”Ahk!”
”Ada apa Yixuan?” tanya Shin Buyen yang terlihat cemas setelah mendengar Shin Yixuan merintih kesakitan karena pisau yang melukai pergelangan tangannya saat ia sedang membawa lima buah pisau di kedua tangannya.
”Aku baik-baik saja! Ini hanya luka kecil.” ucap Shin Yixuan dengan perasaan senang meskipun pergelangan tangannya sedang berdarah-darah.
Shin Buyen semakin bertambah cemas karena jika luka itu biarkan, bisa-bisa Shin Yixuan akan jatuh demam karena infeksi pada lukanya.
”Kemarilah! Aku akan mengobatinya lebih dulu.” ucap Shin Buyen sambil menarik Shin Yixuan kembali ke teras halamannya. Ia kemudian mengambil sebuah kain yang ada di balik pakaiannya dan membersihkan darah kering maupun basah yang masih melekat di kulit Putranya. ”... Jika dibiarkan kau akan demam. Ibu tidak ingin melihatmu jatuh sakit berhari-hari.”
”Ibu! Aku bilang aku baik-baik saja. Ibu tidak perlu melakukan ini padaku. Jika aku terus mengeluh seperti ini, kapan aku akan menjadi kuat?” ucap Shin Yixuan sambil merengek padanya.
Shin Buyen kemudian menatap ke arah Shin Yixuan yang ada di depannya. Perlahan, ia pun kembali tersenyum dan menyentuh wajahnya sesekali. ”... Tetapi, kesehatan dan keselamatan mu lah yang terpenting di sini. Kau tidak akan bisa bertambah kuat jika kau sakit-sakitan seperti ini.” ucapnya.
”Tapi, Ibu! Aku ingin segera berlatih!” celetuk Shin Yixuan saat Shin Buyen baru akan membungkus lukanya dengan kain tipis.
”Bersabarlah sebentar. Ibu akan mengajarimu setelah ini.” ucapnya sambil mengikatnya dengan rapi agar tidak terlepas. Lalu, beberapa saat kemudian, ia pun selesai dan mengembalikan tangan Shin Yixuan kembali.
”Ibu sudah selesai! Kalau begitu cepat! Ajari aku cara melempar pisau dengan benar!” seru Shin Yixuan yang langsung berlari ke tengah-tengah halaman belakang yang dipenuhi dengan rumput-rumput tebal dan tinggi.
Shin Buyen berjalan menghampirinya dan berhenti tepat di belakangnya. Ia kemudian berlutut di sana sambil memegang kedua tangan Shin Yixuan seolah ia berusaha untuk mengarahkannya. ”... Kau harus merasakan angin yang berhembus melewati ujung kepalamu. Fokuskan pada titik yang menjadi sasaran mu kali ini. Saat kau sangat yakin kalau lemparanmu akan mengenainya, kau bisa melepasnya sekarang juga.”
Sedetik kemudian, secara bersamaan keduanya melempar sebilah pisau tersebut dan dalam sekejap, pisau itu berhasil menancap pada sebuah batang pohon besar yang tumbuh sedikit lebih jauh dari mereka.
”Lihat! Aku berhasil mengenainya!” seru Shin Yixuan yang terlihat senang saat melihatnya.
Shin Buyen juga ikut senang ketika melihatnya. Ia kemudian mengelus kepala Shin Yixuan dan berkata, ”... Sekarang coba kau ulangi lagi. Ikuti apa yang aku katakan padamu tadi. Kau pasti bisa mengenainya dengan mudah.”
Shin Yixuan mencoba untuk mendengar dan mengingat apa yang dikatakan oleh Shin Buyen padanya tadi. Ia mencoba untuk melepaskan pisaunya agar tepat mengenai pohon yang ada di depannya. Selama beberapa detik ia terus memulai ancang ancang untuk menyerang. Dan tak lama kemudian, ia pun melepaskannya juga. Akan tetapi, pisaunya ini tidak bisa menyentuh pohonnya dan mendarat di atas tanah, tak jauh dari tempat pohon itu berdiri.
Melihat hal itu, Shin Yixuan semakin bertambah murung dan langsung berdiri menghadap Shin Buyen. ”... Ibu, maaf. Aku tidak bisa melakukannya dengan benar.” ucapnya dengan sedih.
Tangannya yang lembut kembali menyentuh kening Shin Yixuan dan berkata, ”Kau bisa mengulanginya lagi. Lakukan sampai kau bisa dan jangan memaksakan dirimu.”
Shin Yixuan mengangguk paham dengan perkataannya.
***
Malam harinya, suasana sepi terjadi. Langit terlihat gelap dan kumpulan manik-manik tampak bercahaya ketika seseorang melihatnya dari balik jendela. Shin Yixuan terbangun di tempat tidurnya setelah ia mendengar suara seperti langkah kaki yang sedang bergerak mendekatinya. Suara tersebut tak berhenti selama beberapa saat. Awalnya ia berpikir kalau suara itu berasal dari Shin Buyen yang sedang melewati kamarnya. Akan tetapi, ia juga merasa heran ketika ia menatap ke arah luar jendela, terdapat ekor ular besar yang sedang bergerak ke dalam hutan.
Karena ia sangat ingin tahu seperti apa dunia luar, ia pun melompat keluar jendela dan mengikuti suara ular yang sedang berjalan ke dalam hutan. Karena suasana yang begitu gelap terlebih lagi, cahaya bulan tertutup oleh lebatnya dedaunan yang ada di dalam hutan, sempat membuat Shin Yixuan kesulitan untuk melihat ke depan. Lalu, tiba-tiba saja sebuah akar pohon muncul dari dalam tanah sehingga membuatnya terjatuh ke depan saat ia sedang berlari.
”Aduh, duh. Tadi itu apa? Aku tak bisa melihat apapun di sana.” gumam Shin Yixuan sambil mengusap luka lecet yang ada di dahinya akibat benturan dengan tanah tadi.
Ketenangan sempat terjadi selama beberapa saat sebelum akhirnya, ia mendengar sebuah suara eraman serigala yang sedang bersembunyi di balik semak-semak yang ada di sekitarnya.
Shin Yixuan terlihat waspada saat dihadapkan dengan suara tersebut. Ia mengambil sebuah batang kayu yang terjatuh dari atas pohon dan menjadikannya sebagai senjata sementara. Setelah ini, ia mungkin akan menyesal karena telah melawan perkataan ibunya sendiri. Ia tidak tahu kalau di hutan ini menyimpan kerumunan serigala yang kelaparan. Berbeda dengan serigala yang ditemui olehnya siang hari tadi.
Selama beberapa saat, ia terus terdiam dan mendengarkan suara tersebut. Lama kelamaan, muncul sepasang mata merah yang berasal dari kegelapan yang ada di depannya. Ia pun semakin berjalan mundur dan menjaga jarak dengan tatapan tersebut. Lalu, tak lama kemudian, gerombolan serigala yang mengepungnya dari berbagai arah akhirnya mulai menyerangnya secara bersamaan.
Saat itu terjadi, Shin Yixuan tak bisa bergerak dan hanya bisa pasrah dengan keadaan yang akan terjadi selanjutnya. Akan tetapi, bersamaan dengan hal itu, muncul serigala besar yang langsung menyerang kerumunan serigala tersebut.
Gigi taring yang besar dan tajam lalu, kedua kaki yang tampak kokoh serta mata merahnya yang menyala di tengah malam, ukurannya bahkan tiga kali lebih besar dari serigala yang akan menyerangnya. Namun, ia tak pernah menyangka kalau serigala yang satu ini akan menyelamatkannya dan membunuh seluruh serigala yang hampir akan mengoyak dagingnya.
”Tuan serigala?”
Shin Yixuan menatap sepasang mata berwarna merah menyala dan gigi taring yang sudah berlumuran dengan darah. Hembusan nafasnya terdengar mengerikan dan bahkan, langkah kakinya saja sudah membuat tanah yang diinjaknya hancur sebagian.
Mulanya, Shin Yixuan takut untuk menghadapi serigala ini. Akan tetapi, dalam waktu singkat, serigala itu langsung menundukkan kepalanya sehingga, membuat Shin Yixuan merasa terkejut.
”Ternyata dia serigala yang sangat baik.” batin Shin Yixuan yang langsung menyentuh kepala serigala tersebut. Lalu, sedetik kemudian serigala itu berubah menjadi kepingan-kepingan debu yang berterbangan ke langit dan dengan perlahan, sosoknya berubah menjadi seorang pemuda berpakaian lusuh dengan rambut coklat yang begitu bersinar dengan bola matanya yang berwarna coklat keemasan seperti senja.
”Terima kasih karena sudah menyelamatkanku dan sudah menyadari keberadaanku, Tuan muda.” ucap pemuda itu dengan pelan. Dan setelah ia mengatakannya, ia langsung terjatuh ke tanah dan membiarkan Shin Yixuan kebingungan karena ia tidak tahu darimana ia berasal.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 86 Episodes
Comments
Aliz
Alurnya dirubah?
2022-06-09
0