Adzan dhuhur berkumandang, Dantai mengerjapkan matanya berulang kali lalu melihat sekeliling kamarnya tak ada Anta. keningnya berkerut mulai ingat bahwa tadi dia tidak sendiri.
"Heeem, kemana gadis itu?"
Dengan malas dia beranjak dari ranjangnya berjalan ke kamar mandi mengambil wudhu. setelah ia keluar, pandangan matanya tertuju pada baki yang ada di meja.
"Iss, jorok sekali dia!"
Datai mengalihkan pandangannya dan melanjutkan niatnya untuk sholat dhuhur. Setelah sholat dia membersihkan mejanya, membawa baki berisi piring, teko dan gelas yang sudah kotor ke dapur. Di sana ia bertemu bik Mirna yang sedang membuat makan siang.
"Bik, Anta sudah balik ke kelas?" tanyanya pada bik Mirna
"Ooo, namanya non Anta toh, Den. sudah, Den," jawab bik Mirna
"Bik, makan siang ku tolong antar ke kamarku ya Bik. Aku mau kerjakan pesanan Pak Surya, mana harus ulang dari awal lagi karena gadis itu," gerutu Datai melangkahkan kakinya dengan malas kembali ke kamar.
"Oooalah, Den. Begitu to ceritanya. baik Den, beres! Jangan lupa bonus buat bibi ya, Den!" jawab bik Mirna sambil tertawa. Dantai mengacung ibu jarinya tanpa menoleh kebelakang berlalu dari pandangan Bik Mirna.
Di kamar, Dantai mulai memasang kanvas baru pada alat lukisnya sambil sesekali melirik lukisannya yang telah rusak teronggok di sofa. Dia menghela nafas Panjang di raihnya handphonenya, tidak ada panggilan dari Ayah atau Ibunya.
'Orang tua sibuk dengan mempersiapkan masa depan anaknya. Anak sibuk memperjuangkan masa depannya sendiri, lalu bagaimana jika anak sudah menggenggam masa depan sendiri? Apa beliau berdua tidak ingin meluangkan waktu untuk kami berdua? memberi warna pada keluarga ini. Sungguh memang ada harga yang harus di bayar untuk sebuah kesuksesan yaitu waktu untuk bersama keluarga.' Dantai bicara dalam hatinya, dia mengerti dulu keluarganya tidak hidup seperti ini karena bakat melukisnya lah yang mengangkat derajat orang tuanya hingga seperti ini.
Dantai mulai mencorat-coret kuas di kanvas yang kosong menuangkan ide dan bakatnya di sana.
tok! tok! tok!
Suara ketukan di luar pintu kamarnya.
"Masuk! Bik," perintah Datai
Bik Mirna masuk ke kamar Tuan Mudanya meletakan baki berisi makanan dan minuman di meja.
"Makan dulu, Den. Jangan sampai telat makan nanti bibi di marahi tuan dan nyonya ,"Kata bik Mirna lalu meninggalkan kamar Dantai setelah meletakkan makanan dan minuman tuan mudanya di meja. Dantai hanya mengangguk lalu beranjak dari duduknya menuju ke meja dekat sofa, dia duduk di sofa dan mulai makan dengan tenang.
Krieett!
Suara pintu terbuka dari luar di ikuti suara cempreng seorang gadis menggema di seluruh ruangan.
"Assalamualaikum, kak Dantai. Salva pulang."
Gadis manis berseragam sekolah SMP masuk begitu saja di kamar Dantai. lalu dia duduk di sofa dan menatap kakaknya sambil tersenyum.
"Ayah dan ibu belum telpon?" tanyanya sambil mengambil lauk di piring kakaknya.
Dantai memukul punggung tangan adiknya dengan pelan sambil menatap tajam pada adiknya itu.
"Maaf." Salva terkekeh melihat expresi wajah kakaknya. Hingga tiba- tiba matanya melotot menyorot pada lukisan kakaknya yang rusak.
"Ini kenapa kak?" tanya Salva
"Di timpuk orang dengan biji mangga," jawab Dantai.
"Kok bisa?" tanya Salva ingin tahu.
Dantai hanya mengangkat bahunya saja sambil menyodorkan baki yang berisi bekas makannya.
"Taruh dapur, ganti baju, sholat dan makan! Ayah sama ibu masih sibuk, nanti juga telpon. Kalau tidak, coba nanti malam telpon yaa. Kakak mau kerjakan pesanan Pak Surya," Salva mengangguk dan pergi dari kamar itu. Dantai juga mulai sibuk melanjutkan lukisannya.
...----------------...
Di tempat yang berbeda, Anta sudah sampai di halaman rumah neneknya. terlihat dari dalam mobil, sebuah mobil sport warna merah terparkir di halaman luas neneknya, dia keluar dari mobil langsung menghampiri mobil merah itu.
"Wow ... mobilku sudah datang! Asik ... Asik!," teriaknya gembira sambil meloncat-loncat riang, berjalan cepat lalu melompat dan berjalan cepat lagi ke dalam rumah. Hingga bertemu Neneknya di ruang makan yang sibuk menata menu makan siang di meja makan. Neneknya tersenyum melihat kegembiraan cucunya.
Karena anak semata wayang serta prestasi yang gemilang lah membuat orang tua Anta tak bisa menolak keinginan anaknya, begitu pula sang Nenek.
"Anta ganti bajumu! lalu segera turun kebawah! kita makan siang bersama," perintah Nenek pada cucunya.
Setelah makan siang Anta bersantai di dalam kamarnya sambil sibuk membalas pesan teman pembalapnya di Surabaya maupun di Jakarta. Begitu pula Datai larut dengan kesibukannya melukis. Dia hanya istirahat untuk sholat dan makan.
...----------------...
Waktu seolah berjalan cepat tak terasa jam menunjukan pukul sepuluh malam. Dantai merenggangkan persendiannya, beranjak dari duduknya berjalan ke kamar tidur adiknya.
Di bukanya pintu perlahan, dihampirinya adiknya dan di usap kepalanya, membenahi selimutnya. Dantai duduk di sofa tempat tidur adiknya sambil melihat Salva terlelap.
'Maafkan Ayah dan Ibu Va, kau tak cukup banyak waktu untuk bergelayut manja pada Ayah dan Ibu lebih lama. Akan ku gantikan peran mereka memberikan kasih sayang padamu,' gumam Datai dalam hati.
Ayah Dantai sudah dua tahun berada di Singapura. Membangun bisnis bersama temannya. Satu tahun kemudian ibunya menyusul ke sana untuk mendampingi suaminya. Sebenarnya Ibunya ingin menunggu Dantai dan Salva lulus, baru menyusul suaminya ke sana akan tetapi tenaganya dibutuhkan di sana. Ibu Dantai sangat piawai dalam mengelola keuangan. Perhitungannya pun selalu tepat. Satu bulan sekali ibunya pulang ke indonesia dan tinggal selama dua atau tiga hari di rumah kemudian kembali ke Singapura.
Dantai kembali ke kamarnya dan meneruskan lukisan hingga pukul 12.00 malam lalu membaringkan tubuhnya ke ranjang.
"Hari yang begitu melelahkan," gumamnya sambil menguap. Matanya sudah tak mampu bertahan hingga akhirnya ia tertidur.
Ditempat berbeda Anta masih sibuk berkirim pesan dengan teman-temanya merencanakan untuk balapan lagi. Putusan sudah di dapat, Anta pun mengakhiri percakapannya. Diletakkannya ponselnya di atas nakas. Ia pun memejamkan matanya memulai mimpi indahnya.
Pagi ini Dantai sudah menaiki sepeda motornya dengan mengenakan seragam sekolahnya dan tas di punggungnya menunggu Adiknya.
"Salva ayo cepat berangkat! Kakak nanti terlambat sekolahmu lebih jauh dari kakak."
"He ... he ... he ... lebih baik kakak lompat pagar saja tiga menit sudah sampai, biar aku diantar pak To," jawab Salva sambil duduk di belakang kakaknya. Dantai memberikan helm ke adiknya.
"Pak To bersihin kebun belakang yang kotor. Cepat pakai helmnya dek, pegangan kakak!"
"Ok! Ayo berangkat Abang ku manis!"
Dantai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang menuju sekolah adiknya lalu membelok ke sekolahnya sendiri. Sesampainya di sekolahnya di sambut Rio, Aril dan Gibran.
"Tumben kau bawah motor, biasanya juga jalan kaki, tinggal belok dikit kadang juga loncat," kata Gibran terkekeh.
"Habis ngantar Salva ke sekolah," kata Dantai.
"Emang kemana pak To?" kok gak ngantar Salva?" tanya Aril.
"Bersihin kebun belakang kemarin ada kelelawar betina habisin mangga dan bijinya kemana-mana." jawab Dantai acuh.
"Tau dari mana kau Dan, kalau kelelawarnya betina?" tanya Rio.
"Taulah, jelas begitu." jawab Dantai fokus ke tempat lainnya.
Rio, Aril dan Gibran mengikuti arah pandangan Dantai.
"Woi ... keren!" teriak Rio.
"Cakep bro!" saut Aril.
Terlihat oleh mereka seorang gadis yang keluar dari mobil sport merahnya, dengan gaya yang khas, tas punggung di pundaknya, rambut di ikat kebelakang dengan topi hitamnya.
Dantai turun dari motornya menghampiri gadis itu menghimpitnya hingga ke badan mobil mencengkram kedua tangan Anta kebawah.
"Ooo jadi ini alasan kamu ingin membeli lukisanku yang rusak itu. Karena kau merasa punya uang yang banyak begitu. Dan melempar tanggungjawabmu dengan uang, tanpa menghargai kerja keras seseorang, begitu, 'kan!?" tanya Dantai dengan menatap tajam pada gadis itu. Ketiga temannya terbengong melihat sikap Datai yang sepertinya sudah kenal dan akrab.
"Ti-- tidak bukan begitu Fif. Aku benar-benar merasa bersalah saja, menghargai hasil kerja keras mu. Makanya aku beli lukisan itu." jawab Anta terbata karena terkejut dengan kedatangan Dantai tiba-tiba. Datai masih menatapnya tajam dan mencengkram tangannya kuat hingga Anta merasa panas dikedua pergelangan tangannya.
"Lalu kenapa kamu tidak kembali ke rumahku sepulang sekolah hah!? Aku meminta pertanggungjawabanmu, menemaniku melukis sampai lukisan itu jadi. Bukan uang, kau mengerti Anta!?" Bentak Dantai kesal.
"I-- iya aku mengerti, Tapi lepas dulu tanganmu ini! Sakit, Kau ini kasar sekali Sama wanita! Harus lembut, sayang ... bukan dikasari seperti ini. Bisa saja aku menjatuhkan tubuhmu di tanah dengan cepat. Tapi aku menjaga harga dirimu tampan ...." Anta terkekeh
Dantai hanya memutar bola matanya jengah melihat sikap Anta yang menganggap enteng sebuah permasalahan. Anta melanjutkan kalimatnya setelah melemaskan pergelangan tangan yang telah di lepaskan Dantai.
"Aku itu kemarin bawah mobil. Aku tidak tau rumahmu jika lewat pintu depan. Lalu apakah mobilku di tinggal di sini? Kalau aku lewat pintu belakang bagaimana dengan mobil ku? Aku juga tidak tau nomor ponselmu."
"Ok! Baik, mana ponselmu?" tanya Dantai menyerahkan ponselnya ke Anta dan mengambil ponsel Anta dan menyimpan nomernya di sana begitupun Anta. Dantai menatap Anta dengan Datar.
"Tunggu aku di parkiran sepulang sekolah! Bareng aku ke rumah! kau ikuti motorku!" perintah Dantai sambil melangkah pergi menghampiri temannya yang masih bengong.
"Hai ... bukankah dia murid baru? Bagaimana kau mengenalnya, Dan? Apa jangan-jangan dia itu yang kau sebut kelelawar betina itu?" tanya Gibran menatap temannya itu.
"Ya ... ya ... ya, banyak sekali pertanyaan mu itu, Gib." jawab Dantai dengan tertawa di ikuti ke tiga temannya itu. Mereka berbincang-bincang sambil menuju kelasnya. Sementara Anta yang sudah terbebas dari intimidasi Dantai berjalan berlenggang santai menuju kelasnya.
"Wah ... wah kau hebat sekali, Dantai. Memanfaatkan keadaan," sahut Rio terkekeh. Mereka sampai di kelas bersamaan dengan bel sekolah berbunyi.
Mereka pun mengikuti pelajaran hingga selesai. Dantai berjalan cepat menuju parkiran.
Terlihat Anta berdiri di depan mobilnya menunggu Dantai. Dantai melihat Anta sekilas, berjalan lalu duduk di motornya. Anta pun sudah siap di belakang kemudi. Mereka pun menjalan kendaraannya masing-masing. Tak lama kemudian sampailah mereka. Dantai turun dari motornya dan Anta keluar dari mobilnya. Dari depan pintu mereka di sambut seorang gadis berusia 14 tahunan.
"Kakak, wah ini siapa? Ayo masuk!," tanya Salva sambil terus bejalan mengitari Anta. Dantai merangkul adiknya mengajaknya masuk ke dalam.
"Teman kakak, kamu sudah makan?" tanya Dantai penuh perhatian.
"Belum, nunggu Kakak" jawab Salva sambil lihat ke kiri dan ke kanan. lalu berjalan mendahului sambil menarik tangan Anta dan mengajaknya duduk di depan meja makan. Dantai pergi ke kamarnya berganti pakaian lalu mengambil salah satu kaosnya dan membawanya turun berjalan keruang makan. Setelah dekat, dia lemparkan kaos tersebut dan tepat mengenai muka Anta.
"Ganti pakaian mu! Habis makan, petikan beberapa buah mangga lalu bikinkan jus seperti kemaren! Itu tugasmu, 'kan?"
"Iiiss, kau ini gak sopan amat, main lempar aja," jawab Anta berlari menuju kamar Dantai menaiki tangga dengan cepat.
"Pacar kakak?," bisik Salva pada kakaknya.
"Bukan,dia yang melempar lukisan kakak dengan biji mangga," saut Datai.
"Apa!? Dia kak!" teriak Salva, matanya membola karena terkejut.
"Salva, pelan kan suaramu. Dia sedang Kakak hukum," bisik Dantai. Adiknya itu mengangguk sambil senyum-senyum. Anta sudah berganti pakaian dengan kaos Dantai yang sedikit kebesaran dan celana pendek di atas lutut yang selalu di pakai di balik roknya kembali duduk di dekat Salva. Dantai melihat sekilas penampilan Anta ketika duduk celananya ketarik ke atas, memperlihatkan paha mulusnya, Dantai mengalihkan pandangannya mengusir hawa panas di wajahnya.
"Ambilkan!"perintah Dantai menyodorkan piringnya. Anta menghela nafas berat membuang kekesalannya.
"Segini?"
Dantai mengangguk. Anta mengambilkan lauknya. Ketika ia tanya, Dantai hanya menjawab dengan mengangguk dan menggeleng. Anta lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Salva berbisik ke telinganya.
"Nama kakak siapa?"
"Anta, panggil saja kak Anta," bisiknya kembali pada Salva.
"Salva, makan. Jangan berisik!" perintah Dantai. Salva nyengir mendengar teriakan Kakaknya menoleh ke Anta dan melanjutkan makanannya. Anta duduk di sofa ruang tamu setelah makan. Dantai duduk sebelah Anta.
"Kenapa masih di sini? Lakukan tugasmu!" bisik Dantai.
"Cek," Anta berdecak, lalu menoleh kearah Dantai, tak sengaja bibir mereka bertemu. Ada guratan merah di wajah mereka. Anta berusaha untuk menormalkan hatinya, bersikap biasa saja begitu pula dengan Dantai.
"Biar turun dulu makanan ku Fif ...! katanya sambil berdiri berjalan ke kebun belakang sambil bersungut-sungut. Dantai mengekorinya di belakang di ikuti juga oleh Salva yang berlari mendahului kakaknya dan mensejajarkan langkah kaki Anta.
Apa Kakak bisa manjat? Tinggi loh," Tanya Salva, Anta mengangguk.
"Apa kakak manjat pagar itu? tanya Salva lagi Anta mengangguk lagi.
"Cek, cek ...," Salva berdecak sambil geleng-geleng kepala lalu menatap jenaka pada Anta. Bik Mirna hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka bertiga.
Anta sudah berada di depan pohon mangga. Bersiap-siap mau memanjat, tiba-tiba pak To datang menghampirinya.
"Mau apa, Non? Mau manjat?"
Anta mengangguk. "Biar saya ambilkan, Non," sambung pak To.
"Gak usah pak! Biar dia yang ngambil, jangan kawatir pak! dia itu kelelawar betina tanpa sayap. Gak bakal jatuh dia," jawab Dantai, Anta menyebikkan bibirnya.
"Hi ... hi ... hi ...," Salva terkikik mendengar jawaban kakaknya. Pak To tersenyum lalu pergi membiarkan mereka mengambil mangga sendiri.
Anta sudah nangkring di atas pohon, sedangkan Salva sibuk menunjuk ke sana ke mari sambil berlarian ke sana ke sini menangkap mangga yang di lempar Anta. Anta mengambil mangga yang di tunjuk Salva tak henti- hentinya mulutnya mengunyah mangga sambil melempar biji mangga yang telah habis dimakannya.
Dantai tersenyum melihat keceriaan adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Jasmin Fathin
Seru habis kak...
2023-01-20
0
Friasta
Anak baik Kak Dantai, sudah pandai cari penghasilan, ngemong banget pula ke adiknya 🥰
2023-01-09
0
😍syg lon 😍
mampir kx..
2023-01-07
0