*****
Pras Pov 2
Selama setahun rumah tangga kami jarang cekcok. Aku dan Vina sesekali bertengkar namun selalu berakhir dengan Vina yang meminta maaf. Vina adalah sosok yang selalu bisa menyimpan masalahnya seorang diri. Aku merasa beruntung memiliki istri seperti Vina, dia istri yang penurut dan selalu mengalah.
Vina benar-benar istri yang bisa memenuhi semua kriteria wanita idaman. Ya, meskipun selama ini dia belum bisa memberikan aku keturunan, tapi aku tidak masalah. Hanya saja sesekali aku merasa iri dengan Bagas adikku yang sudah lebih dulu memiliki anak.
Bagas adikku menikah mendahuluiku. Usia Bagas dan aku terpaut 2 tahun, Kini usia Bagas 29 tahun, tapi dia sudah memiliki anak berusia 4 tahun. Aku memang dilangkahi oleh adikku. Aku menikah saat usiaku menginjak 30 tahun. Bisa dibilang aku menikah di usia yang sangat matang. Saat aku menikah Vina baru berusia 20 tahun.
Hari ini hanya karena membahas uang, ibu dan Vina bertengkar dan justru masalah merambah kemana-mana. Ibu mengungkit Vina yang mandul dan tidak bisa memberiku keturunan. Sedangkan Vina berpikir jika akulah yang tidak subur. Aku jadi ragu, Jangan-jangan selama ini Vina berpikiran seperti itu padaku.
Setelah perdebatan itu, Vina melarikan diri dengan memilih mengurung dirinya di kamar mandi. Setelah Vina menutup pintu ibu lagi-lagi menjelek-jelekkan istriku.
Aku benar-benar lelah, aku tidak tahu lagi bagaimana caranya agar ibu dan Vina bisa akur seperti layaknya ibu dan Asya.
"Lihatkan, itu tingkah istrimu? lagaknya udah kaya orang punya jabatan."
"Sudah lah, Bu. Jangan ikut campur masalahku lagi. Aku bisa menyelesaikan masalahku sendiri."
"Terserah kamu, Pras. Yang penting ibu sudah peringatkan kamu. Istri kamu itu memang tidak pernah menghormati ibu." Ibu akhirnya keluar. Aku kembali merebahkan diriku, aku mengingat pertengkaran tadi. Entah mengapa aku menjadi berpikir jika selama ini Vina tidaklah benar-benar ikhlas melakukan semuanya.
Istriku keluar dari kamar mandi setelah ibu keluar, tapi saat ini aku sungguh sedang tidak ingin melihatnya. Aku terlanjur kecewa dengan apa yang telah dia katakan padaku.
Vina mencoba berbicara lagi padaku, tapi rasa-rasanya aku sudah terlalu malas menanggapinya. Setiap bertengkar denganku atau dengan ibu, ujung-ujungnya Vina akan minta pindah dari rumah ibuku. Dan aku benar-benar kesal. Lagi-lagi aku memberikan jawaban yang biasa ku lontarkan padanya. Namun, respon Vina kali ini berbeda.
Vina langsung terdiam saat aku berkata begitu. Dia seakan sudah bisa menebak jawabanku. Aku bisa melihat perubahan raut wajahnya yang tadinya sendu, kini terlihat datar. Aku memberanikan diri menanyakan kembali masalah pinjaman uang yang tadi ibu minta. Biarlah dia marah, tapi aku tahu dia tidak akan bisa lama-lama marah dan mendiamkan ku.
"Apa kamu benar-benar tidak bisa pinjami ibu uang itu, Vin?" tanyaku kembali. Aku berharap istriku mau mengalah dan meminjamkan uang pada ibu.
"Pinjam? memang kapan ibu pernah mengganti uangku, Mas?"
"Kamu kok perhitungan begitu sama ibu, Vin?"
"Mas, selama kita menikah, aku tidak pernah, lho tahu berapa jumlah gaji Mas Pras. Aku juga sepeserpun engga pernah menikmatinya. Padahal aku ini istri mas, aku yang jelas-jelas berhak atas nafkah dari mas, tapi apa nyatanya, Mas? Aku selama ini selalu banting tulang untuk mencukupi kehidupan kita mas. Masa iya aku masih harus meminjamkan uangku, toh uang itu bukan buat ibu melainkan buat Asya, dia sarjana, kan? penghasilan dia lebih besar daripada aku yang hanya penjual ayam, Mas. Aku juga butuh modal, butuh uang untuk keperluan lain-lain. Mas sih enak, ga mikirin itu,"
"Kok kamu ngomong gitu lagi. Kamu ga ikhlas?" tanyaku kembali emosi.
"Aku ikhlas mas. Jika aku tidak ikhlas menjalani semua ini, aku tidak akan bertahan di rumah ini selama setahun, Mas." Vina kini justru menatapku tajam dan lalu pergi meninggalkan kamar.
Aku pun merasa sesak berada di kamar ini. Aku memilih pergi ke kedai kopi di ujung jalan. Setidaknya di sana ada Kiki janda cantik penjual kopi yang selalu bisa membuatku merasa nyaman.
Sesampai di sana aku melihat Bagas ternyata juga sedang ngopi. Bahkan sesekali terlihat Bagas menggoda Kiki. Aku segera mendekat dengan panas di hati, entah tidak tahu kenapa aku tidak menyukai Kiki ramah pada laki-laki mana pun.
"Di sini kamu, Gas."
"Iya, Mas. Pusing di rumah. Asya minta dibelikan tas baru. Padahal tasnya sudah banyak."
"Kopi kaya biasanya, Mas?" tanya Kiki sambil mengerlingkan matanya nakal padaku.
"Ya... "
Bagas menyalakan rokok dan mulai menghisapnya, ia menghembuskan asapnya di hadapanku. Aku merebut kotak rokoknya dan mengambil satu rokoknya dan aku pun mulai melakukan kegiatan yang sama, yaitu menikmati secangkir kopi dan menatap tubuh sintal si penjual kopi.
Suara musik yang Kiki putar seakan-akan mengalihkan pikiran kami dari masalah, namun tak lama ponsel Bagas bergetar. Dengan malas ia membuka pesan dari aplikasi hijau berlogo gagang telepon itu.
"Kita harus pulang, Mas. Istrimu buat masalah lagi sama Asya dan Ibu."
Aku mengusap wajah kasar sambil menghembuskan napas. Aku membayar kopiku dan milik Bagas dengan pecahan lima puluh ribuan.
"Kembaliannya buat kamu aja, Dek," ujarku sambil mencubit gemas dagunya.
Aku dan Bagas langsung bergegas menuju rumah. Setibanya kami berdua di dalam rumah ibu dan Asya sedang duduk di ruang tamu dan terlihat ibu sedang menenangkan Asya.
"Ada masalah apa lagi sih, Bu?" tanyaku.
"Istrimu itu mas, dia melempar-lemparkan pakaian kotorku ke wajahku, gara-gara aku minta tolong sekalian cucikan. Toh cuma bajuku, baju mas Bagas kan udah aku masukkan laundry. Tapi dia malah marah, melotot padaku dan melempar ku dengan baju kotor."
"Lagian kamu yang salah, kenapa baju kamu ga sekalian kamu laundry?" tanyaku.
"Kamu kok malah belain istri kamu sih, Pras. Jelas-jelas dia salah lho."
"Ya, sudah sekarang dimana Vina, Bu."
"Lagi jemur baju," jawab ibu ketus. Wajah Bagas juga terlihat tidak enak. Aku semakin merasa bingung dengan sikap Vina.
Tak lama Vina keluar dan aku memanggilnya. Dia mendekat dengan wajah datar, aku sampai dibuat heran dengan kelakuannya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Saleha Lynn
tak payahlah pov segala bikin bosan baca sebab ulang2
2025-04-23
0
MAR YANI
kalau ada pov2 gini kesannya ceritanya diulang2
2024-06-22
2
sherly
punya masalah malah ngopi ditempat janda... hadew Pras beneran ngk guna kamu
2023-10-28
4