rina dan Toni juga, mereka tidak bisa berkata-kata lagi.
"Ayo pulang!" Regan kembali menarik tangan Adera meninggalkan kantin dengan suasana kantin yang menjadi riuh lagi.
......................
"Lepasin gue, gue pengen balik ke kelas woi!" Adera berusaha berontak saat Regan menariknya ke parkiran dimana mobil Regan terparkir disana.
"Gak!" Bantah Regan, dia terus menarik tangan Adera dengan kencang mungkin sekarang pergelangan tangan Adera membiru karnanya.
"Ah, sakit tangan gue sakit, lepasin!" Ringis Adera, dia tetap berontak walaupun pergelangan tangannya merasakan sakit.
Regan tidak mengubris Adera, dia mengambil smart key dan memecet tombolnya. Ketika sudah menemukan mobilnya, Regan membukakan pintu untuk Adera. "Masuk." Titahnya.
"Gak mau! Gue gak mau!" Adera masih memberontak dan itu membuat Regan kesal.
Dengan kasar Regan menekan tubuh Adera agar masuk kedalam mobil. Ketika Adera sudah masuk kedalam mobil, Regan menutup kembali pintu mobilnya lalu dia berjalan memutar ke kursi mengemudi.
Dengan perlakuan Regan barusan tentu membuat Adera marah dan semakin membenci lelaki itu. Bagaimana tidak? Belum nikah saja perlakuan dia sudah kasar begitu.
Setelah duduk dikursi mengemudi dan menutup pintunya kembali, Regan menatap Adera yang terlihat marah padanya. Terlihat sekali dia sangat marah ketika dia tidak mau menatapnya.
"Pakai sabuk pengamannya." Kata Regan namun tidak dipedulikan Adera.
Regan hanya bisa menghela nafas pelan dan dia mendekatkan tubuhnya ke tubuh Adera membuat Adera yang tadinya sedang dalam mode marah langsung tersentak terkejut bukan main.
Manik berwarna coklat Regan terus menatap Adera dengan jarak yang sangat dekat. Sangat dekat bahkan mereka berdua bisa merasakan hembusan nafas mereka yang menerpa kulit masing-masing.
Dengan secepat kilat Regan memakaikan Adera sabuk pengaman walaupun mata mereka masih bertatapan.
Setelah itu, Regan menjauhkan tubuhnya kembali ketika sudah memakaikan sabuk pengaman Adera dengan benar dan sekarang gilirannya memakai sabuk pengaman ditubuhnya.
"Lo mau ngapain?" Tanya Adera membuat Regan kembali menatapnya sambil mengangkat sebelah alisnya.
"Apa?" Sahutnya.
"Lo tadi mau ngapain deketin gue? Cari kesempatan ya?" Mata Adera memicing kearahnya.
"Segitu senangnya lo gue deketin kayak gitu?" Regan malah menyeringai.
Adera memutar bola matanya. Siapa yang senang di dekati orang gila kayak dia? Hihh, najis. Batin Adera.
Regan terkekeh pelan melihat calon istrinya itu lalu tangannya mengambil sesuatu dari dalam dasboard. Sebuah surat yang ditutupi map berwarna merah itu langsung ia berikan kepada Adera.
Adera menerima map itu dengan kening mengkerut. "Apaan nih?" Tanyanya seakan enggan membaca isi dari map tersebut.
Regan berdecak. "Baca!"
Dengan malas Adera membuka map itu dan membacanya dengan seksama. Seketika matanya membulat membaca isi dari surat tersebut.
...Pihak pertama: Regan Geraldo Mahardika....
...Pihak kedua: Adera Danialova....
...Perjanjian seorang suami dan istri. Yang harus dituruti istri....
...1.Tidak boleh melawan suami dalam keadaan apapun....
...2.Tidak boleh ikut campur masalah suami, apapun itu....
...3.Harus patuh apa yang dikatakan suami....
...4.Harus melayani suami dengan baik. (Kalau suami tidak senang, istri harus mendapatkan hukuman.)...
...5.Harus tidur di satu ranjang bersama suami....
...6.Beri pelukan dan ciuman pada suami setiap pergi dan pulang kerja. Plus saat tertidur....
...7.Tidak boleh berkata kasar pada suami kalau melanggar juga akan mendapatkan sansi dari suami....
...8.Istri tidak boleh berselingkuh meskipun suami berselingkuh....
...9.Setiap pagi dan malam, istri harus memandikan suami dan itu wajib!...
...10.Memberikan pelayanan yang membuat suami puas dan itu juga wajib!...
...11.Tidak boleh berjalan dengan lelaki lain terkecuali bersama suami....
...12.Memahami apa yang di inginkan suami....
...13.Jangan berharap suami akan tergila-gila pada istri. Jangan bermimpi karna itu tidak akan pernah....
...Jika istri melanggar peraturan di atas, istri akan mendapatkan gajaran yang setimpal. Dan jangan harap bagi istri akan bahagia jika tidak bersama suami. Cam kan itu....
Adera tidak bisa berkata-kata lagi membaca surat perjanjian itu atau mungkin surat ancaman bagi Adera.
Adera langsung menatap Regan yang tersenyum seakan puas membuat perjanjian dan peraturan itu. Bahkan Regan menyeringai jahat menatap wajah Adera yang terkejut dengan perjanjian yang ia buat itu.
"Gila lo ya. Nikah aja belum, udah banyak perjanjian. Pokoknya gue gak mau. Batalin aja nikahnya lah!" Adera melempar surat itu ke Regan.
"Kayaknya lo masih gak paham perkataan gue waktu itu ya?" Regan mendekatkan bibirnya ke telinga Adera. "Kalo lo ngebatalin pernikahannya, gue pastiin lo masuk penjara seumur hidup." Ancam Regan membuat Adera merinding.
"Kok lo gitu sih? Seenaknya aja? Kalo gue gak bahagia gimana? Kalo gue tersiksa gimana?"
"Itu bukan urusan seorang suami, ok?"
Adera menjadi makin marah dan kesal pada Regan. Ingin sekali dia memukul wajah Regan yang sok ganteng itu.
"Yang lainnya udah nunggu nih." Kata Regan.
"Siapa yang nunggu? terus buat apa?" Tanya Adera bingung.
Regan menatap Adera dengan senyumam jahilnya. "Tentu aja, pernikahan kita, sayang."
Mata Adera melebar. Tidak mungkinkan orang gila itu menyelenggarakan pernikahannya sekarang juga? Tidak mungkin kan orang itu benar-benar gila melakukannya sekarang? Ya tuhan, bagaimana nasib Adera sekaranggggg!....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
elindha azzahra
ceritanya bagus thor, tp apa motif d balik regan ngajak nikah ma adera ya🤔🤔🤔🤔 hmmmm masih tanda tanya
2022-07-06
0
Devi Handayani
perjanjian yg sungguh mengelikan😂😂😂😂
2022-07-04
3
Rice Btamban
kshn Adera semangat Thor
2022-06-21
1