Kriiiiiiingggg! Suara alarm weker di kamar Dantai berdering dan jam menunjukkan pukul empat dini hari.
Dantai mengerjapkan matanya, lalu duduk dengan menurunkan kakinya dari sofa. Digerakkannya badannya ke kiri dan ke kanan untuk meringankan rasa sakit di seluruh badannya karena tidur di sofa. Dantai bangkit dari duduknya, berjalan keluar kamar karena merasa haus. Dia pergi ke dapur dengan langkah gontai mengambil gelas dan mengisi air dari lemari pendingin lalu meneguknya.
"Sudah bangun nak?," terdengar suara dari belakang tubuhnya. Dia terkejut sampai menyemburkan air yang di minumnya. Dia menoleh kebelakang terbelalak melihat ibunya berdiri tidak jauh darinya.
"Bu, kapan pulang!?" tanya Dantai dengan hati galau.
"Tadi jam satu dini hari, kalian sudah tidur. Ibu telpon pak To untuk jemput ibu di bandara," kata ibunya, Dantai pun melangkah mendekati ibunya dan memeluknya dengan erat.
"Bu masih jam empat tidurlah kembali, pasti masih lelah kan?" kata Dantai.
"Ibu sudah tidak bisa tidur lagi, ibu mau masak buat kalian." kata ibunya sambil menatap lekat anaknya. Dantai menggaruk kepalanya yang tidak gatal untuk menutupi kebingungannya.
'Waduh! piye ki mak? Ibu e wis muleh, bakal di rabekne dino iki aku, lek konangan!' Dantai nyengir sambil berguman dalam hati.
"Bu, Dantai kembali ke kamar ya?" ijinnya pada ibunya. Lalu berjalan cepat menaiki tangga ke kamarnya mengunci terlebih dahulu dari luar. Kemudian dia masuk ke kamar adiknya.
"Va bagun Va!" pinta Dantai.
"Apa sih kak ...?" tanya Salva dengan suara yang serak.
"Va ... Ibu datang Va ... tolong kakak Va!" pinta Dantai kembali.
"Apa? Ibu datang Kak!?" Salva terkejut, langsung bangkit dari ranjangnya dan akan melompat turun untuk pergi bertemu ibunya. Dantai dengan cepat menahan Adiknya dan berbisik padanya.
"Kak Anta ada di kamar kakak kalau ibu tau nanti ibu marah. Bantu kakak, kamu jaga di luar aku pindahkan Kak Anta ke kamar mu yaa."
Salva terkejut langsung terbelalak matanya.
"APA!? jadi Kakak dan Kak Anta.....itu?" tanya Salva.
"Hus, ngawur aja kamu Dek, Kakak tidur di sofa tahu!"
Salva memicingkan matanya menatap kakaknya,"Benar begitu ...? " tanya Salva curiga. Dantai mengangguk pasrah.
"Ok!" Salva bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kamar lalu dibuka lebar pintu kamarnya. Salva berdiri di depan tangga mengamati di bawah, berjaga-jaga kalau ibu datang. Dantai masuk ke kamarnya dan mengangkat tubuh Anta untuk dipindahkan ke kamar adiknya. Baru saja melangkah tiga langkah dari ranjangnya terdengar suara yang menegur adiknya.
"Va ... kenapa ada disitu?" tanya ibunya heran.
"Hem ... gak kenapa-kenapa bu?" jawab Salva bingung, ia mengeraskan suaranya agar si kakak dapat mendengar.
"Loh ibu pulang ... aku mau ke kamar kak Dan, mau cerita. Karena ada ibu jadi pengin cerita sama ibu. Ayo bu ke meja makan!" ajak Salva. Dantai sedikit lega sang adik mempunyai ide untuk menjauh dari kamar mereka. Setelah tak terdengar langkah kaki adik dan ibunya, Dantai pun kembali berjalan dengan cepat ke kamar adiknya. Anta yang digendong Dantai tak merasakan apapun, karena terlalu pulasnya dia tidur. Dantai sudah masuk ke kamar adiknya dan menutup pintu dengan kakinya.Tiba- tiba saja ia tersandung kaki sofa hingga dia terjatuh dan tubuhnya menimpah tubuh Anta, Anta sekejap menjerit , "AUWW!" dan refleks Dantai membekap mulut Anta.
"An, Diam lah jangan teriak! Ibu sudah pulang dari Singapore. Kalau kau mau kita dinikahkan sekarang juga silakan! aku tidak keberatan," kata Dantai dengan mata menyorot tajam pada Anta.
Anta terkejut mata terbelalak menatap Dantai karena tubuh mereka hampir tak berjarak. Dia menelan ludahnya sendiri tak bisa berbuat apa-apa selain diam saja.
Sementara itu, di meja makan ibunya Dantai mendengar teriakan Anta. Dahinya berkerut.
"Va itu siapa yang berteriak?" tanya ibunya dengan tatapan penuh menyelidik.
"Ooo, itu bu eeemmm ... Bik Mirna bu ... akhir-akhir ini sering ngelindur kalau tidur jadi kadang teriak-teriak," jawab Salva ragu-ragu.
"Apa betul itu hmm? apa kalian berdua nakal? hingga bik Mirna sampai kelelahan ngelindur begitu?" tanya ibunya lagi dengan tatapan yang sama.
Salva menggeleng menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil meringis ditatap ibunya.
'Aahh, kakak kenapa pakai jatuh segala coba, jadi repotkan. Ibu jadi curiga.' batin Salva.
"Tadi katanya mau cerita, kok malah bengong, gak cerita?" tanya ibunya.
"He ... he ... he ...." Salva terkekeh, "Habis kangen sama ibu, pulang gak bilang-bilang, jadi Salva 'kan kaget bu?" kata Salva sambil memeluk ibunya.
"Ya udah, sana kembali ke kamarmu! sebentar lagi subuh. Ibu mau lihat bik Mirna," kata ibunya mau beranjak dari tempat duduknya tiba-tiba Salva teriak ,"JANGAN BU!"
"Kenapa?" tanya ibu lagi.
"Itu biar Salva saja yang lihat bik Mirna, takutnya itu nanti Bik Mirna malu sama ibu, karena tidur sampai ngelindur," jawab Salva asal.
"Baiklah sana lihat bik mirna! ibu mau ke kamar dulu." perintah ibunya.
Salva mengelus dadanya, 'untung ibu gak curiga.' tiba-tiba dia memukul jidatnya, 'Aduh kamar ibu kan di atas juga. Ahh bodoh amat pintar-pintarnya kak Dan saja lah.' Salva berlari ke ke kamar bik Mirna.
tok! tok! tok!
Salva mengetuk pintu kamar Bik Mirna. Tak lama kemudian pintu kamar terbuka Bik Mirna muncul di balik pintu.
"Ooo...non Salva, ada apa, Non?" tanya bik Mirna. Salva menoleh ke kiri dan ke kanan seolah takut ada orang lain, lalu mengajak bik Mirna masuk ke dalam kamar.
"Bibi tau tidak kalau ibu sudah pulang?," tanya Salva serius.
"Tau Non, dibilangin Pak To kalau ibu Non pulang hari ini." jawab bik Mirna.
"Sudah ketemu Ibu belum?" tanya Salva lagi. Bik Mirna menggeleng. Salva tersenyum sambil membenarkan letak duduknya.
"Bik nanti kalau Ibu tanya bibi ngelindur, bibi bilang iya ya. Soalnya kak Anta kan masih di sini dan kayaknya tadi jatuh dan menjerit lalu ibu dengar. Aku bilang aja bibi ngelindur. Terus jangan bilang kalau ada kak Anta ya bik, please tolong ya Bik" kata Salva sambil mengatupkan tangan. Bik Mirna mengangguk setuju. Salva keluar dari kamar bik Mirna dan kembali ke kamarnya sendiri.
Di kamar Salva, Dantai masih di atas tubuh Anta yang hampir tak berjarak dan masih membekap mulut Anta agar tak berteriak. Jantung Anta seolah berhenti berdetak. Sepersekian detik Anta termangu. Ketika tersadar dia memukul dada Dantai, dan mencoba melepas bekapan tangan Dantai. Setelah terlepas dari bekapan Dantai dia menarik nafas sebanyak-banyaknya lalu menghembuskan perlahan.
"Gila Kau Fif! Kau hampir membunuhku tahu! Bangun Fif! Kau menindih ku, tubuhku sakit semua nih!" bentak Anta lirih.
Dantai tersadar lalu bangkit dari tubuh Anta. senyum samar tersungging dari bibirnya. Terdengar samar-samar langkah kaki menaiki tangga. Dantai segera melebarkan langkahnya menutup pintu perlahan dan menguncinya.
Anta terduduk di lantai, tubuhnya terasa sakit semua karena terbanting, mata menyorot tajam ke arah Dantai. Dantai mengulurkan tangannya membantu Anta bangun dari lantai. Kemudian memapahnya ke ranjang. Mereka duduk berdua di atas ranjang Salva, dengan Anta yang masih menatap tajam kepada Dantai.
Dantai terkekeh sambil mengatupkan tangan berkata, "Maaf An, aku tadi tersandung kaki sofa jadi, aku terjatuh."
"Kau begitu manisnya menbangunkan ku Fif, sampai kau banting aku segala," kata Anta tersenyum sinis.
Dantai tertawa namun setelah sadar bawah kamar Salva tidak kedap suara dia membekap mulutnya sendiri. Langkah kaki terdengar dari luar semakin mendekat.
Dantai dan Anta sama-sama terdiam. Detak jantung semakin berdegup kencang.
Krieett!
Terdengar suara pintu di buka dari luar lalu menyusul suara seseorang memangil.
"Dan!"
'Kok kosong ya kamarnya, mungkin di kamar mandi,' batin ibunya.
Di dalam kamar Salva, suasana semakin mencekam. Ketakutan mereka semakin bertambah keringat dingin menjalar ke punggung serta tangan mereka. Tak sadar mereka saling bergemgaman tangan saling menguatkan. Lagi-lagi terdengar suara langkah kaki menjauh lalu suara pintu di buka dan di tutup dengan agak keras.
Krieett!
Blam!
Mereka bernafas lega namun tak lama kemudian terdengar lagi langkah kaki mendekat kembali. Semakin lama semakin mendekati kamar Salva, Jantung mereka berdegup lebih kencang lagi. Setelah itu terdengar suara ketukan pintu berulang kali tak ada panggilan sama sekali, Dantai semakin panik begitu pula Anta wajahnya pucat menahan ketakutan.
toktok ! tok!
toktok! tok!
toktok! tok!
Dantai berusaha tenang, setelah tenang Dantai menyuruh Anta sembunyi ke kamar mandi. Anta bergegas ke kamar mandi dan menutup perlahan.
Setelah memastikan bahwa Anta sudah di kamar mandi Dantai membuka pintu perlahan. Dia terkejut ternyata Salva berada di depan pintu sambil terkekeh pelan melihat wajah pucat pasi ketakutan dari Kakaknya.
Dantai menarik nafas panjang kemudian langsung menarik adiknya masuk ke kamar dan segera mengunci kembali.
Dantai melangkah ke kamar mandi.
Di ketuknya pintu kamar mandi sambil memangil Anta.
toktok! tok!
"An, ini aku! Apa kau dengar?"tanya Dantai.
"Ya, aku dengar, Dan," jawab Anta.
"Kamu mandi aja sekalian, nanti aku bawakan seragammu ke sini. Kalau ada kesempatan lewat jalan belakang." kata Dantai.
"Ya," Jawab Anta singkat.
Di kamar mandi Anta menarik nafas panjang, menenangkan hatinya. Setelah tenang, dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Serasa lebih menenangkan. Tak seberapa lama ia pun keluar dengan memakai bath robe.
"Kak, ini baju seragam Kakak," kata Salva pada Anta
"Va, itu sudah kotor, gimana ini? pakaian ganti kak An ada di mobil. Kemarin sore kak An sempat keluar sebentar untuk pulang ke rumah waktu kakakmu mintak buatkan mie instan. Masalahnya gimana ngambilnya?" tanya Anta bingung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Namira
Ibunya Datang Takut ketahuan tuh si Dantai karena Anta ada di rumahnya
2022-12-11
1
Mom Dian
trimakasih kak tak usahakan mampir lagi nanti
2022-11-29
0
mis FDR
aku mmpir lgi kk
2022-11-29
0