Malam pengantin

Karin menyeka air mata lalu dengan cepat dia mandi dan berganti pakaian setelah itu langsung menelpon Dila.

"Dil aku mau nikah sama pak Leo, kapan kita akan nikah, aku butuh uang secepatnya, malam ini aku mau ibu ku di operasi, bisa gak dil?"

Senyuman sinis terukir di wajah Dila."Bisa, sekarang aku akan jemput kamu, sebentar lagi aku akan sampai di sana, kamu siap-siap aja, malam ini juga kamu bisa nikah sama pak Leo"

"Malam ini?" kaget Karin.

"Iya malam ini, kamu butuh uang secepatnya kan?"

"Iya"

"Ya sudah malam ini juga kamu bisa nikah sama pak Leo, lebih cepat lebih baik, biar ibu kamu segera di operasi itu yang kamu inginkan bukan?"

"Tapi dil aku kan gak punya bapak, terus siapa yang akan jadi wali nikah aku, itu masalahnya kenapa aku kaget"

"Kamu gak punya adik laki-laki atau kakak laki-laki gitu?"

"Enggak, aku hanya punya paman, adik dari bapak aku yang ada di kota ini juga, aku akan coba telpon dia buat datang ke sini untuk jadi wali nikah aku tapi...

"Tapi apa?"

"Tapi dia itu mata duitan, kalau aku jadikan dia sebagai wali nikah aku, aku yakin dia pasti akan minta...

"Udah kamu gak usah lanjutin, aku sudah tau kok, kamu telpon aja paman mu segera, karena pak Leo nanti yang akan bayarnya, karena dia sudah mau jadi wali nikah kamu, kamu tenang aja, calon suami kamu itu baik, rupanya dia mau kok biayain segalanya, kamu gak akan ngeluarin duit sedikitpun, malahan kamu akan dapat duit, kurang baik apa coba dia"

Mendengar kata calon suami membuat bulu kuduk Karin merinding.

"Iya aku akan telpon"

"Kamu tunggu di sana aja, aku akan jemput kamu"

"Iya, aku akan tunggu di sini"

"Aku tutup dulu, tunggu aku di sana" Dila mematikan sambungan walaupun belum mendengar jawaban Karin.

"Om dia itu tidak punya ayah dan tidak ada wali nikahnya, dia hanya punya paman tapi sayangnya pamannya itu mata duitan"

"Tenang saja, aku yang akan bayar, kamu sudah suruh kan wanita itu untuk nelpon pamannya?"

"Sudah sekali om"

"Bagus,aku akan nyiapin uang untuk paman wanita itu, aku tidak mempermasalahkan uang yang jumlahnya sedikit itu, asalkan aku mau wanita itu mau menikah dengan ku, itu lebih penting dari segalanya, masalah uang pasti akan ada gantinya yang lebih besar lagi"

"Siap om, aku mau jemput Karin dulu, bye om" pamit Dila.

"Kamu pakai mobil aku saja, minta supir anterin kamu ke sana, biar gak terlalu lama di jalan"

"Baik om, pak supir tolong antarkan aku ke alamat ini sekarang"

"Baik nyonya"

Mobil itu membawa Dila meninggalkan rumah pak Leo dan menuju kos-kosan Karin yang kecil dan lumayan jauh dari sana.

-------------------------------

Karin langsung menelpon pamannya yang berada di kota ini juga.

"Halo paman, Karin mau nikah, bisakah paman jadi wali nikah Karin?"

"Wali nikah? hmm bisa aja tapi...

"Iya Karin akan bayar paman kok, tenang aja"

"Oh kalau seperti itu paman setuju, katakan di mana lokasi pernikahan mu, di kota ini apa di kampung, kapan acaranya?" Peno sudah tidak sabar akan mendapatkan upah hanya karena di suruh menjadi wali.

"Acaranya malam ini di kota ini, paman cepat datang ke lokasi yang sudah Karin kirim, segera, karena acara nikahnya ini buru-buru"

"Oke paman akan segera sampai di sana"

Karin memastikan sambungan setelah mendengar jawaban Peno.

Tak lama dari itu mobil berwarna hitam berhenti di kos-kosan Karin.

tin

tin

tin

Suara klakson mobil itu terdengar di telinga Karin, Karin langsung keluar untuk menemuinya.

"Ayo masuk, kita langsung segera ke sana, pak Leo sudah mempersiapkan segalanya di sana" ajak Dila dengan membuka pintu.

Karin masuk ke dalam mobil itu.

"Jalan pak"

Supir itu melajukan mobil atas perintah Dila.

"Dil kamu beneran kan kalau setelah nikah aku akan dapat uang?"

"Pasti itu, aku jamin deh kamu akan langsung dapat uang, tapi setelah malam pertama, jika kamu di ketahui enggak perawan maka hangus uang itu"

"Dil pak Leo itu galak gak?"

"Dia baik kok,baik banget malah, kamu gak usah takut, ada aku kok di sana, kalau dia berani kasarin kamu, kasih tau aku aja, aku yang akan beri dia pelajaran"

Karin mengangguk, mobil itu membawa mereka ke rumah besar dan tinggi, Karin di masukkan ke dalam salah satu kamar yang ada di rumah megah itu.

"Besar kan rumahnya?"

Karin hanya mengangguk dia tidak takjub sedikitpun melihat rumah sebesar itu, karena hari ini hatinya sedang tidak tenang.

Karin di rias secantik mungkin oleh perias suruhan pak Leo.

"Cantik banget sahabat aku, pasti nanti pak Leo akan sayang banget sama kamu" puji Dila ketika melihat wajah Karin sudah selesai di make up.

Karin tersenyum kecut, ia benar-benar tak menyangka akan mengalami kesulitan seperti ini sehingga ia harus rela menjadi istri dari seorang kakek-kakek sugiono.

"Kamu harus happy karena hari ini kamu akan nikah dan hidup bahagia, bentar ya rin aku mau keluar dulu, mau lihat apakah calon suami kamu udah dateng atau belum"

Karin hanya mengangguk kemudian Dila keluar dari dalam kamar itu.

Dila melihat paman Karin yang duduk di dekat pak Leo dan ada beberapa orang yang menjadi saksi suruhan pak Leo.

"Sebentar lagi aku akan dapat komisi, duh senangnya" Dila bahagia di atas penderitaan temannya sendiri.

"Aku harus cek Karin, jangan sampai dia kabur, bisa-bisa aku gak jadi yang akan dapat komisi" Dila melangkah memasuki kamar yang di dalamnya ada Karin.

Di dalam kamar Karin sendirian, ia menangis karena hari ini ia akan menikah tanpa di dampingi ayah dan ibunya.

"Maafin Karin pak hiks"

"Maaf Karin gak pamitan dulu sama bapak,, doain Karin semoga dengan pernikahan ini Karin bisa dapat uang untuk biaya operasi ibu" tangis Karin yang tidak menyangka akan menikah tanpa ada kedua orang tuanya sampingnya.

"Maafin Karin Bu, Karin gak ngasih tau ibu tentang pernikahan Karin, ini sudah menjadi keputusan Karin, jika nanti ibu kecewa Karin siap kok nanggung segalanya, karena hanya ini yang bisa Karin lakukan saat ini"

Dila mendekati Karin yang terisak.

"Loh kok nangis, kamu terharu ya sama pak Leo yang baik banget mau menikahi kamu dan pastinya akan beriin kamu uang, kamu tau enggak kalau di luar itu sudah ada pak Leo dan juga paman kamu"

"Paman aku udah dateng?"

"Udah, baru aja, jadi karena sebentar lagi kamu akan jadi seorang istri, maka kamu gak boleh nangis, nanti bedaknya luntur loh, jadi gak cantik lagi nanti"

Karin mengangguk, ia menghapus air mata di wajahnya.

Di luar akad nikah sedang berlangsung, Karin mendengar suara penghulu dan calon suami yang belum pernah di lihatnya.

"Saya nikahkan dan kawin kan engkau saudara Leo Siregar dengan saudari Karina Elfanza binti bapak Wahid Hasyim dengan mas kawin seperangkat alat sholat di bayar tunai" suara pak penghulu itu terdengar di telinga Karin.

"Saya terima nikah dan kawinnya Karina Elfanza binti bapak Wahid Hasyim dengan mas kawin tersebut di bayar tunai" jawab seorang laki-laki.

"Bagaimana para saksi?"

"Saaaaah" jawab mereka semua.

Air mata tak terbendung lagi, Karin terisak pelan, ia menggigit bibir bawahnya ketika kini ia sudah resmi menjadi istri pak Leo.

"Ya Allah aku tak menyangka jika aku akan nikah dengan orang yang tidak aku kenal, apalagi aku cintai, kuatkan lah hamba dalam menjalani pernikahan ini, bapak ini kini Karin sudah menikah, restuilah pernikahan Karin" batin Karin terisak.

Dila tersenyum senang ketika melihat Karin yang terisak.

"Selamat ya Karin, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, aku mau keluar ya sebenar, kamu tunggu aja suami kamu di sini"

Setelah mengatakan hal itu Dila tanpa aba-aba langsung mematikan lampu.

"Tapi dil..

"Kamu itu sudah nikah,tenang aja suami kamu gak gigit kok, kamu jangan takut, udah ya aku mau pergi, sampai jumpa" Dila meninggalkan Karin sendirian di dalam kamar yang gelap itu.

"Kenapa Dila malah matiin lampu, gimana ini, kepada aku mendadak menjadi tegang seperti ini"

"Huft Karin kamu harus bisa melewati ini semua sendiri, ingat kamu melakukan ini semua demi ibu mu, maka kamu gak boleh nangis ingat itu" Karin berusaha menguatkan diri, ia akan hadapi semuanya sendiri.

Dila mendekati pak Leo dan lainnya yang berada di ruang tamu.

"Bagaimana Dila, apa kamu sudah melakukan apa yang aku suruh?"

"Sudah om, semuanya sudah beres, om jangan khawatir"

"Bagus"

"Ini pak bayaran untuk anda karena sudah mau menjadi wali nikah Karina" pak Leo menyerahkan amplop coklat pada pak Peno.

"Terima kasih pak" jawab pak Peno senang ia lalu keluar dari rumah ini dengan membawa amplop yang tebal, ia tak henti-hentinya tersenyum melihat amplop itu.

Di kamar Karin masih diam di tempat, ia tidak berpindah sedikitpun, ia masih duduk di tempat tidur dengan perasaan tidak tenang.

Setelah akad selesai Karin mendadak panas dingin karena setelah itu dia harus melakukan kewajibannya sebagai seorang istri.

Krieet

Pintu terbuka, dalam kegelapan telinga Karin mendengar suara derap kaki seorang laki-laki melangkah mendekatinya.

tap

tap

tap

Suara sepatunya memecah keheningan.

Pelan-pelan langkah itu semakin mendekat dan laki-laki itu berdiri di depan Karin, Karin membuka mata dan melihat laki-laki itu, namun ia tidak dapat melihat wajahnya lantaran kegelapan menghalanginya.

Laki-laki itu mendorong sedikit tubuh Karin hingga terjatuh di atas kasus yang empuk, pelan-pelan laki-laki itu mulai menyentuh Karin.

Terpopuler

Comments

Morna Simanungkalit

Morna Simanungkalit

sungguh malang nasibmu Karin semoga ibumu cepat sehat dengan pengorbananmu .

2024-08-14

0

Ganuwa Gunawan

Ganuwa Gunawan

mati mati lampu ya sayang
mati mati lampu..

2022-07-31

1

Dwi Sasi

Dwi Sasi

Gelap2an...

2022-07-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!