Aku terbangun, kusadari posisiku ada di lantai.
Kutengok sekeliling, aku masih di kamar Fay. Sinar matahari mengintip dari sela-sela ventilasi di atas pintu dan jendela, menyilaukan mataku. Wah, mengerikan sekali mimpi tadi. Kuraba wajah dan sekujur tubuhku. Kutepuk-tepuk pipiku.
Syukur Ya Tuhan, aku masih hidup.
Satu hal yang langsung membuatku tersentak. Mbak Lastri..!!
Buru-buru aku bangkit dan membuka pintu. Terang sinar matahari yang menembus sebidang genteng kaca di atas selasar kos memaksa mataku terpicing.
Kemudian kuarahkan pandangan ke kamar di ujung kanan, berbatasan dengan dinding belakang bangunan kos kami, dimana terakhir kulihat Mbak Lastri masuk kamar itu. Kembali bulu kudukku merinding, teringat
mimpi semalam.
Wajah hantu wanita yang mirip sekali dengan Mbak Lastri, atau mungkin samarannya, menatap dengan pandangan memelas, mendekat dan mendekat.
Hanya mengucap "Tolong..." berkali-kali. Untung udah siang.
Tiba-tiba,
Kriiing...Kriiing....Kriiingg..
"Damn!" terlepas dari mulutku. Jarang sekali aku mengumpat seperti itu. Dengan takut-takut aku mengangkat gagang telepon.
"Halo..."
"Halo. Feli, ya?"
Ah, Tante Santi.
"Eh, Tante? iya, ini Feli" jawabku lega.
"Kamu kemana aja dari tadi? Tante telpon dari jam tujuh tadi nggak ada yang ngangkat" Kulirik jam dinding di dekat meja telepon. Buset, dah jam sepuluh..!!
"Oh ya? Beneran, Tante?"
"Masa Tante bohong. Kamu begadang ya semalem" "I-lya Tan, film di tv bagus banget" aku berbohong.
"Tante masih di Timoho. Mbok Jum udah sampai belum ya? Tadi Tante suruh duluan, kasian kamu sendirian" tanyanya.
"Di kosan sih ngga ada kayanya, Tan. Nggak tau ya kalau di rumah" jawabku.
"Coba kamu kedalam, kalau ketemu dia, Tante titip pesan. Denger baik-baik, jangan sampai lupa" "Ya Tante. Pesan apa?" Aku menyeret kursi dan duduk, menyimak pesan Tante Santi.
"Nih, ntar bilangin Mbok Jum. Bilang disuruh Tante ambil bungkusan warna ijo di kamar ujung, seberang kamar Maria. Terus suruh bawa keatas, taruh depan kamar Tante.".
"Tadi lupa mau ngomong soalnya" lanjutnya. Kamar ujung...seberang kamar Maria. Lho, itu kamar Mbak Lastri..?!
"Fel..denger ngga?" tanyaTante
"I-lya, Tante. Denger.."
"Tapi, Tante.."
"Tapi apa?"
"Memang nggak dikunci kamarnya?" lanjutku.
"Mbok Jum punya kuncinya kok"
"Orangnya nggak papa tuh, Tan?" "Orangnya? Ya nggak papa lah, kan udah tugasnya Mbok Jum" suara Tante mulai tidak sabar.
"Bukan, Tan, bukan Mbok Jum.."
"Lha terus..?"
"Itu..yang punya kamar emang nggak marah?"
"Yang punya kamar? Maksud kamu apa sih,
Fel..?"
"Maksud aku, Mbak Lastri nya emang nggak marah kalau Mbok Jum masuk-masuk kamar nggak ijin dulu?
"Siapa, Fel..? Coba ulangi.." suara meninggi.
"Mbak Lastri, Tante..." jawabku.
Dan dari nada suaranya aku mulai mencium sesuatu yang tidak beres. "Kamu kok tau Mbak Lastri? Siapa yang cerita?
Mbok Jum?" "Feli ketemu orangnya, Tan, minggu lalu"
"Ming-minggu lalu..? Kamu..kamu jangan bercanda ya Feli?" kudengar suara Tante bergetar.
Deg..! Dadaku semakin berdebar.
"Enggak, Tante, aku nggak bercanda. Malem malem aku ketemu dia. Memang kenapa kok Tante ngga percaya?" Tante terdiam beberapa saat. Kudengar dia menghela nafas dan berucap pelan.
"Hmmhh, ya udah. Tante titip pesen gitu aja ya buat Mbok Jum. Nanti kamu bisa tanya Mbok Jum deh"
"Udah ya, kamu baik-baik sama Mbok Jum disitu. Besok Tante akan pulang pagi-pagi"
Telepon pun ditutup.
"Mbak.." Aku hampir terjatuh dari kursi.
Kutengok ke belakang, Mbok Jum tiba-tiba sudah berdiri di dekatku.
"Haduh, Mbok..jantungan aku, Mbok"
"Maaf, Mbak. Mbok pikir Mbak Feli denger
Mbok masuk sini" jawabnya.
"Ya udah nggak papa. Mbok Jum kapan dateng? Kok aku nggak tau?"
"Barusan aja, Mbak. Tadi terus langsung ke atas beresin kamar Ibu"
"Oh, pantes"
"Eh Mbok, ada pesan dari Tante, katanya suruh ambil bungkusan warna ijo di kamar ujung"
"Oooh, kamar ujung. Iya, Mbak, makasih. Mbok ambil kunci dulu" dia hendak berbalik badan.
"Eh, tunggu, Mbok..emangnya orangnya nggak marah Mbok masuk-masuk gitu?"
Dia menatapku dengan pandangan bingung kemudian menoleh ke arah kamar itu, dan kembali menatapku.
"Mbak Feli ngomong apa sih?"
"Iya, emang Mbak Lastri nggak marah?" Mata Mbok Jum terbelalak dan alisnya terangkat, kelihatan sekali dia terkejut.
"Mbak Lastri?"
"Mbak Feli denger dari siapa tentang Mbak Lastri" tanyanya lagi.
"Ini Mbok sama aja sama Tante deh nanyanya.." "Aku ketemu kok sama dia"
Matanya kembali terbelalak, mundur selangkah. "Mbak Feli yang bener ah...jangan nakut-nakutin.." "Nggak baik bercandain orang udah nggak ada.."
Deg lagi...!! Firasatku semakin tidak enak.
"Maksudnya..?"
"Itu..Mbak..Mbak Lastri kan udah nggak ada, udah meninggal." jawabnya berbisik pelan sekali.
"Kena serangan jantung"
Apa..?!
"Meninggal..?!"
"Iya, udah lama sih kejadiannya. Tujuh tahunan yang lalu." "Itu memang dulu kamarnya, dan habis dia nggak ada ditempatin orangnya ganti-ganti terus ngga ada yang betah."
"Terus..?"
"Udah tiga tahunan kosong"
"Tapi..kata Lia, semua kamar penuh. Cuma memang ada kamar yang orangnya jarang pulang ke kos" "Iya, itu Ibu yang suruh Mbok bilang begitu, biar nggak pada takut.."
Berarti... Hantu wanita itu...yang mirip Mbak Lastri itu...Beneran..!!
Mbak Lastri....
"Ya udah, Mbak, nggak usah dipikirin. Mbok ambil kunci dulu ya.." dan ia berlalu ke dapur.
Tinggal aku berdiri sendiri di depan meja telepon. Antara takut dan penasaran, kutengok kembali kamar ujung itu. Gorden kamar itu tiba-tiba bergerak. Terlihat sesosok bayangan di dalam.
"Mbook...Mbok Juummm !!!" Aku berlari secepat kilat ke dapur, masuk ke rumah utama. "Ada apa to Mbak teriak-teriak?" dia menjawab dari pertengahan tangga. "Mbok ngambil kunci sampe hampir jatuh ini.." Aku merapat ke tubuhnya, menggigil ketakutan.
"Takut, Mbok...takuutt..." "Takut kenapa, Mbak? Jangan bikin Mbok serem gini..."
"Itu Mbok, barusan aku liat gorden kamar itu gerak, terus keliatan ada bayangan di dalem..."
"Yang bener, Mbak? Duh, Mbok jadi ikut merinding ini.." Kini kedua tanganku semakin rapat memegang lengannya. Lalu dia mengajakku duduk di sofa depan televisi tempat kami anak kos biasa bercengkrama dengan Tante Santi sambil menonton TV. "Takut, Mbok...kok jadi serem gini sih di sini, Mbok.." aku meratap.
"Udah, Mbak, jangan mikir gitu. Mungkin Mbak salah liat, kan bisa. Habis tadi Mbok kasih tau itu.." jelasnya perlahan.
"Lagian siang-siang gini mana ada hantu sih.." "Iya sih, Mbok. Mungkin ya.." Seorang temanku pernah bilang kalau seseorang bisa saja mengalami halusinasi saat berada dalam kondisi tertekan atau berada dalam suasana baru yang asing baginya. Apakah mungkin saat ini aku mengalami hal itu? Aku jadi ragu pada kewarasanku sendiri.
"Mbok, ceritain dong, dulu itu gimana?" lanjutku.
"Cerita apa, Mbak?"
"Itu..Mbak Lastri.."
Dia menatapku dalam. "Yakin mau Mbok ceritain?". Aku mengangguk. Rasa penasaran ini harus dituntaskan. Setelah menghela nafas sejenak, selanjutnya.
"Dulu tahun sembilan satuan, Mbak Lastri itu kos disini sampe hampir lulus, terakhir dia sedang proses skripsi. Anaknya cantik dan baik, ramah lagi. Dia punya tunangan namanya Mas Leon, udah kerja waktu itu. Orangnya tinggi gagah, hitam manis gitu. Bentar lagi mereka mau nikah, nunggu Mbak Lastri lulus". Mata Mbok Jum terlihat berkaca-kaca.
"Terus, waktu itu, disini juga ada anak kos yang cantik, kaya bule, namanya Erin. Masih tingkat satu kalau ga salah. Anaknya lincah dan ceria gitu, cepet akrab sama orang. Kesayangan Mbak-Mbak yang lain di kos ini"
"Terus, Mbok.."
"Nggak tau gimana, waktu Mbak Lastri ke kontrakan Mas Leon, dia kepergok lagi selingkuh sama si Erin ini. Uuh..heboh banget waktu itu pokoknya"
"Duh, kasian banget yaa.."
"Iya, Mbok aja ikutan nangis ngeliat Mbak Lastri digituin. Temen-temennya apalagi, udah dihajar si Erin itu" mau
"Terus, Mbok.."
"Habis itu, ya udah putus mereka. Mbak Lastri nggak mau ditemuin Mas Leon lagi, nerima telpon aja ngga mau"
"Oh, habis itu Mbak Lastri sakit, Mbok?"
"Mbok kurang tau juga sih. Tapi puncaknya pas malam itu, kalau nggak salah seminggu atau dua minggu habis kejadian yang tadi itu..." Mbok Jum merenung lagi.
Aku turut terdiam, dapat kubayangkan perasaan yang dialami Mbak Lastri.
"Malem itu, Mbok denger Sinta teriak-teriak" "Sinta? Siapa itu, Mbok?"
"Anak kos juga, kamarnya dulu di kamar Mbak Fay itu. Dia teriak-teriak minta tolong, sampai kedengeran dari kamar Mbok"
"Memang yang lain pada kemana?"
"Waktu itu kaya sekarang ini, anak kos pada pulang liburan, tinggal bertiga di sini. Mbok, Sinta sama Mbak Lastri"
"Terus..terus...?"
"Mbok buka pintu dapur, ngeliat ke kos, si Sinta lagi meluk Mbak Lastri di lantai. Mbak Lastri nya udah ngga bergerak, mukanya pucat sekali"
"Mbok langsung lari keluar, minta tolong ke wartel sebelah itu"
"Mas mas yang di wartel pada lari kesini, ada juga yang nelpon ambulan. Tapi sampe sini Mbak Lastri udah ngga tertolong"
"Duh, kasian banget ya Mbak Lastri" "Iya, tragis banget, habis itu Mbok tau Mas Leon juga meninggal"
"Hah.!? Meninggal juga?". Aku semakin merinding.
"Iya, ada yang nelpon kesini ngabarin. Polisi."
"Katanya tadi sempet nelpon Mbak Lastri, terus keputus gitu telponnya. Kalau kata Sinta, mungkin ya pas waktunya dia denger suara orang jatuh, dia buka pintu ternyata Mbak Lastri" Aku rasanya ingin menangis sejadi-jadinya. Pindah kos, satu-satunya yang kuinginkan. Lalu aku teringat, Mama udah bayar kos ini enam bulan dengan sisa-sisa tabungannya.. Kasihan sekali jika uang tadi kusia-siakan. Aku sendiri tak memiliki uang lebih, pasti tidak cukup untuk membayar kos di tempat lain. Dan aku hanya bisa sesenggukan di pelukan Mbok Jum.
*******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Nur Hidayah
Ceritanya sangat seru, dan beneran menakutkan Authooor🙈
2022-08-04
3
128 √e980
Seru anjrot, semangat yaa
2022-06-26
2
🇲🇾 🌅ͧ ᷤ ⃫ᷨ⃟⃤Meᷤnͥтᷡคͣrͬi 🎼
makin seruuuu ceritanya.. semangat dik!!
2022-06-19
8