Dianta Anta Bela gadis berusia 17 tahun mempunyai banyak prestasi dari mulai bermusik, olahraga, dan prestasi akademik lainnya. Dia mempunyai hobi balapan, dalam kesehariannya dia berpenampilan tomboi. Namun, ketika dia sudah berada di atas panggung dengan memainkan pianonya, dia berubah anggun layaknya seperti seorang pianis terkenal seperti ibunya.
Sedari kecil dia sudah biasa memainkan alat musik piano. Ayahnya seorang pengusaha sukses di Jakarta dan berbagai negara lainnya. Dia baru pindah kemarin dari Jakarta ke Surabaya ikut neneknya karena sesuatu hal yang di rahasiakan dari neneknya.
Hari ini adalah hari pertama dia masuk sekolah yang baru. Pagi-pagi dia sudah bersiap mengenakan pakaian seragamnya, dengan rambut yang di kuncir kebelakang tidak lupa dengan topi hitamnya bertengger manis di kepalanya, sambil bersiul dia berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.
Dia melihat Neneknya sudah duduk didepan meja makan menunggunya. Dia berlari menghampiri neneknya, lalu mencium pipi neneknya dari belakang.
"Pagi, Nenek," sapa Anta riang, neneknya menoleh sambil tersenyum pada Cucunya. Dianta mengambil tempat duduk di sebelah neneknya dan mengambil roti berisikan selai stoberi kesukaannya, memakannya dengan lahap lalu meminum susu coklatnya dengan tergesa-gesa.
"Maaf, Nenek. Aku harus berangkat sekarang, takut terlambat, mana kunci mobilnya, Nek?"
"Jangan berangkat sendiri, An! Biar diantar pak man! kau belum tau tempat sekolahmu," perintah neneknya.
"Aku sudah tau jalan, Nek. Bukankah aku sering kemari dan sering jalan-jalan, bersama teman pembalap ku," jawabnya.
"Baik jangan ngebut! Mobil itu sudah tua, kalau kau ajak ngebut, bisa bengek tuh, mobil," kata neneknya menasihati cucunya, sambil menyerahkan kunci mobil pada Anta.
Anta mengacungkan jempolnya dan menarik punggung tangan neneknya lalu mencium dengan takzim.
"Aku berangkat, Nek!" serunya sambil melangkah keluar rumah, terlihat mobil sudah berada di halaman dan di sebelahnya Pak Man berdiri, sedang menunggu Anta.
"Tidak usah di antar, Pak Man. Aku berangkat sendiri," serunya pada Pak Man.
"Baiklah, Nona. Hati-hati di jalan," jawab Pak Man dengan sopan lalu berjalan ke kebun belakang rumah, meneruskan pekerjaan sebagai tukang kebun. Pak Man adalah tukang kebun dan supir Neneknya Anta, istrinya yang bernama mbok Ija satu-satunya asisten rumah tangga Nenek.
Anta pun masuk kedalam mobil dan menjalankannya dengan kecepatan sedang, menuju sekolahnya.
Dia menyalakan tape mobilnya untuk membunuh rasa sepinya.15 menit kemudian, dia sampai di pelataran parkir sekolah SMUN favorit Surabaya itu.
Anta turun dari mobilnya dan berjalan menyusuri lorong jalan menuju kelas XII IPA 2 suasana sudah mulai ramai. Terlihat berlalu lalang murid yang baru datang ke sekolah.Tiba -tiba terdengar suara bas dari belakang.
"Dianta Anta Bela tunggu di ruangan Bapak dulu, nanti masuk kelas bersama!" seru Pak Iwan sambil berjalan mendahului Anta. Anta mengikuti langkah kaki Pak Iwan, menuju keruangan kepala sekolah, dia duduk di sofa ruang tamu kepala sekolah, sambil menunggu bel berbunyi. Tak lama kemudian bel berbunyi Pak Iwan bergegas masuk ke kelas XII IPA 2 bersama Anta.
"Assalamualaikum, pagi anak-anak kita kedatangan murid baru dari Jakarta, silakan Anta perkenalkan dirimu," kata pak Iwan tegas
"Assalamualaikum, pagi teman-teman kenalkan namaku Dianta Anta Bela, kalian cukup panggil Anta saja," kata Anta sambil tersenyum.
Beberapa siswa ada yang menanggapi dengan berbagai macam pertanyaan, ada yang hanya menjadi pendengar sejati dari awal Anta memperkenalkan dirinya sampai akhirnya Pak Iwan menyuruhnya duduk.
"Baiklah Anta silakan duduk di sebelah Bela. Hari ini pak Dirka tidak bisa hadir karena sakit, beliau memberikan tugas matematika pada kalian, segera kerjakan dan kumpulkan hari ini, jangan ramai! Rudi, nanti kau kumpulkan pekerjaan teman mu!" perintah Pak Iwan.
Rudi menganggukkan kepalanya, lalu Pak Iwan melangkah keluar kelas XII IPA 2. Ruangan tampak lenggang, Anta pun mulai mengerjakan tugasnya,15 menit kemudian di menoleh ke Bela.
"Bel, aku sudah selesai, kau pinjam? Apa ku kumpulkan ke Rudi? Jangan lupa! kalau sudah selesai kumpulkan buku ku juga, jangan habis manis sepah di buang.
Aku mau keluar kelas, mau melihat-lihat sekeliling sekolah, tapi nanti, kalau Pak Iwan masuk dan tanya aku, bilang saja aku lagi ke toilet, bagaimana?" bisik Anta tersenyum sambil menggerakan alis matanya.
Dengan riangnya Bella mengangguk, meraih buku Anta sambil menggerakan telapak tangannya memberi kode agar Anta segera pergi. Anta dengan ringannya melangkahkan kakinya keluar kelas.
Tiba-tiba Rudi berteriak,"Hoi ... mau kemana kau!? SELESAIKAN TUGASMU DULU!"
"Aku sudah selesai, kalau mau pinjam silakan saja, tapi jangan gaduh nanti Pak Iwan kesini, kau harus tanggung jawab, Rud!" jawab Anta santai.
"Ok! Kau boleh pergi," kata Rudi sambil berlari ke bangku Bella untuk menyalin jawaban Anta, lalu berpesan kepada teman-temannya sambil mengarahkan jari telunjuknya ke bibir.
"suuuuut! gantian jangan gaduh! nanti malah kena hukuman loh ...."
Anta sudah di luar kelas, menyusuri jalan setapak, menuju taman belakang sekolah. Awalnya dia hanya menuruti kakinya melangkah, hingga membawa ke kebun belakang sekolah.
Tak tau ini kebun siapa, karena kebun ini di batasi dengan pagar besi, Anta melihat ada berapa pohon mangga, sudah berbuah lebat dan mulai banyak yang matang, serta aneka bunga disekelilingnya, sifat jahilnya timbul dia mulai memanjat pagar tersebut, tak lama kemudian, dia sudah berada di area kebun itu.
Matanya terbuka lebar, melihat mangga-mangga yang bergelantungan, dengan riangnya dia memanjat pohon mangga. Begitu sampai di atas, dia mencari dahan yang kuat untuk bisa duduk.
Anta berada di dahan yang besar, sambil menghadap buah-buah mangga, yang didekatnya, sebagian telah masak.
Dia mengambil satu buah mangga yang sudah matang dan memakannya di tempat, lalu membuang biji mangga kearah belakang. Tanpa disadari ada orang lain, yang berada di kebun tersebut.
Dia adalah Afif Bayu Dantai siswa kelas XII IPA 1.
Dia adalah siswa berprestasi dari non akademik dan akademik di sekolahnya. Dia pemain inti basket, ketua band sekolah, banyak penghargaan yang dia dapatkan dari basket, musik, melukis, matematika hingga science.
Dari kecil dia sudah pandai melukis, di usia masih 17 tahun dia sudah bisa menghasilkan pundi-pundi rupiah dari lukisannya.
Hari ini dia tidak masuk sekolah, karena lelah habis bertanding basket kemarin mewakili sekolahnya. Dia duduk di kebun belakang rumahnya, sambil menyelesaikan lukisan pesanan teman ayahnya.Tiba-tiba saja biji mangga melayang menghantam lukisannya yang baru setengah jadi itu. Dia terkejut berdiri dari duduknya membalikan badannya.
Dia melihat seorang gadis berseragam SMU, duduk membelakanginya dengan nyaman, di dahan pohon mangga sambil makan, sesekali membuang biji mangga di segala arah.
Dengan kesal dia berteriak, "Oii ... maling turun kau!"
Anta menoleh kebelakang mengerutkan dahinya sambil menoleh ke kiri dan ke kanan. "Siapa yang maling ha!?"
Lelaki itu memutar matanya jengah sambil berkata , "Kau, siapa lagi tidak ada orang lain disini selain aku dan kau.
Anta mulai terpancing emosinya, dengan lincahnya dia turun melewati dahan-dahan pohon mangga, tak lupa sebagian mangga yang di petik di lemparkan di rerumputan. Tak lama kemudian dia sudah sampai di bawah.
Dengan berkacak pinggang, menghardik sambil menghampiri lelaki itu, "Hai kau juga ada di sini, berarti kau juga maling, bukan hanya aku saja, lagi pula kebun ini milik sekolah, jadi mangga itu milik umum."
"Cek ... cek ... kau bilang aku maling juga, kau bilang ini kebun sekolah, dan kau bilang, mangga itu milik umum, sejak kapan kebunku jadi kebun sekolah, hah!?" jawabnya dengan senyum sinisnya, menatap Anta dengan tajam.
"Glek!" Anta menelan ludahnya sendiri, tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia melotot melihat lukisan yang indah itu, telah terkotori dengan biji mangga, yang masih menempel di kanvas.
"Maaf, maafkan aku membuat lukisanmu rusak," kata Anta dengan tulus, sambil menangkupkan tangannya di depan dada.
"Kau tau lukisan itu tiga hari lagi akan di ambil. Itu artinya aku harus membuat ulang dari awal, biji mangga mu itu tepat di tengah lukisanku, kau sungguh ceroboh, kau masuk begitu saja dan membuat masalah," kata lelaki itu dengan lemah, sambil memerosotkan tubuhnya ke bawah dan duduk di atas rerumputan.
Anta ikut duduk di bawah, sambil berkata menyesali perbuatannya "Maafkan aku, karena aku lukisan mu rusak, akan ku beli lukisan mu itu.
Namaku Dianta Anta Bela, aku baru pindah dari Jakarta dan baru masuk hari ini, aku anak XII IPA 2, panggil aku Anta saja!" Anta mengulurkan tangannya memperkenalkan diri.
"Namaku Afif Bayu Dantai, kau bisa panggil aku Dantai, aku anak IPA 1. Mengenai lukisan itu ambil saja, kau tak akan mampu untuk membeli lukisan ku, karena harganya ratusan juta." Dia mengambil kanvas lukisannya dan di berikan pada Anta, kemudian dia membereskan alat lukisnya, membawa masuk kedalam rumahnya. Anta mengikuti langkah kaki Datai, tiba-tiba Datai berhenti, membuat Anta membentur punggung lelaki itu.
Tanpa menoleh dia berkata, "Bawah mangga-mangga itu kedalam dan buatkan aku jus mangga juga, mulai hari ini kau harus menemaniku melukis, untuk membayar kecerobohan mu itu!"
"cek," Anta berdecak "aku bawah pakai apa coba? Aku membawa lukisan mu juga."
"Pakai rok bawahan mu atau baju atasan mu itu!"jawab Datai acuh.
"Aaaah! Kau ini, apa kau tak punyak tempat untuk menampung manga-mangga itu? baju ku 'kan kotor, aku ikut ke dalam yaa, mengambil wadah untuk mangga itu," jawabnya terus mengikuti Datai, yang masuk melalui pintu dapur.
"Hai, Den sama siapa?," tegur Bik Mirna melihat Tuan Mudanya bersama seorang gadis.
"Sama pencuri mangga bik," jawab Datai santai.
"Enak aja aku sudah ketahuan, masih kau bilang pencuri mangga," jawab Anta sambil mengambil mangkok besar, lalu berlari ke kebun, memunguti mangga-manga itu dan menaruh kedalam mangkok lalu berlari menuju dapur, dengan cekatan mengupasnya, lalu di potong kecil ditaruh di piring kemudian, dia membuat jus ditaruhnya di teko kaca, setelah semua selesai, diletakan dalam baki dan dibawanya ke kamar Datai.
Sebelumnya dia bertanya pada Bik Mirna ,"Bik, di mana kamar Afif?"
"Tuan Dantai, Non? Di lantai atas Non, depan tangga." jawab Bik Mirna
"Ok! Bik," jawab Anta berjalan menuju kamar Datai dengan membawa baki berisi potongan dan jus mangga. Tak lama kemudian terdengar kaki menggedor pintu kamar Dantai.
Dengan malas Dantai beranjak dari tempat tidurnya dan membuka pintu sambil mencaci gadis itu
"Kau ini pencuri yang tidak punya sopan santun, menggedor kamar pria seenaknya saja, itu kenapa dibawah kesini? harusnya kau taruh di meja makan!"
"Lah ... tadi katanya kamu mintak jus, lagi pula kau juga bukan tuan rumah yang ramah, ada tamu malah di tinggal tidur Fif-Fif," jawab Anta sambil meletakan baki di atas meja dekat sofa, lalu dia duduk di sofa sambil, melayangkan pandangannya di seluruh ruangan.
"Siapa yang tamu hah? Siapa pula itu Fif?" tanyanya sambil mengambil gelas yang sudah di isi dengan jus dan meneguknya cepat lalu mencomot irisan mangga, kemudian memakannya. Dia duduk disebelah gadis itu, sambil terus mendesaknya kesamping, seolah-olah sudah tidak ada tempat duduk lagi.
"kau ini kenapa mendesak ku? itu tempat masih banyak loh ... lagi pula namamu kan Afif Bayu, iya, 'kan? jadi ku panggil nama depan mu dari pada ku panggil, Tai ... Tai ... jadi mending, Fif, 'kan?" jawab Anta sambil menatap malas ke pria itu.
"Ha ... ha ... ha ... Anta kau balik saja ke kelas, aku lelah, aku mau tidur." kata Dantai bangkit dari duduknya dan merebahkan tubuhnya ke ranjang.
Dia memiringkan tubuhnya ke arah Anta," Lagi pula apa kau tidak takut padaku? Aku ini tetap laki-laki loh, An. Walau masih kelas XII aku sudah bisa membuat mu ... hemm ... " sambungnya sambil memejamkan matanya, tak lama terdengar dengkuran halus dari bibir pria itu.
"Dasar tuan rumah tak punya adab! ada tamu di tinggal tidur begitu saja," gumam Anta pada diri sendiri, lalu dia melihat jam tangannya jam 11.00 tepat. Dia terkejut tenyata dia telah lama meninggalkan kelas. Buru-buru dia meminum jusnya dan keluar dari kamar Dantai.
Dia berlari menuju dapur sambil berteriak kepada Bik Mirna, "Bik, saya balik ke kelas ya, bilang sama Afif, saya langsung pulang. Dia tidur bik." Anta terus berlari tanpa menunggu jawaban bik Mirna.
Bik Mirna geleng-geleng kepala, melihat tingkah laku gadis itu sambil bergumam ,"Siapa ya nama gadis temannya tuan Dantai tadi?"
Beberapa menit kemudian Anta sudah di depan pintu kelasnya. tok! tok! tok! Anta mengetuk pintu tak lama kemudian suara dari dalam terdengar
"masuk!"
Anta masuk di sambut dengan tatapan tajam guru fisikanya, pak Kusno, "Dari mana kamu, baru masuk kelas jam segini?"
"Dari toilet Pak, maaf perut saya sakit,
Pak," jawab Anta sekenanya sambil menunduk.
"Baik, kerjakan soal yang ada di papan tulis itu! Kalau benar kau baru boleh duduk!" perintah Pak Kusno.
Anta mengangguk lalu dikerjakannya soal di papan tulis tersebut, dengan cepat ,"Sudah Pak, apa saya boleh duduk?" tanyanya.
"Ya sudah kau boleh duduk, jangan diulangi lagi!" nasehat Pak Kusno, lalu beliau melanjutkan kembali menerangkan materinya.
Anta mengangguk dan bejalan kembali ke tempat duduk dengan ceria, menyunggingkan senyum ke teman sebangkunya.
"Gila kau Anta! Kemana saja kau? Empat jam kau meninggalkan kelas, kau murid baru jangan macam-macam! Aku tadi di tanyai Pak Iwan sampai keringat dingin," bisik Bella.
Anta serius mengikuti pelajaran selanjutnya. Tak terasa sudah jam 13.30, terdengar bel tanda pulang berbunyi. Bu Susi guru seni budaya, mengakhiri pelajarannya lalu di ikuti doa bersama. Setelah itu beliau keluar kelas, diikuti siswa-siswinya.
Anta menenteng tas punggungnya berjalan ke masjid sekolah, mengambil wudhu lalu sholat dhuhur terlebih dahulu. Selesai sholat berjalan ke area parkir mobilnya lalu menjalankan pergi dengan kecepatan sedang menuju rumah neneknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 213 Episodes
Comments
Jasmin Fathin
habis nangis terus ketawa thor
2023-01-20
0
Jasmin Fathin
Pertemuan yang seru antara Anta dan Dantai
2023-01-17
0
Friasta
Dianta sama Dantai ini namanya anagram, ya, kayak jodoh aja 🥰
2023-01-09
0