Chapter 2

Karin mendapati ponsel yang bergetar dalam genggamannya. Ia menundukkan kepala sejenak untuk membaca nama yang tertera di layar tersebut. Dan ternyata, itu adalah Darren pacarnya!

Ia bangkit dari tempat duduknya, meninggalkan sekumpulan cewek-cewek amnesia yang tengah terpesona dengan kakak sepupu mereka sendiri. Karin menganggapnya aneh, sebab bagaimana bisa menyukai orang yang masih ada hubungan keluarga dengan diri kita? Seperti tak ada lagi manusia batangan di muka bumi saja, pikirnya.

Gadis itu memilih tempat yang dirasa cukup aman untuk menerima panggilan telepon, khawatir kalau-kalau ibu mengetahui ia mulai berpacaran dengan seorang laki-laki. Di halaman belakang rumah tante Lily, terdapat sebuah gazebo tempat bersantai di pinggir kolam renang, dan Karin bersembunyi di belakangnya. Di sana sepi, dan takkan dilewati siapapun.

Maka dengan hati yang berbunga ia langsung menerima panggilan telepon itu.

"Halo, baby.." Ucap Karin senyum-senyum sendiri.

"Halo beb, kamu lagi ngapain sih? Lama banget angkat teleponnya," Protes Darren dari seberang sana.

"Maaf beb, aku lagi di rumah tante ku nganter ibu arisan"

"Haduh.. Kamu lupa ya?"

"Uhmm.. Lupa apa ya?," Karin balik bertanya sebab ia belum mengingat apa-apa.

"Hari ini kan kita mau jalan. Kok bisa sih kamu lupa?"

Kedua bola matanya membulat seiring dengan datangnya ingatan yang terlupakan. Kemarin, dia telah berjanji bahwa akan menemani Darren jalan-jalan ke mall untuk membeli sepatu incaran nya, limited edition yang baru saja keluar dan mungkin akan segera habis jika ia terlambat satu hari saja.

"Astaga! Beb, maaf. Aku lupa banget! Duh.. Gimana ya," Ucap gadis itu dengan kerisauan yang menyerbu sambil menggigiti ujung kuku jarinya.

"Kamu izin pulang duluan aja beb!" Darren meng-ide.

"Hah? Mana bisa sayang.."

"Ya terserah kamu sih, aku cuma kasih saran aja. Itupun kalau kamu mau nemenin aku. Kalau nggak ya udah! Gapapa! Aku bisa pergi bareng temanku," Ucap Darren yang segera di sadari Karin bahwa ia mulai merajuk.

"No.. No.. No.. Sayang.. Baby.. Jangan ngambek dong.. Iya, iya, aku usahain dulu ya bilang ke ibu untuk pulang duluan," Karin mengiba.

"Oke. Aku kasih kamu kesempatan. Jangan lama, kabari aku segera!"

"Iya sayangku. Tunggu aku ya beb,"

"Sayang.. Bebii.. Lucu juga ya," Karin merasakan jantungnya yang nyaris lompat dari tempatnya ketika menyadari kehadiran seseorang di sebelahnya.

Ia menoleh dan mendapati seorang pria bertubuh tinggi kekar nan atletis dengan rahang yang ditumbuhi jambang kecoklatan dan bulu janggut halus menghiasi dagunya berdiri sembari menyandarkan punggung pada dinding dan kedua lengannya yang disilangkan di depan dada.

Dia, pria yang dikagumi para sepupu perempuannya tadi. Reynard, atau biasa dipanggil Rey datang dan menginterupsi gadis yang tengah berusaha membujuk pacarnya lewat telepon.

"Uhm.. Baby, aku akan mengabarimu sebentar lagi. Aku mau menemui ibu dulu ya, bye.." Karin berbicara sembari menutup mulut dan ponselnya dengan telapak tangan, sebab tak ingin Rey mendengar lagi percakapannya.

"Seru juga ya, ngeliatin anak kecil pacaran," Ujar Rey sambil cekikikan.

"Enak aja! Aku itu udah cukup usia buat punya pacar ya! Lagian ngapain abang tiba-tiba ada disini? Dasar penguntit!," Protes Karin.

"Buat apa aku menguntit? Ini tuh rumah mami ku, aku mau kemana kek, itu hak ku ya. Kamu yang mencurigakan, diam-diam ada di belakang gazebo. Teleponan suaranya pelan-pelan. Pasti kamu belum diizinin pacaran kan? Makanya sembunyi dari ibu kamu?," Tuding Rey.

"Sok tau! Mau aku teleponan sambil nyebur ke kolam renang sekalipun, itu urusanku!" Protes Karin. Walau ia menyadari betul, apa yang dibilang Rey memang benar seratus persen bahwa ia belum diizinkan memiliki pacar.

Pria itu berdecih dengan memasang senyum sinis pada gadis di sampingnya. Kemudian merogoh saku celana mengambil sebungkus rokok serta koreknya.

"Lho.. Lho.. Lho.. Abang ngerokok?," Karin tentu terkejut dengan kenyataan di depannya. Rey yang tadi mengaku tak pernah merokok seolah sedang menjilat ludahnya sendiri. Dia bahkan nampak dengan lihai menyulut api ke ujung rokok dan menghisap batangnya sambil mengepulkan asap.

Rey melirik Karin yang jelas terlihat shock. "Kenapa? Baru pertama kali lihat cowok ngerokok?"

"Tapi tadi abang bilang.."

"Itu cuma pencitraan," Kata Rey sambil menghisap lagi rokok nya.

"Aku pikir.."

"Kamu harus tau, terkadang, kita perlu mengunggulkan diri di depan orang tua. Itu menguntungkan lho," Lanjut pria itu lagi.

"Itu pelanggaran! Abang sudah berbohong!"

"Apa bedanya sama kamu?," Balas Rey yang ucapannya seketika menampar Karin.

Gadis itu bersungut sambil mengerucutkan bibirnya. Sungguh pria ini amat menyebalkan.

"Abang nyebelin tau nggak! Awas ya, aku bilang ke tante Lily kalau abang diam-diam adalah seorang perokok!," Ancam Karin.

"Silahkan, mungkin di saat yang bersamaan ibumu juga akan tau kalau anak perempuannya yang masih SMU diam-diam udah punya pacar," Balas Rey yang masih asyik menghisap rokoknya.

Karin yang merasa jengkel mendengus kesal seraya melangkahkan kaki dengan hentakannya yang cukup keras meninggalkan Rey. Pria itu memandang dari arah belakang gadis yang berjalan menjauh darinya sambil terkekeh geli. Sejak dulu, ia memang sering menggoda Karin, adik sepupu yang menurutnya sungguh menggemaskan.

Dan hal tersebut masih dilakukannya bahkan saat anak kecil itu telah tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang memiliki tinggi badan nyaris menyaingi nya.

Karin masuk ke dalam rumah, berniat menemui ibunya yang nampak sedang menikmati obrolan dengan saudara iparnya. Sambil menyiapkan hati dan kalimat berisi kebohongan yang hakiki, ia memberanikan diri berdiri di samping ibu dengan dada yang berdebar.

"Bu.." Panggil Karin dengan suara dibuat se tenang mungkin meski hatinya melawan.

"Ya?," Sahut ibu ketika ia menolehkan kepala ke arah anak gadisnya.

"Aku.. Boleh pulang duluan nggak? Aku baru ingat kalau ada tugas yang harus di kumpulkan besok. Aku akan mengerjakannya bersama teman-teman kelompok ku," Ucap Karin dengan dadanya yang makin berdebar.

"Tugas?" Terka ibu.

"I-iya bu. Tugas dari.. Guru.. Killer," Ucap gadis itu lagi.

"Nggak bisa tunggu sebentar lagi? Nanti ibu pulang sama siapa dong?"

"Uhmm.. Tadi teman-teman ngabarin kalau mereka semua udah kumpul. Jadi aku harus cepat-cepat kesana," Ucap Karin sambil merutuk dalam hati.

"Tapi Rin.."

"Nanti tante Dewi biar aku yang antar," Ucap seseorang yang baru datang bergabung. Sebelum menoleh, Karin berani bertaruh bahwa itu adalah Rey jika di dengar dari suaranya. Dan saat pria itu berdiri di sebelahnya, ia betul-betul memercayai pikirannya sendiri.

"Duh.. Jangan Rey, nanti ngerepotin," Ujar ibu.

"Nggak masalah tante. Biarin aja kalau Karin mau pulang duluan. Dia.." Pria itu menggantung kalimatnya dengan sengaja sambil melirik Karin yang berdiri kaku dan wajahnya mendadak pucat. Sungguh Rey sangat menikmati saat-saat menggoda adik sepupunya tersebut.

"Dia baru saja janjian, dengan seseorang," Lanjut Rey.

"Mati aku matii.. Cowok ini pasti ngadu ke ibu. Awas lo Rey, awas!!," Batin Karin yang tubuhnya berubah kaku.

"Tadi aku nggak sengaja bertemu Karin waktu dia, teleponan sama.." Rey melirik lagi ke arah Karin yang juga meliriknya dengan tatapan jahanam. "Uhm.. Sama temannya, jadi aku nggak sengaja dengar sedikit percakapan nya. Sepertinya sekarang jadi saat-saat yang sibuk untuk anak-anak sekolah ya," Sambungnya lagi.

Karin bersyukur Rey tak membocorkan soal dirinya yang diam-diam memiliki pacar, namun meski begitu, dia merasa sangat ingin mengutuk pria menyebalkan ini.

"Nggak apa-apa Wi di antar Rey aja. Karin biar pulang duluan. Lagian Rey juga belum ada pekerjaannya. Santai lah.." Tante Lily ikut menimbrung.

"Yasudah kalau nggak ngerepotin Rey," Ujar ibu.

"Oke, jadi.. Karin pulang duluan ya bu," Gadis itu kini mampu bernapas lega. Ia berpamitan dengan semua orang tua yang berada di sana, mencium punggung tangan mereka satu per satu. Kecuali dengan Rey, hanya pria itu yang ia lewatkan.

Kemudian secepat kilatan cahaya menghambur keluar dari ruangan tersebut meninggalkan belasan pasang mata yang memperhatikan gerak geriknya secara bersamaan. Sementara Rey, tersenyum menang sambil memandang adik sepupunya yang baru saja ia kerjai.

Terpopuler

Comments

💞Amie🍂🍃

💞Amie🍂🍃

Masih nyimak dulu kak🤭

2024-01-05

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!