Tak menemukannya

Adzan dhuhur berkumandang, Dantai mengerjapkan matanya berulang kali lalu melihat sekeliling kamarnya tak ada Anta. keningnya berkerut mulai ingat bahwa tadi dia tidak sendiri.

"Heeem, kemana gadis itu?"

Dengan malas dia beranjak dari ranjangnya berjalan ke kamar mandi mengambil wudhu. setelah ia keluar, pandangan matanya tertuju pada baki yang ada di meja.

"Iss, jorok sekali dia!"

Datai mengalihkan pandangannya dan melanjutkan niatnya untuk sholat dhuhur. Setelah sholat dia membersihkan mejanya, membawa baki berisi piring, teko dan gelas yang sudah kotor ke dapur. Di sana ia bertemu bik Mirna yang sedang membuat makan siang.

"Bik, Anta sudah balik ke kelas?" tanyanya pada bik Mirna

"Ooo, namanya non Anta toh, Den. sudah, Den," jawab bik Mirna

"Bik, makan siang ku tolong antar ke kamarku ya Bik. Aku mau kerjakan pesanan Pak Surya, mana harus ulang dari awal lagi karena gadis itu," gerutu Datai melangkahkan kakinya dengan malas kembali ke kamar.

"Oooalah, Den. Begitu to ceritanya. baik Den, beres! Jangan lupa bonus buat bibi ya, Den!" jawab bik Mirna sambil tertawa. Dantai mengacung ibu jarinya tanpa menoleh kebelakang berlalu dari pandangan Bik Mirna.

Di kamar, Dantai mulai memasang kanvas baru pada alat lukisnya sambil sesekali melirik lukisannya yang telah rusak teronggok di sofa. Dia menghela nafas Panjang di raihnya handphonenya, tidak ada panggilan dari Ayah atau Ibunya.

'Orang tua sibuk dengan mempersiapkan masa depan anaknya. Anak sibuk memperjuangkan masa depannya sendiri, lalu bagaimana jika anak sudah menggenggam masa depan sendiri? Apa beliau berdua tidak ingin meluangkan waktu untuk kami berdua? memberi warna pada keluarga ini. Sungguh memang ada harga yang harus di bayar untuk sebuah kesuksesan yaitu waktu untuk bersama keluarga.' Dantai bicara dalam hatinya, dia mengerti dulu keluarganya tidak hidup seperti ini karena bakat melukisnya lah yang mengangkat derajat orang tuanya hingga seperti ini.

Dantai mulai mencorat-coret kuas di kanvas yang kosong menuangkan ide dan bakatnya di sana.

tok! tok! tok!

Suara ketukan di luar pintu kamarnya.

"Masuk! Bik," perintah Datai

Bik Mirna masuk ke kamar Tuan Mudanya meletakan baki berisi makanan dan minuman di meja.

"Makan dulu, Den. Jangan sampai telat makan nanti bibi di marahi tuan dan nyonya ,"Kata bik Mirna lalu meninggalkan kamar Dantai setelah meletakkan makanan dan minuman tuan mudanya di meja. Dantai hanya mengangguk lalu beranjak dari duduknya menuju ke meja dekat sofa, dia duduk di sofa dan mulai makan dengan tenang.

Krieett!

Suara pintu terbuka dari luar di ikuti suara cempreng seorang gadis menggema di seluruh ruangan.

"Assalamualaikum, kak Dantai. Salva pulang."

Gadis manis berseragam sekolah SMP masuk begitu saja di kamar Dantai. lalu dia duduk di sofa dan menatap kakaknya sambil tersenyum.

"Ayah dan ibu belum telpon?" tanyanya sambil mengambil lauk di piring kakaknya.

Dantai memukul punggung tangan adiknya dengan pelan sambil menatap tajam pada adiknya itu.

"Maaf." Salva terkekeh melihat expresi wajah kakaknya. Hingga tiba- tiba matanya melotot menyorot pada lukisan kakaknya yang rusak.

"Ini kenapa kak?" tanya Salva

"Di timpuk orang dengan biji mangga," jawab Dantai.

"Kok bisa?" tanya Salva ingin tahu.

Dantai hanya mengangkat bahunya saja sambil menyodorkan baki yang berisi bekas makannya.

"Taruh dapur, ganti baju, sholat dan makan! Ayah sama ibu masih sibuk, nanti juga telpon. Kalau tidak, coba nanti malam telpon yaa. Kakak mau kerjakan pesanan Pak Surya," Salva mengangguk dan pergi dari kamar itu. Dantai juga mulai sibuk melanjutkan lukisannya.

...----------------...

Di tempat yang berbeda, Anta sudah sampai di halaman rumah neneknya. terlihat dari dalam mobil, sebuah mobil sport warna merah terparkir di halaman luas neneknya, dia keluar dari mobil langsung menghampiri mobil merah itu.

"Wow ... mobilku sudah datang! Asik ... Asik!," teriaknya gembira sambil meloncat-loncat riang, berjalan cepat lalu melompat dan berjalan cepat lagi ke dalam rumah. Hingga bertemu Neneknya di ruang makan yang sibuk menata menu makan siang di meja makan. Neneknya tersenyum melihat kegembiraan cucunya.

Karena anak semata wayang serta prestasi yang gemilang lah membuat orang tua Anta tak bisa menolak keinginan anaknya, begitu pula sang Nenek.

"Anta ganti bajumu! lalu segera turun kebawah! kita makan siang bersama," perintah Nenek pada cucunya.

Setelah makan siang Anta bersantai di dalam kamarnya sambil sibuk membalas pesan teman pembalapnya di Surabaya maupun di Jakarta. Begitu pula Datai larut dengan kesibukannya melukis. Dia hanya istirahat untuk sholat dan makan.

...----------------...

Waktu seolah berjalan cepat tak terasa jam menunjukan pukul sepuluh malam. Dantai merenggangkan persendiannya, beranjak dari duduknya berjalan ke kamar tidur adiknya.

Di bukanya pintu perlahan, dihampirinya adiknya dan di usap kepalanya, membenahi selimutnya. Dantai duduk di sofa tempat tidur adiknya sambil melihat Salva terlelap.

'Maafkan Ayah dan Ibu Va, kau tak cukup banyak waktu untuk bergelayut manja pada Ayah dan Ibu lebih lama. Akan ku gantikan peran mereka memberikan kasih sayang padamu,' gumam Datai dalam hati.

Ayah Dantai sudah dua tahun berada di Singapura. Membangun bisnis bersama temannya. Satu tahun kemudian ibunya menyusul ke sana untuk mendampingi suaminya. Sebenarnya Ibunya ingin menunggu Dantai dan Salva lulus, baru menyusul suaminya ke sana akan tetapi tenaganya dibutuhkan di sana. Ibu Dantai sangat piawai dalam mengelola keuangan. Perhitungannya pun selalu tepat. Satu bulan sekali ibunya pulang ke indonesia dan tinggal selama dua atau tiga hari di rumah kemudian kembali ke Singapura.

Dantai kembali ke kamarnya dan meneruskan lukisan hingga pukul 12.00 malam lalu membaringkan tubuhnya ke ranjang.

"Hari yang begitu melelahkan," gumamnya sambil menguap. Matanya sudah tak mampu bertahan hingga akhirnya ia tertidur.

Ditempat berbeda Anta masih sibuk berkirim pesan dengan teman-temanya merencanakan untuk balapan lagi. Putusan sudah di dapat, Anta pun mengakhiri percakapannya. Diletakkannya ponselnya di atas nakas. Ia pun memejamkan matanya memulai mimpi indahnya.

Pagi ini Dantai sudah menaiki sepeda motornya dengan mengenakan seragam sekolahnya dan tas di punggungnya menunggu Adiknya.

"Salva ayo cepat berangkat! Kakak nanti terlambat sekolahmu lebih jauh dari kakak."

"He ... he ... he ... lebih baik kakak lompat pagar saja tiga menit sudah sampai, biar aku diantar pak To," jawab Salva sambil duduk di belakang kakaknya. Dantai memberikan helm ke adiknya.

"Pak To bersihin kebun belakang yang kotor. Cepat pakai helmnya dek, pegangan kakak!"

"Ok! Ayo berangkat Abang ku manis!"

Dantai menjalankan motornya dengan kecepatan sedang menuju sekolah adiknya lalu membelok ke sekolahnya sendiri. Sesampainya di sekolahnya di sambut Rio, Aril dan Gibran.

"Tumben kau bawah motor, biasanya juga jalan kaki, tinggal belok dikit kadang juga loncat," kata Gibran terkekeh.

"Habis ngantar Salva ke sekolah," kata Dantai.

"Emang kemana pak To?" kok gak ngantar Salva?" tanya Aril.

"Bersihin kebun belakang kemarin ada kelelawar betina habisin mangga dan bijinya kemana-mana." jawab Dantai acuh.

"Tau dari mana kau Dan, kalau kelelawarnya betina?" tanya Rio.

"Taulah, jelas begitu." jawab Dantai fokus ke tempat lainnya.

Rio, Aril dan Gibran mengikuti arah pandangan Dantai.

"Woi ... keren!" teriak Rio.

"Cakep bro!" saut Aril.

Terlihat oleh mereka seorang gadis yang keluar dari mobil sport merahnya, dengan gaya yang khas, tas punggung di pundaknya, rambut di ikat kebelakang dengan topi hitamnya.

Dantai turun dari motornya menghampiri gadis itu menghimpitnya hingga ke badan mobil mencengkram kedua tangan Anta kebawah.

"Ooo jadi ini alasan kamu ingin membeli lukisanku yang rusak itu. Karena kau merasa punya uang yang banyak begitu. Dan melempar tanggungjawabmu dengan uang, tanpa menghargai kerja keras seseorang, begitu, 'kan!?" tanya Dantai dengan menatap tajam pada gadis itu. Ketiga temannya terbengong melihat sikap Datai yang sepertinya sudah kenal dan akrab.

"Ti-- tidak bukan begitu Fif. Aku benar-benar merasa bersalah saja, menghargai hasil kerja keras mu. Makanya aku beli lukisan itu." jawab Anta terbata karena terkejut dengan kedatangan Dantai tiba-tiba. Datai masih menatapnya tajam dan mencengkram tangannya kuat hingga Anta merasa panas dikedua pergelangan tangannya.

"Lalu kenapa kamu tidak kembali ke rumahku sepulang sekolah hah!? Aku meminta pertanggungjawabanmu, menemaniku melukis sampai lukisan itu jadi. Bukan uang, kau mengerti Anta!?" Bentak Dantai kesal.

"I-- iya aku mengerti, Tapi lepas dulu tanganmu ini! Sakit, Kau ini kasar sekali Sama wanita! Harus lembut, sayang ... bukan dikasari seperti ini. Bisa saja aku menjatuhkan tubuhmu di tanah dengan cepat. Tapi aku menjaga harga dirimu tampan ...." Anta terkekeh

Dantai hanya memutar bola matanya jengah melihat sikap Anta yang menganggap enteng sebuah permasalahan. Anta melanjutkan kalimatnya setelah melemaskan pergelangan tangan yang telah di lepaskan Dantai.

"Aku itu kemarin bawah mobil. Aku tidak tau rumahmu jika lewat pintu depan. Lalu apakah mobilku di tinggal di sini? Kalau aku lewat pintu belakang bagaimana dengan mobil ku? Aku juga tidak tau nomor ponselmu."

"Ok! Baik, mana ponselmu?" tanya Dantai menyerahkan ponselnya ke Anta dan mengambil ponsel Anta dan menyimpan nomernya di sana begitupun Anta. Dantai menatap Anta dengan Datar.

"Tunggu aku di parkiran sepulang sekolah! Bareng aku ke rumah! kau ikuti motorku!" perintah Dantai sambil melangkah pergi menghampiri temannya yang masih bengong.

"Hai ... bukankah dia murid baru? Bagaimana kau mengenalnya, Dan? Apa jangan-jangan dia itu yang kau sebut kelelawar betina itu?" tanya Gibran menatap temannya itu.

"Ya ... ya ... ya, banyak sekali pertanyaan mu itu, Gib." jawab Dantai dengan tertawa di ikuti ke tiga temannya itu. Mereka berbincang-bincang sambil menuju kelasnya. Sementara Anta yang sudah terbebas dari intimidasi Dantai berjalan berlenggang santai menuju kelasnya.

"Wah ... wah kau hebat sekali, Dantai. Memanfaatkan keadaan," sahut Rio terkekeh. Mereka sampai di kelas bersamaan dengan bel sekolah berbunyi.

Mereka pun mengikuti pelajaran hingga selesai. Dantai berjalan cepat menuju parkiran.

Terlihat Anta berdiri di depan mobilnya menunggu Dantai. Dantai melihat Anta sekilas, berjalan lalu duduk di motornya. Anta pun sudah siap di belakang kemudi. Mereka pun menjalan kendaraannya masing-masing. Tak lama kemudian sampailah mereka. Dantai turun dari motornya dan Anta keluar dari mobilnya. Dari depan pintu mereka di sambut seorang gadis berusia 14 tahunan.

"Kakak, wah ini siapa? Ayo masuk!," tanya Salva sambil terus bejalan mengitari Anta. Dantai merangkul adiknya mengajaknya masuk ke dalam.

"Teman kakak, kamu sudah makan?" tanya Dantai penuh perhatian.

"Belum, nunggu Kakak" jawab Salva sambil lihat ke kiri dan ke kanan. lalu berjalan mendahului sambil menarik tangan Anta dan mengajaknya duduk di depan meja makan. Dantai pergi ke kamarnya berganti pakaian lalu mengambil salah satu kaosnya dan membawanya turun berjalan keruang makan. Setelah dekat, dia lemparkan kaos tersebut dan tepat mengenai muka Anta.

"Ganti pakaian mu! Habis makan, petikan beberapa buah mangga lalu bikinkan jus seperti kemaren! Itu tugasmu, 'kan?"

"Iiiss, kau ini gak sopan amat, main lempar aja," jawab Anta berlari menuju kamar Dantai menaiki tangga dengan cepat.

"Pacar kakak?," bisik Salva pada kakaknya.

"Bukan,dia yang melempar lukisan kakak dengan biji mangga," saut Datai.

"Apa!? Dia kak!" teriak Salva, matanya membola karena terkejut.

"Salva, pelan kan suaramu. Dia sedang Kakak hukum," bisik Dantai. Adiknya itu mengangguk sambil senyum-senyum. Anta sudah berganti pakaian dengan kaos Dantai yang sedikit kebesaran dan celana pendek di atas lutut yang selalu di pakai di balik roknya kembali duduk di dekat Salva. Dantai melihat sekilas penampilan Anta ketika duduk celananya ketarik ke atas, memperlihatkan paha mulusnya, Dantai mengalihkan pandangannya mengusir hawa panas di wajahnya.

"Ambilkan!"perintah Dantai menyodorkan piringnya. Anta menghela nafas berat membuang kekesalannya.

"Segini?"

Dantai mengangguk. Anta mengambilkan lauknya. Ketika ia tanya, Dantai hanya menjawab dengan mengangguk dan menggeleng. Anta lalu mengambil makanan untuk dirinya sendiri. Salva berbisik ke telinganya.

"Nama kakak siapa?"

"Anta, panggil saja kak Anta," bisiknya kembali pada Salva.

"Salva, makan. Jangan berisik!" perintah Dantai. Salva nyengir mendengar teriakan Kakaknya menoleh ke Anta dan melanjutkan makanannya. Anta duduk di sofa ruang tamu setelah makan. Dantai duduk sebelah Anta.

"Kenapa masih di sini? Lakukan tugasmu!" bisik Dantai.

"Cek," Anta berdecak, lalu menoleh kearah Dantai, tak sengaja bibir mereka bertemu. Ada guratan merah di wajah mereka. Anta berusaha untuk menormalkan hatinya, bersikap biasa saja begitu pula dengan Dantai.

"Biar turun dulu makanan ku Fif ...! katanya sambil berdiri berjalan ke kebun belakang sambil bersungut-sungut. Dantai mengekorinya di belakang di ikuti juga oleh Salva yang berlari mendahului kakaknya dan mensejajarkan langkah kaki Anta.

Apa Kakak bisa manjat? Tinggi loh," Tanya Salva, Anta mengangguk.

"Apa kakak manjat pagar itu? tanya Salva lagi Anta mengangguk lagi.

"Cek, cek ...," Salva berdecak sambil geleng-geleng kepala lalu menatap jenaka pada Anta. Bik Mirna hanya senyum-senyum melihat tingkah mereka bertiga.

Anta sudah berada di depan pohon mangga. Bersiap-siap mau memanjat, tiba-tiba pak To datang menghampirinya.

"Mau apa, Non? Mau manjat?"

Anta mengangguk. "Biar saya ambilkan, Non," sambung pak To.

"Gak usah pak! Biar dia yang ngambil, jangan kawatir pak! dia itu kelelawar betina tanpa sayap. Gak bakal jatuh dia," jawab Dantai, Anta menyebikkan bibirnya.

"Hi ... hi ... hi ...," Salva terkikik mendengar jawaban kakaknya. Pak To tersenyum lalu pergi membiarkan mereka mengambil mangga sendiri.

Anta sudah nangkring di atas pohon, sedangkan Salva sibuk menunjuk ke sana ke mari sambil berlarian ke sana ke sini menangkap mangga yang di lempar Anta. Anta mengambil mangga yang di tunjuk Salva tak henti- hentinya mulutnya mengunyah mangga sambil melempar biji mangga yang telah habis dimakannya.

Dantai tersenyum melihat keceriaan adiknya.

Terpopuler

Comments

Jasmin Fathin

Jasmin Fathin

Seru habis kak...

2023-01-20

0

Friasta

Friasta

Anak baik Kak Dantai, sudah pandai cari penghasilan, ngemong banget pula ke adiknya 🥰

2023-01-09

0

😍syg lon 😍

😍syg lon 😍

mampir kx..

2023-01-07

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Yang Kelam
2 Awal Perkenalan
3 Tak menemukannya
4 Sungguh merepotkan
5 Ibu Datang
6 Mencari Jalan keluar
7 menebus kesalahan
8 Kemarahan Pak Dirga
9 Membantu Anta
10 Lukislah aku di hatimu
11 Persaingan Antar Cewek
12 Tentang Riko
13 Sisi lain dari Anta
14 Merayu Nenek
15 Kegalauan Dantai
16 Mendapatkan Tawaran
17 Berangkat ke Jakarta
18 Pertemuan yang mengejutkan
19 Pertunjukan yang memukau
20 Kepulangan Dantai
21 Jebakan itu untuk ku bukan untuk mu
22 Hari bahagia Riko
23 Kecelakaan
24 Paska Kecelakaan
25 Kesedihan Harlan dan Ira
26 Permintaan Anta
27 Jadi Saya Buta,Dok
28 Hilang Ingatan
29 Dia Membawa Hati ku
30 Pesta Perpisahan Sederhana Ala 5 sekawan
31 Perpisahan Untuk Masa Depan
32 Berobat ke Turki
33 Pertemuan Tahunan
34 Bertemu Kembali
35 Gangguan Kecil di Reuni Mereka
36 Mencari Tahu Namanya
37 Mengunjungi Anta di Turki
38 Menghabiskan waktu Bersama
39 Memberi Kesan Indah Sebelum Pergi
40 Menolak Perjodohan
41 Mulai Tinggal di Apartemen
42 Menentukan Langkah
43 Bertindak Tegas
44 Kekesalan Clara
45 Kerjasama Bisnis
46 Hari Pertama Clara
47 Cinta Kilat
48 Memenuhi Panggilan Ibu
49 Mengantar ke Malang
50 Bertemu Maera
51 Kembali ke Singapura
52 Tak Mau Bergantung
53 Berkunjung
54 Kencan Pertama
55 Menatap Dunia Dengan Berani
56 Viral
57 Rencana Ngedate Bareng
58 double date
59 Rencana Meminang
60 Meminta restu
61 SAH
62 Pesta Belum usai
63 Kedatangan Sahabat Lama
64 Malam Pertama
65 Detik-detik Perpisahan
66 Menjelang Keberangkatan
67 Hidup Baru
68 Keluar dari zona Aman Teryata Sulit
69 Senda Gurau Manja
70 Menghibur Istri.
71 Bertemu Wanita Hebat
72 Tentang Dianta Dan Diana
73 Melatih Anta
74 Aura Kebahagian
75 Malam Romantis
76 Hamil
77 Periksa Kehamilan.
78 Memberi Kabar Baik
79 Kunjungan Besan
80 Pesta buah
81 Bertanya Tentang Diana
82 Mengunjungi Makam Diana
83 Kehangatan keluarga
84 Undangan Pernikahan Sari
85 Resepsi
86 Mengungkap Perasaan
87 Berdamai Dengan Masa Lalu.
88 Melahirkan
89 Emir Dan Hira
90 Pulang Dari Rumah Sakit
91 Sebuah Awal
92 Kedatang Keluarga Sari.
93 Kedatangan Keluarga Sari 2
94 Keakrapan
95 Mengadopsi Maera
96 Obrolan Malam
97 Kedatangan 4 Sekawan
98 Jalan-jalan ke Singapura
99 Memulai Sesuatu yang Baru.
100 Terpikat Istrinya
101 Orang Ketiga
102 Dilema Anta
103 Pengalihan Target
104 Keraguan Pada Diri Sendiri
105 Menjalin Hubungan Pertemanan
106 Menjaga Maera
107 Tak Mampu Memendam Rasa
108 Sah
109 Bertemu Orang di Masalalu
110 Apa pun Akan Kukabulkan
111 Mencoba Mengerti
112 Merencanakan Yang baru
113 Istri Kecilku
114 Di Goda Istri kecil ku.
115 Rencana healing
116 Mengerjai Anta
117 Bermain bersama Cucu.
118 Kehebohan cucu.
119 Emir dan Hira
120 Kebersamaan
121 Kebersamaan 2
122 Keinginan Hira.
123 Galau
124 Mood Booster
125 Rencana Liburan
126 Bertemu Besan
127 Mengajak Cucu di Perkebunan
128 Mengajak Cucu ke Perkebunan 2
129 Bertemu Boy
130 Rencana Liburan
131 Salah Paham
132 Apapun Permintaanmu Akan Kukabulkan
133 Untuk Siapa Diding Hatimu Kau Bangun
134 Dilema
135 Berdamai
136 Beri Aku Ruang
137 Kebahagiaan Sesaat
138 Berangkat ke Surabaya
139 Bertemu Keluarga
140 Bertemu Sahabat
141 Bertemu Hira
142 Waktu ini untuk mu
143 Kecewa
144 Petaka Dalam perjalanan
145 Belum Ada Tanda-tanda
146 Melewati masa kritis
147 Anta Sadar
148 Karunia Ilahi
149 Anakku Bisa Melihat Kembali
150 Hira
151 Menuruti Keinginannya
152 Pulang ke Vila
153 Pulang dari rumah sakit
154 Kegalauan
155 Keputusan Rio
156 Menemui Istri
157 Kemarahan
158 Perasaan yang Tak Terbaca
159 Menghadiri Aqiqo Kaila
160 Kemana Dia Yaa 1
161 Kemana Ya Dia 2
162 Aqiqo Kaila
163 Ijinkan Aku Tinggal di Hatimu Sejenak
164 Rencana Pergi Babymoon
165 Menyelesaikan Masalah Sebelum Pergi
166 Pernikahan Narti da Sofyan
167 Perjalanan Ke Maldives
168 Bertemu Sahabat.
169 Merajut Kasih
170 Nuansa Biru di Maldives
171 Sebuah Janji
172 Menciptakan Kebahagiaan untuk Sang Istri
173 Menjemput ke Bandara
174 Sepulang dari Maldives
175 Usai bulan madu
176 Perubahan Hira.
177 Ingin Bertemu Hira
178 Kau Akan Jadi Terindah Untukku.
179 Bertemu Hira
180 Kekalutan
181 Masih Belum Terlewatkan
182 Duka di Sore hari
183 Pemakaman
184 Pamit untuk Pulang.
185 Bilal Marva
186 Hira dan Bilal
187 Bertemu Rio
188 Malu-maluin
189 Berbelanja
190 bersepeda.
191 Aku merindukannya.
192 Membangunkan Singa tidur
193 Rencana ke Singapure
194 Akad Nikah.
195 Kamu kelemahan ku
196 Berangkat ke Maldive lagi
197 Selalu menginginkanmu
198 Indahnya Cinta
199 Kau Keindahan ku
200 Menjeput Bilal
201 Kebersamaan kita
202 Pulang ke Bandung
203 Sepulangnya dari Singapure
204 Bermai Parkour
205 Cemburu
206 Amarah
207 Melunak
208 Selepas Marah
209 Posesif
210 Kecemasan Rio
211 Bab 211
212 Akhir pelabuhan hati
213 Promo Novel Baru Mengandung Benih Suami Sahabatku
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Malam Yang Kelam
2
Awal Perkenalan
3
Tak menemukannya
4
Sungguh merepotkan
5
Ibu Datang
6
Mencari Jalan keluar
7
menebus kesalahan
8
Kemarahan Pak Dirga
9
Membantu Anta
10
Lukislah aku di hatimu
11
Persaingan Antar Cewek
12
Tentang Riko
13
Sisi lain dari Anta
14
Merayu Nenek
15
Kegalauan Dantai
16
Mendapatkan Tawaran
17
Berangkat ke Jakarta
18
Pertemuan yang mengejutkan
19
Pertunjukan yang memukau
20
Kepulangan Dantai
21
Jebakan itu untuk ku bukan untuk mu
22
Hari bahagia Riko
23
Kecelakaan
24
Paska Kecelakaan
25
Kesedihan Harlan dan Ira
26
Permintaan Anta
27
Jadi Saya Buta,Dok
28
Hilang Ingatan
29
Dia Membawa Hati ku
30
Pesta Perpisahan Sederhana Ala 5 sekawan
31
Perpisahan Untuk Masa Depan
32
Berobat ke Turki
33
Pertemuan Tahunan
34
Bertemu Kembali
35
Gangguan Kecil di Reuni Mereka
36
Mencari Tahu Namanya
37
Mengunjungi Anta di Turki
38
Menghabiskan waktu Bersama
39
Memberi Kesan Indah Sebelum Pergi
40
Menolak Perjodohan
41
Mulai Tinggal di Apartemen
42
Menentukan Langkah
43
Bertindak Tegas
44
Kekesalan Clara
45
Kerjasama Bisnis
46
Hari Pertama Clara
47
Cinta Kilat
48
Memenuhi Panggilan Ibu
49
Mengantar ke Malang
50
Bertemu Maera
51
Kembali ke Singapura
52
Tak Mau Bergantung
53
Berkunjung
54
Kencan Pertama
55
Menatap Dunia Dengan Berani
56
Viral
57
Rencana Ngedate Bareng
58
double date
59
Rencana Meminang
60
Meminta restu
61
SAH
62
Pesta Belum usai
63
Kedatangan Sahabat Lama
64
Malam Pertama
65
Detik-detik Perpisahan
66
Menjelang Keberangkatan
67
Hidup Baru
68
Keluar dari zona Aman Teryata Sulit
69
Senda Gurau Manja
70
Menghibur Istri.
71
Bertemu Wanita Hebat
72
Tentang Dianta Dan Diana
73
Melatih Anta
74
Aura Kebahagian
75
Malam Romantis
76
Hamil
77
Periksa Kehamilan.
78
Memberi Kabar Baik
79
Kunjungan Besan
80
Pesta buah
81
Bertanya Tentang Diana
82
Mengunjungi Makam Diana
83
Kehangatan keluarga
84
Undangan Pernikahan Sari
85
Resepsi
86
Mengungkap Perasaan
87
Berdamai Dengan Masa Lalu.
88
Melahirkan
89
Emir Dan Hira
90
Pulang Dari Rumah Sakit
91
Sebuah Awal
92
Kedatang Keluarga Sari.
93
Kedatangan Keluarga Sari 2
94
Keakrapan
95
Mengadopsi Maera
96
Obrolan Malam
97
Kedatangan 4 Sekawan
98
Jalan-jalan ke Singapura
99
Memulai Sesuatu yang Baru.
100
Terpikat Istrinya
101
Orang Ketiga
102
Dilema Anta
103
Pengalihan Target
104
Keraguan Pada Diri Sendiri
105
Menjalin Hubungan Pertemanan
106
Menjaga Maera
107
Tak Mampu Memendam Rasa
108
Sah
109
Bertemu Orang di Masalalu
110
Apa pun Akan Kukabulkan
111
Mencoba Mengerti
112
Merencanakan Yang baru
113
Istri Kecilku
114
Di Goda Istri kecil ku.
115
Rencana healing
116
Mengerjai Anta
117
Bermain bersama Cucu.
118
Kehebohan cucu.
119
Emir dan Hira
120
Kebersamaan
121
Kebersamaan 2
122
Keinginan Hira.
123
Galau
124
Mood Booster
125
Rencana Liburan
126
Bertemu Besan
127
Mengajak Cucu di Perkebunan
128
Mengajak Cucu ke Perkebunan 2
129
Bertemu Boy
130
Rencana Liburan
131
Salah Paham
132
Apapun Permintaanmu Akan Kukabulkan
133
Untuk Siapa Diding Hatimu Kau Bangun
134
Dilema
135
Berdamai
136
Beri Aku Ruang
137
Kebahagiaan Sesaat
138
Berangkat ke Surabaya
139
Bertemu Keluarga
140
Bertemu Sahabat
141
Bertemu Hira
142
Waktu ini untuk mu
143
Kecewa
144
Petaka Dalam perjalanan
145
Belum Ada Tanda-tanda
146
Melewati masa kritis
147
Anta Sadar
148
Karunia Ilahi
149
Anakku Bisa Melihat Kembali
150
Hira
151
Menuruti Keinginannya
152
Pulang ke Vila
153
Pulang dari rumah sakit
154
Kegalauan
155
Keputusan Rio
156
Menemui Istri
157
Kemarahan
158
Perasaan yang Tak Terbaca
159
Menghadiri Aqiqo Kaila
160
Kemana Dia Yaa 1
161
Kemana Ya Dia 2
162
Aqiqo Kaila
163
Ijinkan Aku Tinggal di Hatimu Sejenak
164
Rencana Pergi Babymoon
165
Menyelesaikan Masalah Sebelum Pergi
166
Pernikahan Narti da Sofyan
167
Perjalanan Ke Maldives
168
Bertemu Sahabat.
169
Merajut Kasih
170
Nuansa Biru di Maldives
171
Sebuah Janji
172
Menciptakan Kebahagiaan untuk Sang Istri
173
Menjemput ke Bandara
174
Sepulang dari Maldives
175
Usai bulan madu
176
Perubahan Hira.
177
Ingin Bertemu Hira
178
Kau Akan Jadi Terindah Untukku.
179
Bertemu Hira
180
Kekalutan
181
Masih Belum Terlewatkan
182
Duka di Sore hari
183
Pemakaman
184
Pamit untuk Pulang.
185
Bilal Marva
186
Hira dan Bilal
187
Bertemu Rio
188
Malu-maluin
189
Berbelanja
190
bersepeda.
191
Aku merindukannya.
192
Membangunkan Singa tidur
193
Rencana ke Singapure
194
Akad Nikah.
195
Kamu kelemahan ku
196
Berangkat ke Maldive lagi
197
Selalu menginginkanmu
198
Indahnya Cinta
199
Kau Keindahan ku
200
Menjeput Bilal
201
Kebersamaan kita
202
Pulang ke Bandung
203
Sepulangnya dari Singapure
204
Bermai Parkour
205
Cemburu
206
Amarah
207
Melunak
208
Selepas Marah
209
Posesif
210
Kecemasan Rio
211
Bab 211
212
Akhir pelabuhan hati
213
Promo Novel Baru Mengandung Benih Suami Sahabatku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!