" Yongki ?" Pekik Yumna.
" Kita perlu bicara "
" Tentu, bicara lah!." ketus Yumna masih berdiri didepan pintu.
" Tidak Di sini, bagaimana kalau di taman". ajak Yongki.
" Baiklah." Yumna akhirnya menerima ajakan Yongki mengingat kena Sari yang berada di rumah. Yumna tidak ingin mereka mengetahui tentang pertengkaran yang mungkin akan terjadi di antara mereka.
Yumna masuk ke kamar, mengambil jaket, dan berjalan ke arah Yongki yang sudah siap melajukan motornya.
Tak perlu waktu lama, kedua nya sampai di taman kota, terlihat ramai orang disana. Mereka pun duduk dibangku tengah taman.
" Apa yang ingin kau bicarakan." Yumna bertanya tanpa melihat Yongki.
" Aku tidak bisa seperti ini, kau tidak pernah menghubungiku. Apa alasanmu sebenarnya?."
" Ya ampun Yongki, buat apa aku menghubungimu, kita kan sedang break. Kalau break, tentu saja kita tidak saling berkomunikasi." Menatap Yongki dengan tatapan geram, berusaha menahan emosi yang sudah meronta ronta.
" Aku tidak mau break, itu hanya akan mengarah pada berakhirnya sebuah hubungan. Dan aku tidak mau hubungan ini berakhir." Ucap Yongki.
" Tapi aku ingin mengakhiri nya sekarang Yongki, aku sudah lelah. 4 tahun bersama mu, tidakkah kau mengerti perasaanku?, kau selalu ingin di mengerti, tapi tidak kah kau memikirkan perasaan ku juga?." Ucap Yumna. Yongki terdiam.
" Kau terlalu egois, kau ingin aku selalu menerima keadaanmu, memintaku memahami keluargamu, memintaku terus menunggu. Tanpa kau sadari, kau menyakiti hatiku. Aku sudah lelah dengan sikap posesif mu. Kau terlalu mengkekang ku!. Disaat aku meminta kau dan keluargamu datang, Hanya datang yongki, hanya datang. Tapi tak pernah kau gubris." Imbuh Yumna.
" Aku sudah bilang kan, aku belum siap terikat denganmu. Setidaknya bersabarlah sampai aku mendapat pekerjaan tetap, saat ini aku sedang membantu mengurus ladang jeruk Ayahku." Ucap Yongki menatap Yumna, seperti berusaha memenangkan hati nya lagi.
" Maaf Yongki, tapi aku ingin putus!."
" Tidak tidak, jangan katakan itu." Berusaha meraih tangan Yumna, namun Yumna justru menepisnya.
" Keluargamu bahkan tidak pernah menggangapku ada, apa kau ingat perlakuan keluargamu, saat kau mengajakku berlibur ke pantai. Setidaknya anggap lah aku sebagai temen wulan, jika memang mereka tidak menyukaiku sebagai kekasihmu."
...flashback on...
" Hallo sayang, besok aku akan pergi ke pantai , apa kau akan ikut." suara Yongki melalui sambungan ponsel.
" Bersama siapa?."
" Keluargaku, akan ada Wulan juga, kita akan berangkat dengan motor, bersama Mia dan Muklis."
" Tapi keluargamu?."
" Santai saja, mereka tidak akan macam macam padamu kan."
" Baiklah, jam berapa besok?."
" Aku akan menjemputmu pukul 07.00."
" hmmm"
Tut. Sambungan ponsel terputus, Yumna mulai mengacak acak lemari, mencari pakaian yang pas dipakai saat ke pantai.
Dipantai, semua keluarga Yongki mengelar alas tikar dan mulai mengeluarkan makanan dari mobil, menata nya diatas tikar.
Tidak ada tegur sapa dari orang tua Yongki, Yumna pun tidak berani menyapa, karena tatapan nya sungguh mematikan.
" Ayo duduk nduk." Bude Wulan mengandeng tangan Yumna untuk duduk disebelahnya."
" Aku duduk dengan Wulan saja bude."
" Kemarilah." ucap Wulan, sambil menepuk nepuk alas tikar disebelahnya.
" Wulan, aku takut." bisik Yumna.
" Tidak apa, bersikaplah biasa."
Keluarga Yongki pun terlihat bersenda gurau, beberapa dari mereka memutuskan untuk mandi di pantai, termasuk Yongki.
Dan Yumna, hanya di temani Wulan. Yongki sama sekali tidak mengajak bicara sejak bergabung bersama keluarga nya.
" Anak anak, ayo kita makan dulu." Teriak wanita paruh baya, yang tidak lain adalah ibu Yongki.
Terlihat mereka yang sedang asik bermain di pantai, berbondong bondong menuju tempat bersantai tadi.
" Kau makan dengan Yumna ya." bisik Yongki pada Wulan yang tengah mengambil makanan.
" Aku tau, ini juga aku ambil banyak." Terlihat Wulan melanjutkan mengambil makanan dengan porsi yang lebih banyak.
Tidak ada tegur sapa, hanya tatapan sinis yang di dapat Yumna dari semua keluarga Yongki yang ikut, tidak termasuk bude Wulan. Hanya dia yang tersenyum ramah.
" Kenapa Yongki mengajaknya?."
" Apa dia yang selalu di bicarakan Yongki?"
" Aku tidak suka melihatnya disni."
" Sudah biarkan saja. Toh mereka hanya pacaran. Tidak akan sampai serius."
Yumna mendengar banyak sekali kata tentang dirinya.
Seketika Yumna merasa bahwa keputusan nya untuk ikut ke pantai ini salah. Seandainya saja Yumna punya kekuatan menghilang. Dia mungkin sudah menghilang sejak tadi.
" Aku akan pulang duluan." ucap Yongki setelah berganti pakaian, melirik ke arah Yumna. seakan meng kode untuk mengikutinya.
Yumna pun berjalan mengikuti Yongki.
" Jangan dekati Yongki lagi. Agar dia fokus pada pelatihan menjadi tentara." Yumna mendengar suara dari Ibu Yongki. Walaupun Yumna tidak bisa memastikannya. Tapi Yumna yakin, teguran itu untuknya.
Setelah menaiki motornya, Yongki melajukan motornya dan berhenti untuk melihat ombak di pantai. Jauh dari pandangan keluarganya.
Tin
Tin
Tin
Suara klakson mengagetkan Yumna dan Yongki yang sedang bercanda tawa.
" Cepatlah pulang setelah ini, Yongki!. Antarkan wanita itu pulang." tegas laki laki di dalam mobil, yang tak lain Ayah Yongki sendiri.
" Baiklah"
Mobil pun melaju meninggalkan Yongki dan Yumna, terlihat Wulan melambaikan tangan pada Yumna.
Tak ingin berlama lama, Yongki pun mengantarkan Yumna pulang. Hari itu tidak bisa dilupakan oleh Yumna.
...flashback off...
...----------------...
" Sekali lagi maafkan aku, tapi aku tidak ingin kita putus."
" Maafkan aku Yongki, tapi aku benar benar ingin sendiri. Aku ingin fokus membantu biaya sekolah adikku."
" Apa tidak ada pilihan lain." Yongki menatap Yumna, berharap Yumna merubah keputusannya.
" Maafkan aku Yongki, mungkin ini yang terbaik untuk kita."
Terdengar Yongki menghela nafas panjang. Yumna kemudian meminta Yongki mengatarkan nya pulang. Dengan alasan akan beristrahat karena nanti sore Yumna akan berangkat ke bali.
.....
...
.
.
Sore harinya....
drttt... drrt... derttt....
" Ya Rimba.. "
"Jam berapa berangkat ?"
" Jam 17.00 harus ada di halte 6."
" Bagaimana kalau aku mengantarmu?"
" Hmm, baiklah, kebetulan kata kakek Dayu sepedaku sudah laku terjual."
" Baiklah, aku akan menjemputmu pukul 16.30 ".
" Oke, sampai nanti."
" bye."
" bye."
1 detik...
2 detik....
3 detik....
Hingga 15 detik kemudian....
" Rimb... "
" Iya ? "
" Kenapa tidak ditutup telpon nya?."
" Ah iya , aku lupa, hehe?".
" Ya sudah, aku matikan oke."
" Hmmm, baiklah."
Tut
Yumna mematikan sambungan telfon, dan mulai bersiap diri, tak lupa memeriksa barang bawaan, guna memastikan tidak ada yang tertinggal.
Tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 16.30, dan Rimba sudah ada di depan rumah Mak Lamet.
Setelah berpamitan kepada Mak Lamet dan Mak Sari. Yumna segera mendatangi Rimba.
Setelah sampai di halte 6.....
" Terima kasih sudah mengantarku."
Yumna turun dari motor Rimba, berjalan menuju tempat duduk.
Terlihat ada orang berseragam biru menghampiri Yumna.
" Mbak Yumba ya?, tujuan Denpasar Bali"
" Iyaa betul."
" Saya dari agen tiket, silahkan tunggu sebentar lagi ya, mobil nya sebentar lagi sampai. Dan ini tiketnya." menyodorkan selembar tiket.
" Terima kasih".
Drttt drrrttt drrrttt
" Ponselmu." Ucap Yumna sambil melirik ke arah Rimba.
" Aku angkat telpon dulu boleh ya?". Rimba bertanya, dan hanya di balas anggukan Yumna.
Beberapa saat kemudian...
" Dari siapa?" Yumna melihat Rimba yang datang dan duduk disebelahnya
" Intan, memintaku mengantar ke toko Kartini.". lirih Rimba.
" Ya sudah pergi lah."
" Tapi bagaimana denganmu?" menatap Yumna haru.
" Sudahlah, aku tidak apa apa, sebentar lagi juga mobilnya datang." menjawap dengan yakin.
" Kau yakin?"
" Iya, Pergilah. Jangan mengecewakan Intan." Ucap Yumna mengusap bahu Rimba, seakan menyalurkan suara batin bahwa aku akan baik baik saja.
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...----------------...
...ditunggu like...
...komen...
...kritik dan saran nya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments