Awal Perkenalan

Dianta Anta Bela gadis berusia 17 tahun mempunyai banyak prestasi dari mulai bermusik, olahraga, dan prestasi akademik lainnya. Dia mempunyai hobi balapan, dalam kesehariannya dia berpenampilan tomboi. Namun, ketika dia sudah berada di atas panggung dengan memainkan pianonya, dia berubah anggun layaknya seperti seorang pianis terkenal seperti ibunya.

Sedari kecil dia sudah biasa memainkan alat musik piano. Ayahnya seorang pengusaha sukses di Jakarta dan berbagai negara lainnya. Dia baru pindah kemarin dari Jakarta ke Surabaya ikut neneknya karena sesuatu hal yang di rahasiakan dari neneknya.

Hari ini adalah hari pertama dia masuk sekolah yang baru. Pagi-pagi dia sudah bersiap mengenakan pakaian seragamnya, dengan rambut yang di kuncir kebelakang tidak lupa dengan topi hitamnya bertengger manis di kepalanya, sambil bersiul dia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.

Dia melihat Neneknya sudah duduk didepan meja makan menunggunya. Dia berlari menghampiri neneknya, lalu mencium pipi neneknya dari belakang.

"Pagi, Nenek," sapa Anta riang, neneknya menoleh sambil tersenyum pada Cucunya. Dianta mengambil tempat duduk di sebelah neneknya dan mengambil roti berisikan selai stoberi kesukaannya, memakannya dengan lahap lalu meminum susu coklatnya dengan tergesa-gesa.

"Maaf, Nenek. Aku harus berangkat sekarang, takut terlambat, mana kunci mobilnya, Nek?"

"Jangan berangkat sendiri, An! Biar diantar pak man! kau belum tau tempat sekolahmu," perintah neneknya.

"Aku sudah tau jalan, Nek. Bukankah aku sering kemari dan sering jalan-jalan, bersama teman pembalap ku," jawabnya.

"Baik jangan ngebut! Mobil itu sudah tua, kalau kau ajak ngebut, bisa bengek tuh, mobil," kata neneknya menasihati cucunya, sambil menyerahkan kunci mobil pada Anta.

Anta mengacungkan jempolnya dan menarik punggung tangan neneknya lalu mencium dengan takzim.

"Aku berangkat, Nek!" serunya sambil melangkah keluar rumah, terlihat mobil sudah berada di halaman dan di sebelahnya Pak Man berdiri, sedang menunggu Anta.

"Tidak usah di antar, Pak Man. Aku berangkat sendiri," serunya pada Pak Man.

"Baiklah, Nona. Hati-hati di jalan," jawab Pak Man dengan sopan lalu berjalan ke kebun belakang rumah, meneruskan pekerjaan sebagai tukang kebun. Pak Man adalah tukang kebun dan supir Neneknya Anta, istrinya yang bernama mbok Ija satu-satunya asisten rumah tangga Nenek.

Anta pun masuk kedalam mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang, menuju sekolahnya.

Dia menyalakan tape mobilnya untuk membunuh rasa sepinya.15 menit kemudian, dia sampai di pelataran parkir sekolah SMUN favorit Surabaya itu.

Anta turun dari mobilnya dan berjalan menyusuri lorong jalan menuju kelas XII IPA 2 suasana sudah mulai ramai. Terlihat berlalu lalang murid yang baru datang ke sekolah.Tiba -tiba terdengar suara bas dari belakang.

"Dianta Anta Bela tunggu di ruangan Bapak dulu, nanti masuk kelas bersama!" seru Pak Iwan sambil berjalan mendahului Anta. Anta mengikuti langkah kaki Pak Iwan, menuju keruangan kepala sekolah, dia duduk di sofa ruang tamu kepala sekolah, sambil menunggu bel berbunyi. Tak lama kemudian bel berbunyi Pak Iwan bergegas masuk ke kelas XII IPA 2 bersama Anta.

"Assalamualaikum, pagi anak-anak kita kedatangan murid baru dari Jakarta, silakan Anta perkenalkan dirimu," kata pak Iwan tegas

"Assalamualaikum, pagi teman-teman kenalkan namaku Dianta Anta Bela, kalian cukup panggil Anta saja," kata Anta sambil tersenyum.

Beberapa siswa ada yang menanggapi dengan berbagai macam pertanyaan, ada yang hanya menjadi pendengar sejati dari awal Anta memperkenalkan dirinya sampai akhirnya Pak Iwan menyuruhnya duduk.

"Baiklah Anta silakan duduk di sebelah Bela. Hari ini pak Dirka tidak bisa hadir karena sakit, beliau memberikan tugas matematika pada kalian, segera kerjakan dan kumpulkan hari ini, jangan ramai! Rudi, nanti kau kumpulkan pekerjaan teman mu!" perintah Pak Iwan.

Rudi menganggukkan kepalanya, lalu Pak Iwan melangkah keluar kelas XII IPA 2. Ruangan tampak lenggang, Anta pun mulai mengerjakan tugasnya,15 menit kemudian di menoleh ke Bela.

"Bel, aku sudah selesai, kau pinjam? Apa ku kumpulkan ke Rudi? Jangan lupa! kalau sudah selesai kumpulkan buku ku juga, jangan habis manis sepah di buang.

Aku mau keluar kelas, mau melihat-lihat sekeliling sekolah, tapi nanti, kalau Pak Iwan masuk dan tanya aku, bilang saja aku lagi ke toilet, bagaimana?" bisik Anta tersenyum sambil menggerakan alis matanya.

Dengan riangnya Bella mengangguk, meraih buku Anta sambil menggerakan telapak tangannya memberi kode agar Anta segera pergi. Anta dengan ringannya melangkahkan kakinya keluar kelas.

Tiba-tiba Rudi berteriak,"Hoi ... mau kemana kau!? SELESAIKAN TUGASMU DULU!"

"Aku sudah selesai, kalau mau pinjam silakan saja, tapi jangan gaduh nanti Pak Iwan kesini, kau harus tanggung jawab, Rud!" jawab Anta santai.

"Ok! Kau boleh pergi," kata Rudi sambil berlari ke bangku Bella untuk menyalin jawaban Anta, lalu berpesan kepada teman-temannya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke bibir.

"suuuuut! gantian jangan gaduh! nanti malah kena hukuman loh ...."

Anta sudah di luar kelas, menyusuri jalan setapak, menuju taman belakang sekolah. Awalnya dia hanya menuruti kakinya melangkah, hingga membawa ke kebun belakang sekolah.

Tak tau ini kebun siapa, karena kebun ini di batasi dengan pagar besi, Anta melihat ada berapa pohon mangga, sudah berbuah lebat dan mulai banyak yang matang, serta aneka bunga disekelilingnya, sifat jahilnya timbul dia mulai memanjat pagar tersebut, tak lama kemudian, dia sudah berada di area kebun itu.

Matanya terbuka lebar, melihat mangga-mangga yang bergelantungan, dengan riangnya dia memanjat pohon mangga. Begitu sampai di atas, dia mencari dahan yang kuat untuk bisa duduk.

Anta berada di dahan yang besar, sambil menghadap buah-buah mangga, yang didekatnya, sebagian telah masak.

Dia mengambil satu buah mangga yang sudah matang dan memakannya di tempat, lalu membuang biji mangga kearah belakang. Tanpa disadari ada orang lain, yang berada di kebun tersebut.

Dia adalah Afif Bayu Dantai siswa kelas XII IPA 1.

Dia adalah siswa berprestasi dari non akademik dan akademik di sekolahnya. Dia pemain inti basket, ketua band sekolah, banyak penghargaan yang dia dapatkan dari basket, musik, melukis, matematika hingga science.

Dari kecil dia sudah pandai melukis, di usia masih 17 tahun dia sudah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dari lukisannya.

Hari ini dia tidak masuk sekolah, karena lelah habis bertanding basket kemarin mewakili sekolahnya. Dia duduk di kebun belakang rumahnya, sambil menyelesaikan lukisan pesanan teman ayahnya.Tiba-tiba saja biji mangga melayang menghantam lukisannya yang baru setengah jadi itu. Dia terkejut berdiri dari duduknya membalikan badannya.

Dia melihat seorang gadis berseragam SMU, duduk membelakanginya dengan nyaman, di dahan pohon mangga sambil makan, sesekali membuang biji mangga di segala arah.

Dengan kesal dia berteriak, "Oii ... maling turun kau!"

Anta menoleh kebelakang mengerutkan dahinya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. "Siapa yang maling ha!?"

Lelaki itu memutar matanya jengah sambil berkata , "Kau, siapa lagi tidak ada orang lain disini selain aku dan kau.

Anta mulai terpancing emosinya, dengan lincahnya dia turun melewati dahan-dahan pohon mangga, tak lupa sebagian mangga yang di petik di lemparkan di rerumputan. Tak lama kemudian dia sudah sampai di bawah.

Dengan berkacak pinggang, menghardik sambil menghampiri lelaki itu, "Hai kau juga ada di sini, berarti kau juga maling, bukan hanya aku saja, lagi pula kebun ini milik sekolah, jadi mangga itu milik umum."

"Cek ... cek ... kau bilang aku maling juga, kau bilang ini kebun sekolah, dan kau bilang, mangga itu milik umum, sejak kapan kebunku jadi kebun sekolah, hah!?" jawabnya dengan senyum sinisnya, menatap Anta dengan tajam.

"Glek!" Anta menelan ludahnya sendiri, tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia melotot melihat lukisan yang indah itu, telah terkotori dengan biji mangga, yang masih menempel di kanvas.

"Maaf, maafkan aku membuat lukisanmu rusak," kata Anta dengan tulus, sambil menangkupkan tangannya di depan dada.

"Kau tau lukisan itu tiga hari lagi akan di ambil. Itu artinya aku harus membuat ulang dari awal, biji mangga mu itu tepat di tengah lukisanku, kau sungguh ceroboh, kau masuk begitu saja dan membuat masalah," kata lelaki itu dengan lemah, sambil memerosotkan tubuhnya ke bawah dan duduk di atas rerumputan.

Anta ikut duduk di bawah, sambil berkata menyesali perbuatannya "Maafkan aku, karena aku lukisan mu rusak, akan ku beli lukisan mu itu.

Namaku Dianta Anta Bela, aku baru pindah dari Jakarta dan baru masuk hari ini, aku anak XII IPA 2, panggil aku Anta saja!" Anta mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.

"Namaku Afif Bayu Dantai, kau bisa panggil aku Dantai, aku anak IPA 1. Mengenai lukisan itu ambil saja, kau tak akan mampu untuk membeli lukisan ku, karena harganya ratusan juta." Dia mengambil kanvas lukisannya dan di berikan pada Anta, kemudian dia membereskan alat lukisnya, membawa masuk kedalam rumahnya. Anta mengikuti langkah kaki Datai, tiba-tiba Datai berhenti, membuat Anta membentur punggung lelaki itu.

Tanpa menoleh dia berkata, "Bawah mangga-mangga itu kedalam dan buatkan aku jus mangga juga, mulai hari ini kau harus menemaniku melukis, untuk membayar kecerobohan mu itu!"

"cek," Anta berdecak "aku bawah pakai apa coba? Aku membawa lukisan mu juga."

"Pakai rok bawahan mu atau baju atasan mu itu!"jawab Datai acuh.

"Aaaah! Kau ini, apa kau tak punyak tempat untuk menampung manga-mangga itu? baju ku 'kan kotor, aku ikut ke dalam yaa, mengambil wadah untuk mangga itu," jawabnya terus mengikuti Datai, yang masuk melalui pintu dapur.

"Hai, Den sama siapa?," tegur Bik Mirna melihat Tuan Mudanya bersama seorang gadis.

"Sama pencuri mangga bik," jawab Datai santai.

"Enak aja aku sudah ketahuan, masih kau bilang pencuri mangga," jawab Anta sambil mengambil mangkok besar, lalu berlari ke kebun, memunguti mangga-manga itu dan menaruh kedalam mangkok lalu berlari menuju dapur, dengan cekatan mengupasnya, lalu di potong kecil ditaruh di piring kemudian, dia membuat jus ditaruhnya di teko kaca, setelah semua selesai, diletakan dalam baki dan dibawanya ke kamar Datai.

Sebelumnya dia bertanya pada Bik Mirna ,"Bik, di mana kamar Afif?"

"Tuan Dantai, Non? Di lantai atas Non, depan tangga." jawab Bik Mirna

"Ok! Bik," jawab Anta berjalan menuju kamar Datai dengan membawa baki berisi potongan dan jus mangga. Tak lama kemudian terdengar kaki menggedor pintu kamar Dantai.

Dengan malas Dantai beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu sambil mencaci gadis itu

"Kau ini pencuri yang tidak punya sopan santun, menggedor kamar pria seenaknya saja, itu kenapa dibawah kesini? harusnya kau taruh di meja makan!"

"Lah ... tadi katanya kamu mintak jus, lagi pula kau juga bukan tuan rumah yang ramah, ada tamu malah di tinggal tidur Fif-Fif," jawab Anta sambil meletakan baki di atas meja dekat sofa, lalu dia duduk di sofa sambil, melayangkan pandangannya di seluruh ruangan.

"Siapa yang tamu hah? Siapa pula itu Fif?" tanyanya sambil mengambil gelas yang sudah di isi dengan jus dan meneguknya cepat lalu mencomot irisan mangga, kemudian memakannya. Dia duduk disebelah gadis itu, sambil terus mendesaknya kesamping, seolah-olah sudah tidak ada tempat duduk lagi.

"kau ini kenapa mendesak ku? itu tempat masih banyak loh ... lagi pula namamu kan Afif Bayu, iya, 'kan? jadi ku panggil nama depan mu dari pada ku panggil, Tai ... Tai ... jadi mending, Fif, 'kan?" jawab Anta sambil menatap malas ke pria itu.

"Ha ... ha ... ha ... Anta kau balik saja ke kelas, aku lelah, aku mau tidur." kata Dantai bangkit dari duduknya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang.

Dia memiringkan tubuhnya ke arah Anta," Lagi pula apa kau tidak takut padaku? Aku ini tetap laki-laki loh, An. Walau masih kelas XII aku sudah bisa membuat mu ... hemm ... " sambungnya sambil memejamkan matanya, tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir pria itu.

"Dasar tuan rumah tak punya adab! ada tamu di tinggal tidur begitu saja," gumam Anta pada diri sendiri, lalu dia melihat jam tangannya jam 11.00 tepat. Dia terkejut tenyata dia telah lama meninggalkan kelas. Buru-buru dia meminum jusnya dan keluar dari kamar Dantai.

Dia berlari menuju dapur sambil berteriak kepada Bik Mirna, "Bik, saya balik ke kelas ya, bilang sama Afif, saya langsung pulang. Dia tidur bik." Anta terus berlari tanpa menunggu jawaban bik Mirna.

Bik Mirna geleng-geleng kepala, melihat tingkah laku gadis itu sambil bergumam ,"Siapa ya nama gadis temannya tuan Dantai tadi?"

Beberapa menit kemudian Anta sudah di depan pintu kelasnya. tok! tok! tok! Anta mengetuk pintu tak lama kemudian suara dari dalam terdengar

"masuk!"

Anta masuk di sambut dengan tatapan tajam guru fisikanya, pak Kusno, "Dari mana kamu, baru masuk kelas jam segini?"

"Dari toilet Pak, maaf perut saya sakit,

Pak," jawab Anta sekenanya sambil menunduk.

"Baik, kerjakan soal yang ada di papan tulis itu! Kalau benar kau baru boleh duduk!" perintah Pak Kusno.

Anta mengangguk lalu dikerjakannya soal di papan tulis tersebut, dengan cepat ,"Sudah Pak, apa saya boleh duduk?" tanyanya.

"Ya sudah kau boleh duduk, jangan diulangi lagi!" nasehat Pak Kusno, lalu beliau melanjutkan kembali menerangkan materinya.

Anta mengangguk dan bejalan kembali ke tempat duduk dengan ceria, menyunggingkan senyum ke teman sebangkunya.

"Gila kau Anta! Kemana saja kau? Empat jam kau meninggalkan kelas, kau murid baru jangan macam-macam! Aku tadi di tanyai Pak Iwan sampai keringat dingin," bisik Bella.

Anta serius mengikuti pelajaran selanjutnya. Tak terasa sudah jam 13.30, terdengar bel tanda pulang berbunyi. Bu Susi guru seni budaya, mengakhiri pelajarannya lalu di ikuti doa bersama. Setelah itu beliau keluar kelas, diikuti siswa-siswinya.

Anta menenteng tas punggungnya berjalan ke masjid sekolah, mengambil wudhu lalu sholat dhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat berjalan ke area parkir mobilnya lalu menjalankan pergi dengan kecepatan sedang menuju rumah neneknya.

Terpopuler

Comments

Jasmin Fathin

Jasmin Fathin

habis nangis terus ketawa thor

2023-01-20

0

Jasmin Fathin

Jasmin Fathin

Pertemuan yang seru antara Anta dan Dantai

2023-01-17

0

Friasta

Friasta

Dianta sama Dantai ini namanya anagram, ya, kayak jodoh aja 🥰

2023-01-09

0

lihat semua
Episodes
1 Malam Yang Kelam
2 Awal Perkenalan
3 Tak menemukannya
4 Sungguh merepotkan
5 Ibu Datang
6 Mencari Jalan keluar
7 menebus kesalahan
8 Kemarahan Pak Dirga
9 Membantu Anta
10 Lukislah aku di hatimu
11 Persaingan Antar Cewek
12 Tentang Riko
13 Sisi lain dari Anta
14 Merayu Nenek
15 Kegalauan Dantai
16 Mendapatkan Tawaran
17 Berangkat ke Jakarta
18 Pertemuan yang mengejutkan
19 Pertunjukan yang memukau
20 Kepulangan Dantai
21 Jebakan itu untuk ku bukan untuk mu
22 Hari bahagia Riko
23 Kecelakaan
24 Paska Kecelakaan
25 Kesedihan Harlan dan Ira
26 Permintaan Anta
27 Jadi Saya Buta,Dok
28 Hilang Ingatan
29 Dia Membawa Hati ku
30 Pesta Perpisahan Sederhana Ala 5 sekawan
31 Perpisahan Untuk Masa Depan
32 Berobat ke Turki
33 Pertemuan Tahunan
34 Bertemu Kembali
35 Gangguan Kecil di Reuni Mereka
36 Mencari Tahu Namanya
37 Mengunjungi Anta di Turki
38 Menghabiskan waktu Bersama
39 Memberi Kesan Indah Sebelum Pergi
40 Menolak Perjodohan
41 Mulai Tinggal di Apartemen
42 Menentukan Langkah
43 Bertindak Tegas
44 Kekesalan Clara
45 Kerjasama Bisnis
46 Hari Pertama Clara
47 Cinta Kilat
48 Memenuhi Panggilan Ibu
49 Mengantar ke Malang
50 Bertemu Maera
51 Kembali ke Singapura
52 Tak Mau Bergantung
53 Berkunjung
54 Kencan Pertama
55 Menatap Dunia Dengan Berani
56 Viral
57 Rencana Ngedate Bareng
58 double date
59 Rencana Meminang
60 Meminta restu
61 SAH
62 Pesta Belum usai
63 Kedatangan Sahabat Lama
64 Malam Pertama
65 Detik-detik Perpisahan
66 Menjelang Keberangkatan
67 Hidup Baru
68 Keluar dari zona Aman Teryata Sulit
69 Senda Gurau Manja
70 Menghibur Istri.
71 Bertemu Wanita Hebat
72 Tentang Dianta Dan Diana
73 Melatih Anta
74 Aura Kebahagian
75 Malam Romantis
76 Hamil
77 Periksa Kehamilan.
78 Memberi Kabar Baik
79 Kunjungan Besan
80 Pesta buah
81 Bertanya Tentang Diana
82 Mengunjungi Makam Diana
83 Kehangatan keluarga
84 Undangan Pernikahan Sari
85 Resepsi
86 Mengungkap Perasaan
87 Berdamai Dengan Masa Lalu.
88 Melahirkan
89 Emir Dan Hira
90 Pulang Dari Rumah Sakit
91 Sebuah Awal
92 Kedatang Keluarga Sari.
93 Kedatangan Keluarga Sari 2
94 Keakrapan
95 Mengadopsi Maera
96 Obrolan Malam
97 Kedatangan 4 Sekawan
98 Jalan-jalan ke Singapura
99 Memulai Sesuatu yang Baru.
100 Terpikat Istrinya
101 Orang Ketiga
102 Dilema Anta
103 Pengalihan Target
104 Keraguan Pada Diri Sendiri
105 Menjalin Hubungan Pertemanan
106 Menjaga Maera
107 Tak Mampu Memendam Rasa
108 Sah
109 Bertemu Orang di Masalalu
110 Apa pun Akan Kukabulkan
111 Mencoba Mengerti
112 Merencanakan Yang baru
113 Istri Kecilku
114 Di Goda Istri kecil ku.
115 Rencana healing
116 Mengerjai Anta
117 Bermain bersama Cucu.
118 Kehebohan cucu.
119 Emir dan Hira
120 Kebersamaan
121 Kebersamaan 2
122 Keinginan Hira.
123 Galau
124 Mood Booster
125 Rencana Liburan
126 Bertemu Besan
127 Mengajak Cucu di Perkebunan
128 Mengajak Cucu ke Perkebunan 2
129 Bertemu Boy
130 Rencana Liburan
131 Salah Paham
132 Apapun Permintaanmu Akan Kukabulkan
133 Untuk Siapa Diding Hatimu Kau Bangun
134 Dilema
135 Berdamai
136 Beri Aku Ruang
137 Kebahagiaan Sesaat
138 Berangkat ke Surabaya
139 Bertemu Keluarga
140 Bertemu Sahabat
141 Bertemu Hira
142 Waktu ini untuk mu
143 Kecewa
144 Petaka Dalam perjalanan
145 Belum Ada Tanda-tanda
146 Melewati masa kritis
147 Anta Sadar
148 Karunia Ilahi
149 Anakku Bisa Melihat Kembali
150 Hira
151 Menuruti Keinginannya
152 Pulang ke Vila
153 Pulang dari rumah sakit
154 Kegalauan
155 Keputusan Rio
156 Menemui Istri
157 Kemarahan
158 Perasaan yang Tak Terbaca
159 Menghadiri Aqiqo Kaila
160 Kemana Dia Yaa 1
161 Kemana Ya Dia 2
162 Aqiqo Kaila
163 Ijinkan Aku Tinggal di Hatimu Sejenak
164 Rencana Pergi Babymoon
165 Menyelesaikan Masalah Sebelum Pergi
166 Pernikahan Narti da Sofyan
167 Perjalanan Ke Maldives
168 Bertemu Sahabat.
169 Merajut Kasih
170 Nuansa Biru di Maldives
171 Sebuah Janji
172 Menciptakan Kebahagiaan untuk Sang Istri
173 Menjemput ke Bandara
174 Sepulang dari Maldives
175 Usai bulan madu
176 Perubahan Hira.
177 Ingin Bertemu Hira
178 Kau Akan Jadi Terindah Untukku.
179 Bertemu Hira
180 Kekalutan
181 Masih Belum Terlewatkan
182 Duka di Sore hari
183 Pemakaman
184 Pamit untuk Pulang.
185 Bilal Marva
186 Hira dan Bilal
187 Bertemu Rio
188 Malu-maluin
189 Berbelanja
190 bersepeda.
191 Aku merindukannya.
192 Membangunkan Singa tidur
193 Rencana ke Singapure
194 Akad Nikah.
195 Kamu kelemahan ku
196 Berangkat ke Maldive lagi
197 Selalu menginginkanmu
198 Indahnya Cinta
199 Kau Keindahan ku
200 Menjeput Bilal
201 Kebersamaan kita
202 Pulang ke Bandung
203 Sepulangnya dari Singapure
204 Bermai Parkour
205 Cemburu
206 Amarah
207 Melunak
208 Selepas Marah
209 Posesif
210 Kecemasan Rio
211 Bab 211
212 Akhir pelabuhan hati
213 Promo Novel Baru Mengandung Benih Suami Sahabatku
Episodes

Updated 213 Episodes

1
Malam Yang Kelam
2
Awal Perkenalan
3
Tak menemukannya
4
Sungguh merepotkan
5
Ibu Datang
6
Mencari Jalan keluar
7
menebus kesalahan
8
Kemarahan Pak Dirga
9
Membantu Anta
10
Lukislah aku di hatimu
11
Persaingan Antar Cewek
12
Tentang Riko
13
Sisi lain dari Anta
14
Merayu Nenek
15
Kegalauan Dantai
16
Mendapatkan Tawaran
17
Berangkat ke Jakarta
18
Pertemuan yang mengejutkan
19
Pertunjukan yang memukau
20
Kepulangan Dantai
21
Jebakan itu untuk ku bukan untuk mu
22
Hari bahagia Riko
23
Kecelakaan
24
Paska Kecelakaan
25
Kesedihan Harlan dan Ira
26
Permintaan Anta
27
Jadi Saya Buta,Dok
28
Hilang Ingatan
29
Dia Membawa Hati ku
30
Pesta Perpisahan Sederhana Ala 5 sekawan
31
Perpisahan Untuk Masa Depan
32
Berobat ke Turki
33
Pertemuan Tahunan
34
Bertemu Kembali
35
Gangguan Kecil di Reuni Mereka
36
Mencari Tahu Namanya
37
Mengunjungi Anta di Turki
38
Menghabiskan waktu Bersama
39
Memberi Kesan Indah Sebelum Pergi
40
Menolak Perjodohan
41
Mulai Tinggal di Apartemen
42
Menentukan Langkah
43
Bertindak Tegas
44
Kekesalan Clara
45
Kerjasama Bisnis
46
Hari Pertama Clara
47
Cinta Kilat
48
Memenuhi Panggilan Ibu
49
Mengantar ke Malang
50
Bertemu Maera
51
Kembali ke Singapura
52
Tak Mau Bergantung
53
Berkunjung
54
Kencan Pertama
55
Menatap Dunia Dengan Berani
56
Viral
57
Rencana Ngedate Bareng
58
double date
59
Rencana Meminang
60
Meminta restu
61
SAH
62
Pesta Belum usai
63
Kedatangan Sahabat Lama
64
Malam Pertama
65
Detik-detik Perpisahan
66
Menjelang Keberangkatan
67
Hidup Baru
68
Keluar dari zona Aman Teryata Sulit
69
Senda Gurau Manja
70
Menghibur Istri.
71
Bertemu Wanita Hebat
72
Tentang Dianta Dan Diana
73
Melatih Anta
74
Aura Kebahagian
75
Malam Romantis
76
Hamil
77
Periksa Kehamilan.
78
Memberi Kabar Baik
79
Kunjungan Besan
80
Pesta buah
81
Bertanya Tentang Diana
82
Mengunjungi Makam Diana
83
Kehangatan keluarga
84
Undangan Pernikahan Sari
85
Resepsi
86
Mengungkap Perasaan
87
Berdamai Dengan Masa Lalu.
88
Melahirkan
89
Emir Dan Hira
90
Pulang Dari Rumah Sakit
91
Sebuah Awal
92
Kedatang Keluarga Sari.
93
Kedatangan Keluarga Sari 2
94
Keakrapan
95
Mengadopsi Maera
96
Obrolan Malam
97
Kedatangan 4 Sekawan
98
Jalan-jalan ke Singapura
99
Memulai Sesuatu yang Baru.
100
Terpikat Istrinya
101
Orang Ketiga
102
Dilema Anta
103
Pengalihan Target
104
Keraguan Pada Diri Sendiri
105
Menjalin Hubungan Pertemanan
106
Menjaga Maera
107
Tak Mampu Memendam Rasa
108
Sah
109
Bertemu Orang di Masalalu
110
Apa pun Akan Kukabulkan
111
Mencoba Mengerti
112
Merencanakan Yang baru
113
Istri Kecilku
114
Di Goda Istri kecil ku.
115
Rencana healing
116
Mengerjai Anta
117
Bermain bersama Cucu.
118
Kehebohan cucu.
119
Emir dan Hira
120
Kebersamaan
121
Kebersamaan 2
122
Keinginan Hira.
123
Galau
124
Mood Booster
125
Rencana Liburan
126
Bertemu Besan
127
Mengajak Cucu di Perkebunan
128
Mengajak Cucu ke Perkebunan 2
129
Bertemu Boy
130
Rencana Liburan
131
Salah Paham
132
Apapun Permintaanmu Akan Kukabulkan
133
Untuk Siapa Diding Hatimu Kau Bangun
134
Dilema
135
Berdamai
136
Beri Aku Ruang
137
Kebahagiaan Sesaat
138
Berangkat ke Surabaya
139
Bertemu Keluarga
140
Bertemu Sahabat
141
Bertemu Hira
142
Waktu ini untuk mu
143
Kecewa
144
Petaka Dalam perjalanan
145
Belum Ada Tanda-tanda
146
Melewati masa kritis
147
Anta Sadar
148
Karunia Ilahi
149
Anakku Bisa Melihat Kembali
150
Hira
151
Menuruti Keinginannya
152
Pulang ke Vila
153
Pulang dari rumah sakit
154
Kegalauan
155
Keputusan Rio
156
Menemui Istri
157
Kemarahan
158
Perasaan yang Tak Terbaca
159
Menghadiri Aqiqo Kaila
160
Kemana Dia Yaa 1
161
Kemana Ya Dia 2
162
Aqiqo Kaila
163
Ijinkan Aku Tinggal di Hatimu Sejenak
164
Rencana Pergi Babymoon
165
Menyelesaikan Masalah Sebelum Pergi
166
Pernikahan Narti da Sofyan
167
Perjalanan Ke Maldives
168
Bertemu Sahabat.
169
Merajut Kasih
170
Nuansa Biru di Maldives
171
Sebuah Janji
172
Menciptakan Kebahagiaan untuk Sang Istri
173
Menjemput ke Bandara
174
Sepulang dari Maldives
175
Usai bulan madu
176
Perubahan Hira.
177
Ingin Bertemu Hira
178
Kau Akan Jadi Terindah Untukku.
179
Bertemu Hira
180
Kekalutan
181
Masih Belum Terlewatkan
182
Duka di Sore hari
183
Pemakaman
184
Pamit untuk Pulang.
185
Bilal Marva
186
Hira dan Bilal
187
Bertemu Rio
188
Malu-maluin
189
Berbelanja
190
bersepeda.
191
Aku merindukannya.
192
Membangunkan Singa tidur
193
Rencana ke Singapure
194
Akad Nikah.
195
Kamu kelemahan ku
196
Berangkat ke Maldive lagi
197
Selalu menginginkanmu
198
Indahnya Cinta
199
Kau Keindahan ku
200
Menjeput Bilal
201
Kebersamaan kita
202
Pulang ke Bandung
203
Sepulangnya dari Singapure
204
Bermai Parkour
205
Cemburu
206
Amarah
207
Melunak
208
Selepas Marah
209
Posesif
210
Kecemasan Rio
211
Bab 211
212
Akhir pelabuhan hati
213
Promo Novel Baru Mengandung Benih Suami Sahabatku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!