Suasana pun menjadi hening kembali, hanya ada suara kertas buku dan juga rautan pena di kertas.
"Wah beruntung banget ya anak baru itu bisa sekelompok sama Nadta," bisik bisik tetangga terdengar walau pun samar.
Seketika tatapan sinis Kyeri pun keluar menatap orang-orang yang membicarakannya. Saat orang-orang yang berbisik itu sadar kalau ada mata dan aura dingin mencintai, barulah mereka berhenti berbicara.
"Ke lanjutin," ucap ku menyikut bahu Kyeri.
"Sampai mana tadi?" tanya Kyeri ke diriku.
Untung saja saat itu aku sedang memperhatikan tulisan Kyeri, jadi aku tau tulisan Kyeri sampai di mana.
"Ini, kamu baru sampai 'tujuannya adalah untuk membuat' titik titik titik," jelasku sembari menunjuk barisan tulisan di buku.
"Oh iya."
"Kamu lanjutin dulu ya Ke, aku mau ke toilet sebentar."
"Aku temenin," ucap Kyeri reflek.
Aku pun juga reflek meraup muka Kyeri dan akhirnya Kyeri pun sadar dengan ucapannya tadi.
"Aneh-aneh kamu ini Ke, aku permisi ke toilet dulu ya. Kalian lanjutin lah dulu," aku izin ke teman sekelompok.
Setelah pamit ke guru, aku pun berlari menuju toilet sekolah yang jauh dari kelasku berada. Aku harus menaiki beberapa anak tangga agar aku bisa sampai ke toilet ini.
Sesampainya di toilet, aku langsung masuk ke dalam karena kebetulan toilet di jam pelajaran selalu sepi.
"Hah... lega," ucapku di dalam toilet.
Aku pun mencuci tangan terlebih dahulu baru aku kembali ke kelas. Baru saja keluar dari pintu toilet, langkahku di hadang oleh beberapa anak famous sekolah.
Siapa? siapa lagi kalau bukan Gita and the gangers. Mereka sering menganggu teman-teman sekolah yang menurut mereka menjijikan dan menghalangi kepopulerannya.
"Huh.. ada apa?" tegasku.
"Ada hubungan apa lo sama Matteo?" tanya Gita.
"Emang penting ya kalo saya kasih tau ke kamu?" cetus ku.
"Ngelunjak lo ya sekarang! gua kasih peringatan ya sama lo, jauhin Matteo! ngerti lo?"
"Enggak, lagian kalo saya jauhnya Kyeri, Kyeri gak bakal bisa jauh dari saya so? Masih mau bersaing?" Ejekku sembari menyeringai.
"Wah mulai ngelunjak lo ya!"
Bruk...
Tubuhku di dorong hingga tersungkur ke lantai, aku tidak ingin melawan karena ayahku pernah berkata, "Jika ada yang menjahatimu, jangan pernah kau lawan ya. Kenapa? karena jika kau melawan dengan hal yang serupa sama saja kau seperti dia."
"Tapi jika dia akan membunuhku bagaimana?" tanya ku bernada polos.
"Kau boleh melawan saat kau sudah tau situasi yang sedang kau hadapi, jika itu menyangkut nyawa dirimu maka lawan lah. Namun jika itu akan merugikan mu, jangan pernah melawannya."
"Bukan kah keduanya sama-sama merugikan diriku?"
"Nanti juga kau tau apa yang aku maksud," ucap ayah sembari mengusap kepalaku.
Dan akhirnya aku mengerti apa maksud ayah, jika aku melawan sekarang maka kemungkinan besar mereka akan mengincarku terus.
Terapi jika aku tidak melawan aku akan di katakan lemah, tetapi jika aku melawannya kemungkinan besar beasiswa yang aku dapat akan di cabut dari sekolah. Lebih baik aku ikuti dulu alur permainan mereka.
"Kenapa lo diem hah? Takut? Haduh, haduh gua lupa kan lo gak bisa apa-apa selain otak lo. Bahkan lo ngelawan gua aja gak mampu kan hehehe," ucapan bak setan itu membuatku jijik.
Ingin sekali rasanya aku menjambak rambutnya itu dan melemparkannya ke tong sampah di bawah tetapi aku tidak boleh melawan.
"Bangun lo," ucap teman Gita menarik lenganku dengan kasar.
"Hehehehe," senyuman bak iblis yang ingin menerkam mangsa itu membuat ku kesal.
'Sepertinya aku harus melawan,' ucapku dalam hati.
Brak..
Grek... crek.. crek...
Belum sempat aku melawan mereka, mereka sudah lebih dulu mendorong ke dalam toilet dan mengurungku disana.
'Sial!'
"HIAAAA!! GITA BUKA PINTUNYA," teriak ku dari dalam.
Tok.. tok.. tok.. tok..
"GITAAA," teriakku lagi.
...~•< Kelas 8 B >•~...
Di waktu yang bersamaan saat Gita and the gangers menghadang ku di toilet.
"Ke? Lo ini bukannya lanjutin nanti Nadta marah lo!" tegur Lena.
"Gak semangat gua ngerjainnya kalo gak ada Nadta," ucap Kyeri mendirikan tubuhnya ke bangku.
"Ih tulisan Nadta bagus ya ternyata," ucap Iqbal mengintip tulisan ku.
"Jangan liat," ucap Kyeri menutup buku milikku.
"Pelit betul lo ini, padahal cuma liat tulisan doang bukan liat muka Nadta," ledek Koko.
"Nih kalo lo mau liat tulisan Nadta liat aja tulisan gua, sebelas dua belas tulisan gua sama Nadta itu," ucap Kyer bernada angkuh.
"Oh iya mending gua kerjain punya Nadta aja lah," lanjut Kyeri lagi membuka buku milikku dan melanjutkan tulisanku.
"Sampai dimana ya? Oh yang ini," Kyeri pun mulai menuliskan lagi.
"Aneh-aneh orang satu ini," ledek Koko sembari menggelengkan kepalanya.
"Udah lebih dari 5 menit loh ini, kok Nadta belum kembali ya?" tanya bu guru.
Kyeri pun tersadar kalau diriku dari tadi belum kembali ke kelas, padahal biasanya aku anak yang paling tepat waktu.
Jika guru memberikan limit waktu 5 atau 10 menit maka aku akan segera kembali lagi kurang dari waktu yang sudah di tentukan. Tetapi tidak untuk kali ini.
Dreet..
Kyeri menggeser bangkunya dan menaikkan tangan sebelah kanan sepertinya Kyeri ingin mengajukan sesuatu.
"Bu, biar coba saya saja yang susul Nadta ya bu. Takutnya dia ada masalah di sana," pinta Kyeri.
"Itu toilet perempuan Kyeri! kamu gak bisa sembarangan masuk toilet perempuan."
"Yasudah kalau gitu saya sama Lena coba nyari Nadta ya bu," punta Kyeri.
"Kamu ini kok khawatir sekali sih sama Nadta?"
"Bu ini bukan waktunya kuis, jadi nolehkan saya mencarinya?"
"Iya silahkan."
"Gak sama say..." ucapan Lena terpotong karena Kyeri sudah menariknya keluar kelas.
Kyeri mencari langsung ke tujuan utama, yaitu toilet perempuan. Kyeri juga menyuruh Lena masuk dan memberikan isyarat kalau Nadta ada disana.
Aku sebenarnya tidak terlalu tau apa rencana Kyeri tetapi mereka berdua berhasil menolongku dan berhasil mengeluarkan aku dari toilet ini.
Setelah sekolah selesai, Aku dan Kyeri selalu berjalan kaki bersama menelusuri sungai dan persawahan yang ada disini. Tidak hanya aku dan Kyeri tetapi Iqbal, Koko dan juga Teo.
Kyeri tiba-tiba saja menepuk kepalaku membuatku terkejut dan Kyeri pun berkata, "Tadi yang menganggumu itu Gita kan?"
Walau pandangannya lurus tetapi wajah tidak suka terlihat jelas di wajah Kyeri. Aku tidak ingin menjawab bahkan aku tidak ingin mengingatnya.
"Bukan."
Kyeri tau sekali kalau aku bukan tipe orang yang tukang mengadu, aku lebih memilih diam dan memendamnya. Aku juga tidak tau dari mana Kyeri tau akan hal itu.
"Lo ini bohong terus sama gua Nadt, kan gua dah sering bilang ke lo. Kalau ada yang gangguin lo bilang aja ke gua supaya apa? supaya gua bisa jagain lo lebih lagi."
Hmppt..
Ledek dari Iqbal dan Koko saat mendengar ucapan yang cukup mengerikan keluar dari mulut Kyeri. Wajar kalau Iqbal dan Koko mendengar karena mereka berada tepat di belakang kami.
Kyeri hanya bisa menatap sinis ke arah mereka berdua, tidak. Tetapi ke arah mereka bertiga.
Bersambung...
..."Rasa khawatir itu wajar bukan? Jadi, tidak apa jika aku menghawatirkan Nadta seperti itu ya kan?"...
...-Kyeri...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Senajudifa
dilawan salah ngga dilawan parah
2022-06-25
1