*****
Pras Pov
Sudah hampir 1 bulan sikap Vina tampak berbeda. Ia selalu murung dan lebih banyak diam. Entah apa yang sedang menjadi beban pikirannya. Setiap aku bertanya kenapa, ia hanya menjawab sedang lelah.
"Pras, bilang pada istrimu. Ibu pinjam uang 3,5 juta ya, kemarin ibu udah bilang sama dia tapi dia ga mau kasih. Siapa tahu kalau kamu yang bilang dikasih."
Huh, aku hanya bisa menghela nafas kasar. Di pikiran ibu hanya ada uang dan uang. Padahal tiga perempat gajiku, ibu yang menerimanya. Aku hanya memegang seperempatnya untuk uang bensin, sementara istriku saja tidak pernah sepeser pun menerima hasil kerjaku.
"Untuk apa lagi, bu?" tanyaku malas. "Dua bulan yang lalu ibu sudah pinjam Vina 2 juta, lalu bulan kemarin pinjam lagi 1 juta. Apa ibu sudah kembalikan?"
"Halah, Vina aja ga ada mengungkit uang itu. Kok kamu sekarang malah seolah ga suka ibu pinjam uang Vina."
"Bukan begitu, Bu, yang namanya pinjam juga harus kembali dulu baru pinjam lagi," tuturku memberitahu ibu. Aku merasa kasihan pada istriku. Sudah tidak ku beri nafkah tapi ibu masih suka mengusiknya. Mau marah, tapi dia ibuku. Aku hanya bisa memberi masukan agar dia tidak terlalu berlebihan pada Vina.
"Asya belum kasih ibu uangnya. Soalnya uang itu dia yang pakai," kata ibu tanpa menunjukkan perasaan bersalah.
"Lalu sekarang ibu butuh untuk apa lagi uang sebanyak itu? Bu, uang gaji Pras 8 juta, 6 juta sudah Pras berikan pada ibu, Pras hanya pegang 2 juta itu pun untuk keperluan Pras sendiri. Pras tidak pernah memberi uang pada Vina. Bagaimana ibu bisa meminta Pras untuk pinjam uang lagi sementara yang kemarin-kemarin saja belum ibu kembalikan."
Ibu mendengus kesal mendengar ucapanku. Biarlah aku tampak buruk sekarang, asal Vina tidak terusik lagi.
"Asya mau beli tas, dia bilang ini bisa membuat dia semakin disegani."
"Ya ampun, Bu. Berhenti menuruti semua keinginan Asya. Aku yakin meskipun aku yang minta Vina tidak akan mau memberinya," kataku.
Setelah berdebat dengan ibu, ibu akhirnya keluar dengan wajah masam. Aku merasa gagal menjadi suami yang baik untuk Vina dan menjadi anak yang membanggakan untuk ibuku.
Saat aku kembali ingin memejamkan mata, ibu kembali bersuara. Jangan-jangan Vina sudah pulang. Ya ampun, kenapa ibu mulai lagi.
Hal yang paling aku khawatirkan pun terjadi. Ibu dan Vina adu mulut mengenai uang itu lagi. Kenapa ibuku sekarang berubah, Sekarang apa yang harus aku lakukan untuk memisahkan keduanya.
Ibu dan Vina adu mulut tanpa berpikir jika tetangga kami akan mendengarnya. Bisa-bisa dia anak menanggung malu gara-gara istri dan ibunya selalu ribut. Aku putuskan untuk langsung keluar kamar.
Aku menarik tangan Vina masuk ke dalam kamar. Sekarang kami malah jadi berdebat. Lagi-lagi istriku menangis. Inilah repotnya aku menikahi wanita yang usianya masih terlalu muda.
Vina memang cantik, dia juga sangat pengertian, tapi akhir-akhir ini dia berubah, ia menjadi lebih pendiam dan mudah tersulut emosi. Jika aku memarahinya dia akan menangis hingga membuatku merasa sangat bersalah.
Ibu mendadak ikut masuk dan kembali menyerang Vina dengan kata-kata yang menyakitkan, bahkan ibu mengungkit masalah keturunan, ya, usia pernikahan kami seharusnya sudah dikaruniai anak, tapi entah kenapa sampai sekarang Vina tak kunjung hamil juga.
Namun aku akhirnya dibuat tertegun dengan perkataan Vina. Lho, kenapa Vina berbicara seperti itu? padahal selama ini aku diam tidak pernah membahas keturunan hanya agar dia tidak merasa tertekan.
"Jadi selama ini, itu yang ada di pikiran kamu, Dek? kamu kira mas yang mandul?" tanyaku. Entah mengapa hatiku tiba-tiba terasa sakit sekali.
"Kamu lihat sendiri wajah asli istrimu itu Pras?" ujar ibuku, ia seperti menuang minyak ke dalam api hingga rasanya aku benar-benar terbakar karenanya.
"Ma-mas... bukan seperti itu, maksudku."
"Aku selama ini tidak pernah menanyakan perihal anak agar tidak menyakiti hatimu, Dek, tapi mengapa hanya karena uang, kamu tega ngomong begitu?" sungguh kali ini aku benar-benar kecewa karena ternyata itu yang ada di pikiran Vina selama ini.
"Mas, bukan begitu maksudku," Vina masih berusaha membela dirinya, tapi kata-kata itu sudah terlanjur menyakiti hati ini.
"Vina... mas kecewa padamu."
"Sudahlah Pras ceraikan dia," kata ibuku. Sekarang aku sungguh sangat bingung. Apa sebaiknya memang ku ceraikan dia saja. Rasanya hati ini benar-benar tidak terima dengan apa yang baru saja diucapkan oleh istriku itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
cuma reader
deuuuhhhh...udah cerai aja Vin
2023-07-15
1
susi 2020
😔😔😔😔
2023-04-25
0
susi 2020
😭😭😭
2023-04-25
0